Accidently - Aomine Daiki

3.1K 299 7
                                    

Aomine menghela nafas lega. Matanya kembali terpejam begitu langkah Momoi semakin menjauh. Kenapa semua orang suka sekali mengganggunya? Baik tentang belajar dengan giat atau ikut latihan basket. Mengapa tidak ada seorangpun yang mengerti? Semakin ia berusaha, basket terasa semakin membosankan. Dan ia tidak ingin satu-satunya kegiatan yang membuatnya bahagia malah menjadi hal yang paling tidak ingin ia lakukan.

Sebelah matanya terbuka, memperhatikan awan yang terus bergerak mengikuti angin. Pikirannya kembali pada saat di mana semuanya masih terasa mudah baginya. Ia bisa bermain basket dengan siapapun dan kapanpun tanpa orang-orang memperhatikan titel ‘Ace Kiseki no Sedai’ padanya. Kejadiannya baru satu tahun yang lalu, tapi mengapa rasanya sudah lama sekali?

Aomine mendecih lalu berbaring menyamping. Kesal dan kecewa bercampur. Sejujurnya, Aomine benci ketika ia membiarkan dirinya tenggelam oleh bayangan masa lalu karena setelah mengalaminya ia akan merasa jengkel pada orang lain, bahkan sampai membentak orang yang berani mengganggunya.

“Daiki?” suara lembut itu sukses memaksa Aomine membuka sebelah mata.

Aomine kembali menghela nafas tanpa memberikan respon. Ia sudah bisa menebak tujuan F/N datang menemuinya.

“Satsuki-chan memintaku untuk memaksamu pergi latihan,” kata F/N menghampirinya. “Ia bilang kau lebih mendengarkanku daripada dirinya.”

Pernyataan itu akan berlaku jika suasana hatinya tidak jengkel. Untuk sekarang ini siapapun hanya akan membuatnya semakin kesal, tidak terkecuali kekasihnya sendiri. Bagaimanapun juga, Aomine tidak ingin menyakiti perasaan kekasihnya hanya karena suasana hatinya memburuk.

“Bilang pada Satsuki, aku tidak berniat ikut latihan hari ini,” gumam Aomine kemudian memejamkan mata.

“Tapi aku tidak bisa kembali tanpamu,” kata F/N bersikeras. “Kau tahu bagaimana keras kepalanya Satsuki-chan, kan?”

“Kau bisa kembali tanpaku. Kau juga bisa memberikan alasan seperti yang biasa kaulakukan, kan? Tinggalkan aku sendiri,” suara Aomine mulai meninggi. “Aku tidak ingin berada di dekat siapapun sekarang ini.”

Selesai dengan ucapannya, Aomine langsung memunggungi F/N mengisyaratkan percakapan mereka sudah berakhir dan ia serius dengan ucapannya. Aomine menghela nafas dalam-dalam, berusaha meredakan kejengkelannya untuk hal yang tidak jelas. Dalam hati Aomine mengetahui kalau ia bersikap anak kecil, karena itu ia tidak ingin berhadapan dengan F/N sekarang.

“Daiki? Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja, kan?” suara F/N terdengar khawatir dan Aomine menegang saat F/N menyentuh bahunya. “Kautahu bisa menceritakannya padaku, kan?”

“Tidak. Tidak perlu. Kau pergilah.”

“Apa? Daiki, sesuatu sudah terjadi, kan? Kau bisa cerita padaku. Jangan kau pendam sendiri,” kata F/N masih bersikeras memaksa Aomine untuk bercerita. “Aku ada di sini untukmu. Aku selalu mendengarkanmu.”

Sesuatu dalam Aomine meledak. Ia menepis tangan F/N selembut yang ia bisa, duduk di hadapan gadisnya dengan tatapan tajam. “Kau tidak pernah mendengarkanku, F/N. Sudah kubilang pergi dan tinggalkan aku sendiri! Aku tidak ingin berurusan denganmu atau sifatmu yang manja. Kalau kau memang bersikeras ingin mendengarkanku. Pergi dan katakan pada Satsuki aku tidak ingin latihan! Begitu saja tidak mengerti, dasar bodoh.”

Detik ucapannya selesai, detik itu juga Aomine menyesalinya. Ia mengutuk dirinya yang tidak bisa menahan amarah dengan baik. Terlebih saat melihat mata F/N berkaca-kaca, Aomine ingin menghajar dirinya sendiri karena sudah membentak F/N.

“Baiklah kalau itu yang kauinginkan,” F/N menunduk, menyembunyikan wajahnya yang menahan tangis dari pandangan Aomine. “Aku pergi dulu.”

“Tunggu,” Tidak sampai lima langkah ia beranjak, Aomine menggenggam tangannya, mencegahnya pergi lebih jauh.

Aomine berdiri di hadapan F/N. Kejengkelannya sudah lenyap, hanya perasaan bersalah yang tertinggal. Sebelah tangannya yang bebas menangkup wajah F/N, memaksa gadisnya untuk mendongak dan bertatap wajah. Sesuatu dalam dirinya merasa sesak saat F/N mulai menangis. Ia memang seringkali bersikap brengsek pada orang lain, tapi tidak pada gadis yang begitu ia sayangi.

“Maafkan aku,” gumam Aomine, mengadukan dahinya dengan dahi F/N. “Aku sudah bersikap brengsek dan membentakmu. Aku ... hariku tidak begitu baik, tapi itu bukan alasan aku bisa bersikap seperti itu padamu. Jadi ... mm ... maafkan aku?”

Aho! Hariku juga buruk, tapi aku tidak bersikap seperti itu padamu,” F/N memukul bahu Aomine keras, namun kekasihnya tidak bereaksi. “Kau bukan satu-satunya yang memiliki hari yang menyebalkan di sini. Aku pun begitu. Laporanku tidak terbawa, aku lupa membawa bekal dan uang karena sepatuku hilang, lalu Satsuki-chan mengancam akan membuatkan bekal untukku setiap hari kalau aku tidak kembali bersamamu.”

Aomine menarik F/N mendekat, menyembunyikan wajah F/N di dadanya saat gadis itu kembali menangis kesal dengan bagaimana harinya berjalan. Ia menempatkan dagunya di puncak kepala F/N dan memeluk bahu gadisnya dengan sebelah lengan saat bahu F/N bergetar.

“Sudah, sudah. Jangan menangis terus, wajahmu semakin jelek nanti,” ejek Aomine sembari menepuk pelan punggung F/N.

Aho! Baka! Kau berniat meminta maaf atau tidak?” omel F/N dengan suara tertahan. “Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau tetap bersikap menyebalkan seperti ini.”

Aomine tertawa. Ia menangkup wajah F/N dengan kedua tangan, menjauhkan wajah F/N dari dadanya sejenak. “Baiklah, Putri F/N yang sangat kusayangi. Apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan maafmu?”

Sejujurnya, Aomine jijik mengatakan hal manis seperti tadi, namun saat F/N bereaksi dengan begitu menggemaskan diiringi dengan semburat kemerahan di wajahnya, ia merasa rasa gelinya terbayar dengan harga yang pantas.

“Traktir aku burger sampai puas, ya?” pinta F/N sembari mengedipkan mata dengan sorot memohon.

Aomine berpura-pura menghela nafas kesal, tapi detik selanjutnya ia tersenyum lebar dan mengangguk. “Baiklah, tapi jangan ngambek lagi kalau kau kalah dariku.”

F/N mengangguk setuju. Sudah tidak terlihat sisa air mata di irisnya, malah Aomine melihat binar antusias di sana. Percaya atau tidak, F/N adalah sedikit dari gadis yang tidak peduli dengan berat badannya dan mampu menyaingi nafsu makan Aomine. Tidak jarang Aomine harus mengucapkan selamat tinggal pada uang jajan mingguannya dan majalah Mai-chan karena terpaksa membayar makanan mereka berdua yang menggunung.

“Tapi kalau kau tidak mau latihan sekarang, aku bisa keracunan makanan setiap hari Daiki,” F/N menggenggam tangan Aomine dengan kedua tangannya. “Karena itu kumohon, pergi latihan ya, ya, ya?”

“Tidak mau,” Aomine menyeringai. Ia kembali merebahkan diri dan menarik tangan F/N hingga terjatuh di atasnya. “Kau bisa bersamaku di sini. Satsuki tidak akan meracunimu kalau kau tidak kembali, kan? Kalau ia masih memaksa, aku yang akan bicara padanya.”

“Benarkah? Kau akan melakukan itu untukku?”

“Kenapa tidak?” Aomine mengangkat bahunya acuh. Ia menjadikan sebelah lengannya sebagai bantal sementara lengannya yang lain memeluk pinggul F/N hingga gadis itu tidak bisa bergerak atau melarikan diri. “Lagipula kau adalah kekasihku.”

“Awh~ aku juga mencintaimu, Daiki,” F/N memberikan ciuman di pipi sebagai hadiah dari perkataan manis Aomine. “Kau tidak akan berkata ‘satu-satunya yang bisa meracunimu adalah aku’ kan?”

“Tentu saja tidak bodoh!”

F/N tertawa kecil lalu membiarkan kepalanya bersandar pada dada Aomine. “Aku hanya bercanda. Kau pasti terlalu mencintaiku sampai tidak bisa meracuniku, kan?”

Aomine tidak membalas. Ia memilih untuk memperhatikan F/N yang nafasnya kian teratur dengan mata terpejam. Aomine mendengus mengetahui gadisnya sudah tertidur dengan senyuman kecil yang masih terukir di wajah. Pandangannya beralih pada langit sore. Awan yang bergerak sudah tidak mengganggu suasana hatinya atau membuatnya jengkel karena teringat masa lalu. Dan semua ini karena senyum F/N.

Karena percaya atau tidak, Aomine tidak bisa melihatnya gadisnya menangis. Disengaja atau tidak. Oleh dirinya ataupun orang lain. Senyum F/N adalah salah satu sumber kebahagiaannya.

Kuroko no Basuke DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang