Aku mengikuti Kris yang berjalan duluan menuju mobilnya. Ia menuntunku ke sebuah Aston Martin Vantage berwarna hitam. Kenapa aku bisa mengidentifikasi mobilnya? Well, thanks to Gio yang pencinta mobil. Aku jadi sedikit mengerti kalau cuma sekedar nama merk dan type mobil. Selebihnya I'm clueless.
Kevin tidak berbohong. Mobil Kris ini memang cuma bisa membawa dua orang. Seperti sport car lainnya yang didesain two-seater alias hanya memiliki dua kursi, mobil Kris ini juga sama. Satu kursi pengemudi dan satu kursi penumpang.
Kris membuka pintu penumpang untukku. "Come in," Ia mempersilakanku masuk dan menutupkan pintunya.
Aku meneliti singkat interior ketika Kris memutari sisi depan mobil. Semua yang ada di dalam mobil ini terlihat mahal. Dari mulai pajangan, pewangi mobil hingga tissuenya pun terkesan mahal. Begitu Kris masuk, ia langsung menghidupkan mesin dan melajukan mobil menuju Brava Millano, tempat janjian dengan Kevin.
Suasana terasa awkward selama perjalanan. Aku bukan tipe orang yang bisa memulai obrolan. Kris juga tampaknya tipe orang yang tidak banyak bicara. Jadi kami berdua hanya saling diam. Ditambah Kris tidak menghidupkan musik. Makin heninglah perjalanan kami.
"Oh, ada pet shop di daerah sini," Kris bergumam pelan.
Tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas karena keheningan diantara kami. "Yang disini kurang lengkap," Aku menanggapi.
"Kamu tahu dimana yang lengkap? Yang ada salon nya juga,"
"Pet shop langganan gue. Tempatnya lengkap ada salon sekaligus klinik. Recommended deh," Aku mempromosikan dengan cuma - cuma pet shop langgananku itu.
Kris mengangguk pelan. Keheningan menyelimuti kami lagi. Ya apa boleh buat. Ngobrol sama ice prince sih. Hingga sampai di Brava Millano, tidak ada lagi percakapan di antara kami berdua.
Aku sedang sibuk melepaskan seat belt saat Kris tiba - tiba membukakan pintu mobil di sisiku. Kapan dia keluar dari mobilnya? Kok gercep amat?
"Thanks," ujarku karena sudah dibukakan pintu.
Belum ada tanda - tanda kedatangan Kevin di parkiran. Kris mengajakku masuk ke dalam restoran lebih dulu. Kami berjalan beriringan. Lagi - lagi dia membukakan pintu untukku saat akan masuk ke restoran.
"Ladies, first," Ia mempersilahkanku melangkah masuk duluan sambil tersenyum.
Ya ampun kurang apa lagi sih dia! Ganteng iya, badan oke, manner-nya plus plus. Duh gimana aku menamengi hati ini supaya tidak jatuh hati dengan dia coba! Nana, kamu pasti bisa! Mengagumi tidak masalah, asal jangan sampai jatuh cinta.
Seorang pelayan langsung menyambut dan menuntun kami berdua menuju meja dekat jendela besar. Aku memilih kursi di depan Kris sehingga kami duduk berhadapan. Setelah memberikan buku menu, pelayan tadi meninggalkan kami berdua. Aku dan Kris meneliti pilihan menu dalam diam.
Kevin masih belum sampai. Suasana restoran sudah tidak terlalu ramai karena sudah lewat jam makan siang. Tiba - tiba ponsel Kris berdering tanda ada panggilan masuk. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam kantung celana.
"Halo, Kev?" Kris menyapa si penelepon yang ternyata adalah Kevin.
Aku langsung menatap Kris. Mencoba membaca ekspresinya yang datar.
Kris balik menatapku. "Oh... pity. Okay... Iya... Nggak apa - apa," Kris berbicara dengan nada monoton dan ekspresi datar.
Aku menatapnya dengan penasaran.
"Oh, lo mau ngomong sama Nana?" Kris memberikan ponselnya padaku. "Kevin nih mau ngomong,"
"Halo? Ya Kev?" Aku bertanya pada Kevin yang ada di seberang sambungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEORGINA
RomanceIni cerita tentang Georgina. Nana, begitu panggilannya, adalah gadis ceria dengan 'resting bitch face'. Ekspresi garang menjadi ciri khasnya. Sehingga ia sering disangka berwatak dingin, jutek dan galak. Tapi dibalik senyum dingin dan tatapan tajam...