Sides of Him- Akashi Seijuro

5.1K 422 10
                                    

F/N menatap sosok Akashi dengan tatapan sedih bercampur kecewa. Akashi baru saja berkata kalau ia menganggap teman satu timnya hanyalah pion untuk kemenangannya dan tanpa mereka, ia masih tetap mutlak dan tak terkalahkan. Tatapan mata Akashi saat itu terkesan sangat merendahkan seakan ia adalah Kaisar dan anggota tim yang lain hanyalah orang tidak berharga yang bisa ia cari dimana pun.

Pernah suatu kali ada seseorang yang menabrak Akashi karena sepertinya siswi itu sedang melamun dan F/N tahu kalau siswi itu ada masalah dengan keluarganya. Bukannya membantu seperti yang biasa ia lakukan ketika masih di Teiko, Akashi malah menatap gadis itu dengan tatapan kesal dan mengucapkan.

"Yang berhak menatapku hanyalah orang-orang yang melayaniku dan kau tidak memiliki hak untuk melakukan hal itu, makhluk menyedihkan," ucap Akashi dengan nada merendahkan saat itu.

Tidak ada yang menyangka kalau Akashi yang sangat sopan dan bertutur kata halus itu bisa berubah menjadi orang yang sangat kejam dan tidak memiliki belas kasihan pada siapapun. Bahkan ia pernah berkata kalau tidak ada yang boleh menentangnya atau ia akan membunuh orang itu, walaupun itu adalah orangtuanya.

F/N menggeleng kecewa lalu melangkahkan kakinya keluar dari gimnasium. Suara langkah kakinya menggema di sekitar gimnasium. Tidak ada yang berani bersuara saat Akashi berbalik untuk menatap F/N. Alih-alih merasa terintimidasi dengan tatapan yang dilemparkan oleh Akashi, F/N malah merasa kesal karena dilemparkan tatapan seperti itu.

"Apa yang kau lakukan, F/N?" tanya Akashi dengan nada kesal karena ucapannya di depan tim terpotong.

"Keluar dari gimnasium, tentu saja. Memangnya mata 'emperor'mu tidak bisa memperkirakan pergerakanku?" sindir F/N. Ia hanya menoleh sedikit untuk menatap Akashi lalu berbalik untuk kembali melangkahkan kakinya.

F/N bisa mendengar semuanya menahan nafas mendengar sindiran F/N untuk Akashi. Sama seperti yang lainnya, Akashi juga terlihat tidak percaya dengan balasan F/N. Sampai sekarang, belum pernah ada yang berani memotong ucapan Akashi, terlebih lagi menyindirnya dengan kata-kata yang F/N ucapkan. Tanpa membuang banyak waktu, Akashi menahan pergelangan tangan F/N agar gadis itu tidak bisa berjalan lebih jauh lagi.

"Kau tahu siapa yang sedang kau hadapi sekarang, F/N?" Akashi menatap F/N dengan tatapan tajam. F/N sendiri tidak merasakan perasaan takut sama seperti yang lainnya yang sudah memberi isyarat pada F/N untuk menurut.

"Seorang laki-laki yang sudah berubah lalu kehilangan dirinya sendiri dan merasa dirinya adalah penguasa dari segalanya, itulah yang sedang kuhadapi," balas F/N. Tatapan tajam Akashi beradu dengan tatapan dingin F/N.

"Apa yang baru saja kau katakan F/N? Kurasa aku salah mendengar ucapanmu," tatapan Akashi sama sekali tidak berubah, seperti memberi kesempatan untuk F/N agar menarik kata-katanya.

Mibuchi mencoba untuk melerai keduanya, tapi tidak ada satupun yang mengalihkan pandangannya dari satu sama lain. Genggaman Akashi semakin mengerat di pergelangan tangan F/N, sementara F/N tidak memberikan reaksi yang diinginkan oleh Akashi. Saat Akashi memberikan lirikan mematikan pada Mibuchi, tidak ada lagi yang berani mengganggu mereka.

"Ikut aku, F/N. Kita akan membicarakan ini sampai kau mengerti posisimu," geram Akashi sambil menarik tangan F/N keluar gimnasium.

Banyak tatapan takut dan bingung yang mengiringi kepergian F/N dan Akashi. Tidak jarang banyak siswi yang bergerak menjauh saat Akashi melewati lorong. Saat Akashi memaksanya untuk memasuki kelas kosong, F/N merasakan punggungnya beradu dengan dinding. Ia sempat meringis tertahan sebelum semua perhatiannya tersita oleh Akashi.

"Siapa kau dan apa yang kau lakukan pada F/N?" tanya Akashi masih dengan tatapan tajamnya. Kedua tangannya berada di samping kepala F/N, mencegahnya untuk melarikan diri.

