Chapter 1 - Georgina

6.8K 412 7
                                    

Hari ini adalah sabtu. Hari untuk bermalas - malasan. Dari pagi aku hanya menghabiskan waktu dengan berbaring di kasur sambil main ponsel dan mendengarkan musik yang melantun dari speaker bluetooth. Weekend ini aku kebetulan tidak ada rencana apa - apa. Itulah kenapa aku hanya leye-leye di rumah.

Suara ketukan di pintu kamar tiba - tiba terdengar. Tak lama kemudian kepala Gio, adik laki - laki yang hanya lebih muda dua tahun dariku, nongol dan mengintip ke dalam kamar.

"Na, Bunda minta tolong kita berdua belanja ke supermarket sekarang,"

"Pergi sama Mbak Vina aja," Jawabku dengan malas.

Gio terdengar menghela nafas mendengar jawabanku. "Mbak Vina lagi pergi sama temen-temennya satu jam yang lalu,"

"Kalo gitu, lo pergi sendiri aja. Gue males keluar hari ini," Ujarku sambil menggulung lebih banyak selimut ke tubuh.

Gio hanya mencebik ketika meninggalkan kamarku. Aku pun kembali bermalasan. Cuaca hari itu juga mendukung. Berawan dan teduh.

"Georgina Dwi Izaldi!" Suara Bunda menggelegar dari lantai dasar memanggil nama lengkapku.

Kalau Bunda sudah memanggil nama lengkap, berarti sang pemilik nama sedang berada dalam masalah. Bisa kutebak masalahku kali ini berhubungan dengan ajakan Gio tadi. Kedamaian weekend-ku tampaknya harus segera berakhir. Mana ini weekend terakhir liburan semester.

Aku merubah posisiku yang awalnya rebahan di kasur ke posisi duduk. Sempat merapalkan doa dalam hati agar diberi ketabahan akan gagalnya rencana rebahanku hari ini. Selang beberapa detik kemudian, Bunda masuk ke dalam kamar sambil berkacak pinggang.

"Bunda minta tolong belanja ke supermarket sama Gio. Kenapa kamu malah nyuruh adik kamu pergi sendirian? Males-malesan aja dari tadi di kamar," Omel Bunda.

"Bunda... ini kan weekend," Aku merengek sambil cemberut.

"Meskipun weekend tapi tetap produktif dong. Bantuin Bunda belanja sana! Buruan siap-siap. Adik kamu udah nunggu di mobil," Bunda mendorongku dari kasur.

Aku mengerang kesal. Weekend yang kurencanakan hanya rebahan fix tidak dapat terealisasi. Tapi aku tetap mengikuti perintah Bunda. Tidak ingin menjadi anak durhaka.

Kaos lengan panjang dan side-stripped legging yang kukenakan sekarang cukup pantas dipakai keluar rumah. Jadi aku hanya menyambar jaket yang tergantung di balik pintu. Kemudian mengikat rambut menjadi kuncir kuda.

"Gio, Let's go!" Ajakku pada Gio yang sudah menunggu di kursi kemudi Honda Civic kami sejak tadi.

Georgina Dwi Izaldi. Panggilan Nana. Yap, that's me! Seorang mahasiswi tahun ketiga, atau biasa disebut junior year, jurusan ilmu komunikasi fakultas sosial dan politik di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Kakak perempuanku, Geovina Eka Izaldi atau biasa dipanggil Vina. Dia cuma satu tahun lebih tua dariku. Mbak Vina adalah seniorku di kampus. Kami mengambil jurusan yang sama di universitas yang juga sama.

Sedangkan adik laki-laki kami bernama Georgio Tri Izaldi, panggilan Gio. Gio dua tahun lebih muda dariku. Gio baru saja masuk kuliah jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis di universitas yang juga sama dengan kami kedua kakaknya. Meskipun anak bungsu, tapi badan Gio paling tinggi di keluarga kami.

Apakah nama kami mengingatkan kalian pada seseorang?

Yes, benar sekali. Gibran Said Izaldi, salah satu arsitek terkenal dan dihormati di Indonesia, adalah ayahku. Beliau sering diundang di TV nasional untuk menjadi pembicara di bidang arsitektur. Karya - karyanya sudah 'berhamburan' di nusantara. Selain berprofesi sebagai arsitek, ayah juga seorang dosen teknik arsitektur di universitas yang sama tempat ketiga anaknya menimbah ilmu.

GEORGINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang