Meskipun sudah beranjak dewasa, aku dan kedua saudaraku masih sering berbagi. Baik itu berbagi barang maupun ruang. Contohnya aku masih satu kamar tidur dengan Mbak Vina. Sedangkan Gio punya kamar sendiri karena dia anak cowok sendiri. Untuk kendaraan pun, kami bertiga hanya diakomodasi satu unit mobil Honda Civic oleh orang tua kami.
Kami punya jadwal mingguan siapa yang menyetir. Kalau mau pakai mobil seharian pun mesti janjian dulu dan harus disepakati bersama. Seru sih karena kami jadi terlatih untuk sabar dan saling toleransi ke sesama saudara. Kami juga jadi tidak saling egois.
Minggu ini adalah giliranku menyetir. Makanya aku lah yang duduk di kursi pengemudi saat ini. Disebelahku ada Gio yang duduk di kursi penumpang depan. Sedangkan Mbak Vina duduk di kursi belakang bak ratu. Kami bertiga sedang dalam perjalanan untuk menghadiri acara malam inagurasi yang diadakan di auditorium kampus PU.
"Ciee... Gio resmi jadi anak kuliahan malam ini," Mbak Vina menggoda Gio. "Gimana rasanya nih?" Ia pura - pura seperti memegang mic yang menginterview Gio.
"Gio bukan anak di bawah umur lagi," Aku ikut menjahili.
Gio hanya diam tidak menanggapi celotehanku dan Mbak Vina.
"Tenang aja. Lo bakal tetap jadi adik bayi kami selamanya," Ujar Mbak Vina sambil memeluk leher Gio dari belakang.
"Ihhh... apaan sih, Mbak," Gio mengomel.
Bukannya berhenti, aku dan Mbak Vina malah kompak tertawa dan makin menggoda Gio. Hingga tiba di area kampus pun, kami masih merecoki adik laki - laki kami itu. Parkiran auditorium sudah hampir penuh saat kami datang. Untungnya kami masih dapat tempat. Setelah sukses parkir, kami bertiga langsung menuju auditorium dan berpencar mencari teman masing - masing.
Mbak Vina langsung menemukan ketiga temannya di dekat pintu masuk. Gio juga sudah menemukan teman - temannya di kerumunan maba. Sedangkan aku belum menemukan teman - temanku. Awalnya kupikir mungkin mereka masih di jalan. Tapi beberapa saat kemudian, aku malah menemukan teman-temanku itu di dekat meja prasmanan.
Aku berjalan mendekat ke arah mereka. Hanna, Krystal dan Kevin terlihat serius ngobrol. Reno hanya diam memperhatikan sekeliling sambil menyesap segelas jus di tangannya. Sedangkan Elsa tampak sibuk dengan piring salad buahnya.
Hanna yang pertama kali melihat kedatanganku. "Hai Babe!" Sapanya sambil cipika - cipiki denganku.
"Hey, babe," Aku balik menyapa.
"Lama banget sampenya. Macet ya?" Reno bertanya.
Aku menggeleng. "Susah cari parkir aja,"
"Ooohhh..."
Hanna berpaling dariku dan kembali beralih ke Kevin. "Eh balik ke topik sebelum Nana dateng tadi, kami penasaran nih sama temen lo yang baru pindah itu,"
"Siapa sih namanya? Kris something gitu," Krystal pura - pura bertanya.
"Kris Martin bukan?" Hanna ikut berakting clueless.
Kulihat Hanna mengerling ke Krystal. Aku hanya bisa terngangah. Padahal sudah jelas beberapa hari ini mereka berdua bergosip tentang si Kris Martin ini. Elsa dan Reno geleng - geleng kepala saja melihat tingkah Hanna dan Krystal ini.
"Yes, betul. Nanti gue kenalin doi ke kalian semua deh,"
Hanna dan Krystal kompak mengangguk dengan semangat. Kevin tampak memicingkan matanya ke arah sesuatu di belakangku.
"Oh itu dia orangnya. Kris!" Panggil Kevin sambil melambaikan tangan.
Aku yang memunggungi arah dimana The said Kris berada pun berputar. Mataku menangkap sosok laki - laki dengan mata penuh pesona yang kutemui di lift tadi siang. Laki - laki itu berjalan ke arah kami. Ia juga melambaikan tangan seolah membalas Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEORGINA
Lãng mạnIni cerita tentang Georgina. Nana, begitu panggilannya, adalah gadis ceria dengan 'resting bitch face'. Ekspresi garang menjadi ciri khasnya. Sehingga ia sering disangka berwatak dingin, jutek dan galak. Tapi dibalik senyum dingin dan tatapan tajam...