Unique - Kise Ryouta

1K 145 13
                                    

Kise menyembunyikan senyum di antara helaian rambut gadisnya ketika Y/N terkekeh pelan mendapati momen lucu dari dorama yang ia tonton.

Setelah hampir seminggu dipenuhi dengan kesibukan tanpa henti—sekolah, basket, juga pekerjaannya sebagai model, Kise mengucap syukur dalam hati saat Y/N mengusulkan bersantai dan menonton film di apartemennya sebagai kencan mereka. Memang terkesan remeh dan sepele, kebanyakan gadis memilih pergi ke bioskop atau ke taman bermain untuk berkencan, tapi gadisnya jauh lebih pengertian. Tidak ada salahnya bersantai setelah menjalani minggu yang padat, itu kata Y/N.

Tidak masalah walau hanya di apartemen. Tidak apa-apa meski tidak menonton film di bioskop atau pergi ke suatu tempat. Yang penting bagiku adalah waktu denganmu. Walaupun hanya di apartemen tapi jika waktuku kuhabiskan denganmu, maka aku sudah bahagia.

Ketika mendengar alasan kekasihnya, Kise bersumpah ia telah jatuh cinta pada salah satu ciptaan tuhan yang paling luar biasa. Saat itu, ia tidak bisa menahan air matanya agar tidak tumpah. Kise bahkan tidak menggubris ketika Y/N mengejeknya. Ia menganggap ejekan Y/N adalah salah satu bentuk kasih sayangnya. Panggil ia kasmaran, Kise tidak keberatan karena kenyataannya memang begitu.

Kini, Kise tengah menjadi bantal hidup untuk kekasihnya yang sibuk menonton dorama sedangkan ia memilih untuk memeluk Y/N erat, fokusnya terbagi antara menatap televisi dan memperhatikan Y/N. Kepala Y/N bersandar di bahu Kise, sementara Kise membiarkan hidungnya bergerilya, menghirup aroma familiar yang ia sangat ia suka.

Namun, ia tidak pernah menyangka suasana tentram dan damai itu dapat berubah menjadi percakapan penuh emosi.

"Gadis itu cantik sekali," gumam Y/N pelan.

Kise berdehem pelan, mengangkat kepalanya dari puncak kepala Y/N. "Siapa, Y/Ncchi?"

"Gadis itu," Y/N menunjuk gadis yang tengah berjalan bersama dengan seorang pria di layar televisi. "Wajahnya cantik, senyumnya manis, kulitnya putih mulus dan tubuhnya tinggi semampai. Tidak heran ia terpilih menjadi salah satu aktris paling cantik tahun ini."

Iris madu Kise menelisik sosok aktris yang dimaksud. "Ia terlihat biasa saja bagiku."

Y/N mendengus kecil. "Itu karena melihat gadis cantik sudah menjadi keseharianmu, Ryouta-kun. Lagipula kau itu tampan, jadi sulit bagimu untuk bersimpati denganku yang biasa-biasa saja."

Hati Kise serasa diremas, sakit mendengar makna tersirat dari ucapan Y/N. Ia memang terbiasa melihat gadis cantik karena pekerjaannya sebagai model, ia tidak menyangkalnya. Namun, bukan berarti gadis yang bukan model adalah gadis yang biasa-biasa saja. Baginya semua gadis tampak cantik, tanpa terkecuali. Yang membedakan hanyalah pandangan subjektif dari lelaki, dan menurutnya Y/N sangatlah cantik.

"Y/Ncchi cantik kok," ucap Kise tegas. Ia ingin Y/N tahu bahwa ia berkata jujur. "Bagiku, Y/Ncchi sangat cantik. Y/Ncchi juga imut dan manis, tidak kalah dengan aktris itu."

Tatapan tak percaya Y/N seolah menghunjamnya. Gadis itu tidak mempercayai ucapannya. Y/N berpikir ia mengatakan itu sebagai kalimat menenangkan tanpa makna. Saat Y/N mengulas senyum ke arahnya, senyumnya tampak kosong.

"Tidak perlu berkata seperti itu Ryouta-kun," sebelah tangan Y/N menangkup wajah Kise. "Aku tahu bagaimana rupaku. Dibandingkan dengan aktris itu atau dengan teman-teman modelmu, atau bahkan dirimu, aku tidak ada apa-apanya. Bahkan hingga saat ini, aku masih bingung apa yang membuatmu menyukaiku yang biasa saja ini."

Tangannya menggenggam tangan Y/N yang berada di pipinya. Dorama sudah tidak lagi menjadi pusat atensi. Untuk beberapa waktu, hanya ada suara samar pendingin ruangan, detakan jam dinding, juga percakapan di televisi. Selama beberapa menit, perhatian Kise hanya tertuju pada Y/N.

"Y/Ncchi," Kise menghela napas dalam. "Beritahu dua kebaikan dari dirimu."

"Hah?"

"Kau mendengarku Y/Ncchi," balas Kise. "Beritahu dua kebaikan dari dirimu."

Tatapan Kise tidak beralih dari wajah Y/N. Gadis itu merenung, berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Kise. Ia merasa satu jam sudah berlalu, walau jarum panjang di jam berkata ia baru menunggu lima menit.

Tidak tahan dengan kesunyian di antara mereka, Kise memutuskan untuk berucap. "Apa kau merasa kalau kau pintar, Y/Ncchi?"

Y/N mendengus kecil lalu menggeleng kecil.

"Apa menurutmu kau baik hati dan penolong?"

Y/N berpikir sebentar, kemudian menghela napas pendek. "Tidak."

"Apa kau berpikir kalau kau manis dan pengertian?"

Gadis itu tertawa kecil seakan pertanyaan Kise adalah sesuatu yang lucu. "Tidak Ryouta-kun. Aku tidak berpikir seperti itu."

Pandangan Kise mulai mengabur karena air mata. Ia memiringkan kepala, mencium telapak tangan gadisnya lama, berusaha menyalurkan perasaan kasih sayang pada gadis yang tampak terkejut dengan perubahan raut wajah Kise.

"Y/Ncchi," lirih Kise. "Oh, Y/Ncchi ... kau adalah gadis pintar, berbakat, cantik, mengagumkan dan penuh perhatian yang pernah kukenal Y/Ncchi. Bagaimana kau tidak bisa melihatnya? Bagaimana bisa kau memandang begitu rendah pada dirimu sendiri? Bahkan aku tidak punya cukup kosa kata untuk menjabarkan betapa luar biasanya dirimu."

"Ryouta-kun, a-aku tidak—"

"Kau sangat hebat Y/Ncchi. Aku berharap agar kau bisa memandang dirimu sebagaimana aku melihatmu," Kise menarik napas panjang, menenangkan diri sebelum semua emosinya tumpah menjadi air mata. "Tidakkah kau tahu bahwa menjadi dirimu sendiri adalah paling menakjubkan, Y/Ncchi?"

Kise menangkup wajah Y/N hati-hati bagai memegang porselen berharga yang bisa retak kapanpun. Iris kecokelatannya bersirobok dengan netra hitam Y/N. Gadisnya, tanpa sadar, tengah menyakiti dirinya sendiri dengan opini tidak berdasar yang ia yakini.

"Dengarkan aku Y/Ncchi," Kise mengadukan dahinya dengan dahi Y/N, membiarkan ujung hidung mereka bersentuhan. "Kau adalah gadis pintar yang mampu memahami apa yang kaupelajari lebih cepat dariku. Kau adalah gadis hebat yang mampu mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Kau bahkan masih sempat mengurusku, mengingatkanku ini-itu saat jadwalmu sendiri sudah padat dengan sekolah dan tugas.

"Di mataku, Y/Ncchi adalah gadis yang cantik. Bahkan saat rambutmu berantakan sehabis bangun tidur, saat matamu bengkak setelah menangis, saat kau menggerutu karena tugas yang menumpuk. Kau tidak perlu mengindahkan standar kecantikan di luar sana. Kau hanya harus menjadi dirimu sendiri."

Ibu jari Kise menghapus jejak air mata di pipi Y/N. Isakan kecil Y/N adalah serangan terakhir untuk merobohkan pertahanannya. Kepedihan yang ia rasakan mengetahui betapa tidak percaya dirinya Y/N, membuatnya sesak. Ingin sekali ia menendang jauh-jauh pikiran buruk dan pendapat negatif Y/N dari kepalanya.

"Kau sudah cukup Y/Ncchi. Tidak perlu membandingkan dirimu dengan yang lain," Bibir Kise menggapai kelopak mata Y/N yang basah. "Hanya ada satu Y/Ncchi di dunia yang besar ini. Karena itulah Y/Ncchi unik, tidak ada yang bisa menyaingimu. Dan aku beruntung, dari sekian banyak orang yang berjumpa denganmu, hanya akulah yang bisa memelukmu seperti ini."

Kise mengukung tubuh kecil Y/N dalam rengkuhannya. Lengannya melingkar protektif pada sosok rapuh di hadapannya, berusaha melindunginya dari cemooh dan opini buruk yang tanpa ampun menyerangnya setiap hari.

"Aku menyayangimu Y/Ncchi. Semua bagian dirimu."

Ia hanya bisa berharap setelah ini gadis impiannya akan lebih percaya diri, akan lebih menyayangi dirinya sendiri dan mengabaikan komentar buruk baik dari orang-orang di sekitarnya maupun dari dalam dirinya sendiri.

Tidak peduli harus berapa kali kuucapkan untuk membuatmu mengerti, tidak peduli kau muak mendengarnya, aku akan terus mengatakannya Y/Ncchi. Akan terus kuungkapkan betapa memesonanya dirimu, hingga kau sendiri mempercayainya.

Kuroko no Basuke DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang