Sick- Murasakibara Atsushi

6.7K 547 16
                                    

"Atsu-kun, ayo cepat. Kalau kau terlalu lama, aku tidak bisa membuat cokelat hangatnya," suruhku pada Atsushi. Bahaya... Kepalaku mulai terasa ringan.

Atsushi berjalan dengan langkah yang lebih lebar walaupun kecepatan berjalannya tidak bertambah. Di tangannya memegang sekotak maiubo dan tangan lainnya merangkul bahu kecilku dibandingkan lengan besar Atsushi. Kami baru saja mampir dari toko permen langganan Atsushi. Yah... suasana musim dingin di saat seperti ini tidak membuat keinginannya memakan sesuatu yang manis berkurang, malah semakin bertambah.

Anehnya, walaupun ia bisa memakan dua kardus permen dalam sehari, Atsushi sama sekali tidak menampakkan tanda-tanda hiperaktif, malah terlihat lebih malas dari kebanyakan orang yang kelebihan gula di dalam sistem tubuhnya. Aku masih heran, bagaimana bisa ia memakan semua makanan manis itu, tapi tidak gemuk sama sekali.

Aku semakin mendekatkan diri pada Atsushi saat angin kencang menerpa. Padahal aku sudah memakai baju berlapis, topi rajutan sendiri dan syal yang sangat tebal, tapi semua itu tidak membuatku merasa lebih hangat. Entah bagaimana, keberadaan Atsushi malah membuat suhu tubuhku meningkat.

"Eh... F/N-chin kedinginan?" tanya Atsushi. Kepalanya agak menunduk saat mencoba menatap wajahku.

"Tidak," aku menggeleng pelan. "Lebih cepat sampai rumah akan lebih baik untukku, Atsu-kun. Kau tahu sendiri kalau aku tidak tahan dingin."

Aku menahan jeritan saat Atsushi tiba-tiba menggendongku setelah memberikan kotak maiubonya padaku. Ia menempelkan dahinya dengan dahiku, lalu mengerutkan dahinya tidak senang. Aku menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya saat wajahnya agak menjauh.

"F/N-chin demam ya? Kalau seperti ini, lebih baik aku menyuruh Muro-chin untuk membelikan makanan manisku," gumam Atsushi. Kerutan di dahinya semakin terlihat saat aku mulai bersin.

"Mana bisa begitu, Atsu-kun?" aku memukul lengannya pelan. "Kita sudah sering merepotkan Muro-kun, tidak perlu menyuruhnya untuk melakukan hal yang tidak perlu kalau kita masih bisa melakukannya sendiri."

"Tapi aku tidak suka kalau F/N-chin sakit. Tidak ada yang membantuku membuat kue kalau F/N-chin sampai sakit, tidak ada juga yang membuatkan cokelat hangat dengan marshmallow kalau F/N-chin sakit," gumam Atsushi dengan nada kekanakkan.

Aku tersenyum melihat tingkah kekasihku yang kelewat besar ini. Kadang, aku bertanya pada diriku sendiri apa yang membuatku menyukai Atsushi, tapi aku selalu mendapatkan jawabannya dalam hitungan detik.

Atsushi memang memiliki tubuh yang lebih besar dari kebanyakan orang, tapi ia juga memiliki hati yang lebih lembut dari sebagian besar orang. Ia peduli dengan orang-orang yang ia sayangi, walaupun tidak terlihat karena sikap malasnya. Ia memang susah untuk mengakui kalau ia suka sesuatu, tapi kalau ia benar-benar menyukai sesuatu, hal itu akan terus ia lakukan.

"Langkahkan kakimu lebih cepat Atsu-kun atau aku akan membeku di luar sini," suruhku.

Atsushi langsung berlari kecil saat aku menyuruhnya untuk berjalan lebih cepat. Ia membuka pintu dengan tangannya dan merebahkan tubuhku di atas sofa dengan sangat hati-hati. Ia bahkan juga membantuku melepaskan topi, syal, jaket dan sweaterku, membuatku hanya mengenakan kaus berlengan panjang dan celana training panjang milik Atsushi yang harus dilipat berkali-kali.