F/N mendengus pelan. "Bukankah seharusnya pertanyaan itu keluar dari mulutku, Akashi-san? Siapa kau dan apa yang kau lakukan pada laki-laki yang kucintai?"

"Tentu saja aku adalah Akashi Seijuro dan bukankah sudah kukatakan kau harus memanggilku Seijuro," jawab Akashi. Ia sedikit menggeram saat F/N tidak menatap matanya saat ia berbicara. "Tatap aku saat aku berbicara F/N. Jangan mengalihkan pembicaraan ini."

"Aku tidak mengalihkan pembicaraan Akashi-san. Lagipula aku hanya makhluk menyedihkan, bukan? Aku tidak pantas untuk menatap matamu sama seperti orang-orang yang melayanimu. Aku ini hanya kekasihmu yang tidak pernah kau dengarkan," balas F/N. Ia masih belum menatap Akashi, tapi memberi tatapan tajam pada dasi yang dikenakannya.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku adalah kau bukan orang yang sama lagi. Seijuro yang kukenal adalah seseorang yang lembut dan sopan, tapi kau Akashi-san, kau adalah orang yang kejam dan tidak memiliki belas kasihan. Kau bahkan memanggil teman-temanmu dengan panggilan 'pion.' Apa kau tidak pernah berpikir kalau mereka adalah manusia yang butuh penghargaan?

"Kau bahkan sudah tidak mendengarkanku lagi. Kau tidak pernah menghabiskan waktumu denganku," F/N mendengus pelan. "Apa aku masih dianggap sebagai kekasihmu, Akashi-san? Kurasa bukan, karena aku hanyalah pion yang digunakan saat kau merasa bosan dan membutuhkan sesuatu, kan? Aku permaisurimu di saat kau merasa harus ada yang mendukungmu saat pion lainnya hilang, kan?"

Tiba-tiba saja F/N merasa kalau kakinya sudah tidak menyentuh tanah. Akashi mencengkeram lehernya dengan erat, F/N yakin akan ada bekas jari-jari Akashi saat ia melepaskan lehernya nanti, tapi itu bukan fokusnya sekarang. Fokus F/N berada pada tatapan dingin Akashi yang tidak pernah ia gunakan saat melihat F/N. F/N bisa merasakan punggungnya mengigil karena tatapan itu. Hilang sudah tatapan penuh kehangatan yang biasa F/N lihat di mata itu. Sudah tidak ada lagi perasaan yang tersisa untuknya di dalam hati Akashi. Sudah tidak ada.

"Kukira kau berbeda," kata Akashi datar dan dingin. "Ternyata kau sama saja dengan mereka. pembangkang. Tidak berguna. Kau tidak akan berguna untukku jika sikapmu seperti ini. Karena kau merasa seperti pionku, aku akan memperlakukanmu semauku."

Satu detik berikutnya F/N merasakan dinding di sebelah kepalanya sudah tertancap gunting merah milik Akashi. F/N melirik ke sampingnya dan mengetahui kalau pipinya sudah berdarah. Cairan berwarna merah itu bahkan sudah mengotori lantai.

"Aku bisa membunuh pembangkang seperti dirimu kalau aku mau," bisik Akashi dengan nada berbahaya di samping telinga F/N. "Tapi aku tidak akan melakukannya. Tidak ada gunanya aku membunuhmu sekarang."

Dengan seperti itu Akashi meninggalkan F/N. Tidak sekali pun ia berbalik untuk memeriksa keadaan F/N, tapi F/N tidak terlalu peduli. Bekas kemerahan jari-jari Akashi tidak lebih sakit daripada hatinya sekarang. Ia tidak percaya kalau kata-kata seperti itu terucap dari Akashi untuk dirinya. F/N benar-benar kehilangan sosok Akashi yang ia cintai, yang tidak pernah berkata buruk tentang orang lain.

F/N kehilangan cintanya, Akashi Seijuro.

Saat menunduk, F/N melihat tetesan darah dari pipinya di lantai. Ah... warna darah itu mengingatkannya pada mata Akashi saat menatapnya sebelum pergi keluar meninggalkan F/N sendirian. Tunggu! Seharusnya mata Akashi berwarna merah dan semburat kuning. Bukan merah keduanya seperti mata Akashi yang ia cintai.

Tanpa sadar F/N menole dan menatap pintu kelas, berharap dalam hati seperti Akashi akan kembali padanya. Bolehkah ia berharap Akashi-nya masih berada di sana dan mencoba untuk menolongnya dari dirinya yang lain? Bolehkah ia berharap jika tatapan hangat dan senyuman lembut itu masih tersisa untuk dirinya? Bolehkah ia berharap sedikit saja?

Aku coba buat Akashi yang agak angst, tapi kayaknya gak terlalu berhasil ya?
Ini buat lulurahayu yang kepengen baca Akashi yang rada miris. Maaf ya baru kesampean sekarang.

Kuroko no Basuke DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang