Berdiri di depan cermin besar kloset, kuperhatikan keseluruhan outfit yang aku kenakan malam ini. Yes, ini adalah malam minggu, hari kencan bersama Kris. Lelaki itu sudah memberitahu bahwa ia akan datang menjemput pukul enam sore nanti. Yang artinya tiga puluh menit lagi.
Aku sempat bingung harus memakai apa untuk kencan pertama ini. Akhirnya kuputuskan memakai blouse krem lengan pendek yang dipadukan dengan celana jeans hitam. Ditambah jaket denim gelap sebagai outer untuk melindungi dari suhu dingin di dalam bioskop nanti. Rambut tidak ditata macam – macam dan hanya dicatok seperti biasa. Terakhir, sneakers putih andalan melengkapi penampilanku untuk malam ini.
Tidak terlalu ribet. Toh Kris juga hanya mengajak makan malam dan nonton di bioskop. Bukan kencan dinner romantis di fine dining michellin star. Jadi aku memilih memakai outfit yang casual dan nyaman.
"Lo mau pergi?" Mbak Vina yang sedang rebahan di kasur bertanya ketika aku keluar dari kloset. Ia memperhatikan penampilanku dari atas hingga bawah.
"Iya," jawabku singkat.
"Aneh banget. Lo jarang keluar malem mingguan. Sama siapa perginya?" Mbak Vina menginterogasi.
"Kris," Aku tidak akan bisa menyembunyikan apapun dari kakak perempuanku ini. Apapun rahasianya, Mbak Vina bakal tahu. Jadi lebih baik kukatakan saja dengan jujur aku pergi dengan siapa.
Mbak Vina bersiul. "Cuma berdua?"
Aku melirik ke arah Gara yang sedang tidur nyenyak di sudut kamar. Kucing kami itu sangat suka tidur disana. Padahal utility room di rumah kami sudah difungsikan jadi kandang khususnya. Tempatnya sudah sangat nyaman dan dekat dengan dapur yang berlimpah makanan. Tapi Gara lebih suka tidur di sudut kamar kami dan hanya beralas bantal kasur tipis.
"Iya lah cuma berdua," jawabku kembali fokus pada Mbak Vina.
"Jadi kencan beneran nih? Official date? Dia yang ngajak kan?" Tanya Mbak Vina antusias. Ia beralih dari posisi rebahannya tadi menjadi duduk.
"Iyalah dia yang ngajak," Aku memutar bola mata. Memangnya aku berani ngajak kencan cowok duluan? Apalagi cowoknya ini Kris Martin. Impossible!
"Akhirnya dia punya keberanian juga buat ngajak kencan tanpa embel – embel pet shop lagi," Mbak Vina berkomentar.
Belum sempat aku menjawab, suara bel rumah menginterupsi. Saling berpandangan, aku dan Mbak Vina pun bergegas ke lantai bawah untuk membukakan pintu bagi tamu yang kami antisipasi kedatangannya. Baru menuruni separuh anak tangga, kami bisa mendengar suara percakapan dari arah foyer. Ternyata Gio yang sudah lebih dulu membukakan pintu.
"Hai, gue mau jemput Nana," suara Kris sayup terdengar.
Dapat kulihat Gio sudah mempersilakan Kris masuk dan menuntunnya ke ruang tamu. "Kayaknya gue gak pernah liat lo sebelumnya," Gio memperhatikan Kris dengan seksama.
"Hai, Kris!" Sebelum Kris sempat menjawab pernyataan Gio barusan, aku buru – buru memotong. Memberitahu kehadiranku.
Kris menoleh ke arah kedatanganku dari tangga. Mata kami bertemu tatap. Ia terdiam dan terpaku di tempatnya berdiri sekarang. Sedangkan aku dengan tak tahu malu jelalatan memperhatikan penampilannya malam ini.
Lelaki itu mengenakan kaos hitam yang dibalut jaket kulit hitam dan dipadukan dengan jeans abu – abu. Rambutnya di-styling ke atas. Overall, he looks dashing as always. Semoga aku tidak terlalu jomplang jalan berdua dengannya nanti.
"Ummmm... Hai," Aku menyapa lagi ketika sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Hai," Kris balik menyapa dengan senyum tersunggung dibibirnya. "Hai, Vina," Tak lupa ia juga menyapa Mbak Vina yang dari tadi mengikutiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEORGINA
RomanceIni cerita tentang Georgina. Nana, begitu panggilannya, adalah gadis ceria dengan 'resting bitch face'. Ekspresi garang menjadi ciri khasnya. Sehingga ia sering disangka berwatak dingin, jutek dan galak. Tapi dibalik senyum dingin dan tatapan tajam...