Ia menyerahkan satu kotak tisu saat aku bersin untuk yang kelima kalinya dalam dua menit. Aku mulai merasa kalau tenggorokanku terasa sakit, hidungku mampet dan mataku berkunang-kunang saat Atsushi sibuk membuat sesuatu di dapur. Ah... aku tidak akan keluar dalam cuaca bersalju seperti ini lain kali.

"Aku menemukan botol ini di lemari obat F/N-chin. Aku yakin rasanya tidak seenak maiubo. Apa F/N-chin mau meminumnya?" Atsushi berjalan ke tempatku sambil membawa dua gelas yang berbau cokelat dan satu botol obat yang sangat kukenal.

"Aku memang harus meminumnya kalau ingin merasa lebih baik, Atsu-kun," sahutku, lalu mencoba mengambil botol obat darinya.

"Nu-uh," geleng Atsushi. "Aku tidak akan membiarkan F/N-chin meminum obat yang rasanya sama sekali tidak enak. Aku tidak pernah meminum obat kalau aku sakit, tapi Muro-chin selalu memberi kue yang rasanya agak aneh."

Aku terkekeh pelan dengan suara serak. Tentu saja itu yang dilakukan, Muro-kun. Bagaimana tidak? Atsushi selalu menolak untuk meminum obat, sampai Muro-kun harus memikirkan cara lain agar Atsushi bisa menelan obatnya. Mau tidak mau, Muro-kun harus membuat kue kecil dengan mencampurkan obat di dalamnya. Aku tidak tahu apakah itu berhasil atau tidak, tapi Atsushi selalu sembuh setelah memakan kue dari Muro-kun.

"Aku harus meminum obatnya dulu, Atsu-kun. Baru setelah itu, aku bisa memakan makanan manis lagi," bujukku.

Atsushi masih menggeleng. Ia menjauhkan botol obatnya dariku dan mengeluarkan sekotak pocky yang belum di buka. "Buka mulutmu, F/N-chin. Lebih baik makan pocky daripada obat yang tidak enak rasanya."

Aku menggelengkan kepala maklum, tapi tidak menolak. Bagaimana pun, Atsushi benar. Lebih enak memakan pocky dari pada obat. Aku dan Atsushi terus memakan pocky sambil sesekali meminum cokelat hangat yang ia buat sampai aku melihat ada enam kotak pocky yang sudah habis berjejer di atas meja.

"Ne.. F/N-chin?" panggil Atsushi. Aku menoleh ke arahnya tanpa suara. "Ada sisa cokelat di bibir F/N-chin. Biar kubersihkan."

Wajahku terasa seratus kali lebih panas saat merasakan bibir Atsushi berada di sudut bibirku dan lidahnya menjilat sisa cokelat. Astaga... bagaimana bisa ia melakukan sesuatu yang begitu romantis dan memalukan di saat yang bersamaan dengan wajah malas seperti itu!?

"Ah... cokelat memang terasa lebih enak kalau berada di F/N-chin," gumam Atsushi.

"Atsu-kun! Jangan mengatakan hal seperti itu dengan mudah. Orang lain bisa berpikir yang tidak-tidak nanti."

"Eh... memangnya bisa seperti itu?"
***
Aku hanya bisa tersenyum tipis saat Muro-kun menatapku dan Atsushi dengan tatapan pasrah sekaligus geli. Seperti yang sudah kuduga, Atsushi tertular demamku dan kami tidak bisa bergerak karena seluruh tubuh kami sakit. Atsushi tetap menolak untuk meminum obatnya dan menaruh obatnya di langit-langit kamar yang sudah rapuh. Aku harus menelpon Muro-kun untuk merawat kami berdua.

"Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan pada kalian," ucap Muro-kun pasrah.

"Maafkan kami Muro-kun, tapi ini semua karena Atsu-kun menyembunyikan botol obatnya."

"Eh.... F/N-chin juga tidak menolak saat aku memberikanmu pocky, kan?"

"Sudahlah kalian berdua. Sekarang tidak ada pocky atau makanan manis untuk kalian berdua. Hanya ada sup dan obat sampai kalian sembuh. Mengerti, Atsushi?"

"Baiklah, Muro-chin."

Kuroko no Basuke DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang