Cerita ini hanya sekelumit imajinasi dari penulis, jika ada kesamaan nama, latar, dan kisah itu tanpa autor sengaja, kecuali beberapa nama tokoh memang sengaja autor comot dari nama teman teman dekat autor. Hehe maafkan aku kawan 😂 Jangan berharap ini cerita bakal kaya kisah romeo dan juliet, atau film Crazy Rich yang pernah kalian tonton. Ini cerita orang sederhana, biar pembaca nggak kebanyakan halu. Selamat manikmati semoga sukaaaaa.
.
.
.🐥🐥🐥
Rutinitas perkuliahan yang membosankan terasa sangat menyiksa bagi golongan mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang - kuliah pulang). Itulah yang dirasakan Ara dan kawan-kawan. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 siang, tetapi dosen senior mereka masih betah duduk berlama-lama sembari menunggu para mahasiswa dan mahasiswi nya selesai mengerjakan kuis.
"Sssttt...sstt Sya, hei syaaa." Bisik Novana yang memberikan kode kepada Tasya agar sahabat nya itu menoleh.
"Apaan??" Tasya yang menjawab kode dari Novana dengan suara yang lumayan keras menarik perhatian dosen dan teman-teman sekelas mereka.
"Kenapa Novana? Sini bicaranya di depan kelas, biar semua teman mu dengar!" Jawab pak Haris, dosen mata kuliah metodologi pendidikan yang terkenal killer dan tegas di fakultas mereka.
Ara dan Luthfi yang sudah sangat faham dengan kelakuan kedua sahabatnya itu hanya bisa menarik nafas panjang sambil mengutuk mereka berdua dalam hati. 'Mampus lo berdua, cari gara-gara. Bakal makin lama ini pulang nya.' Seperti itu kira-kira isi hati Ara dan Luthfi.
"Eh, anu.. Itu pak.." Jawab Novana tergagap panik tak mampu melanjutkan kalimatnya.
Pak Haris lalu berdiri dari singgasananya dan berjalan kearah Novana lalu mengambil kertas jawaban milik gadis itu, semua mata memandang ke arah mereka dengan raut khawatir.
"Sudah selesai Novana? Mau keluar sekarang? Sudah tidak betah berada di kelas saya?" Cecar pak Haris.
"Su-sudah pak". Jawab Novana gugup. Walaupun satu angkatan tahu kalau Novana adalah gadis bar-bar, tetap saja nyalinya ciut di depan dosen bermata elang itu.
"Ya sudah kalau begitu, yang sudah selesai silahkan kumpulkan kertas jawaban kalian di meja saya dan keluar dari kelas."
Semua mahasiswa dan mahasiswi yang berada di kelas itu mendesah lega. Satu persatu dari mereka mulai mengumpulkan kertas jawaban dan keluar dari kelas.
"Yaelah, dari tadi kek pak. Saya mau jemput abah saya di KUA nih." Ucap Nay santai, mahasiswa tersantai di kelas. Ayahnya adalah petugas KUA merangkap dosen di kampus mereka.
"Kamu bicara apa Nay?" sanggah pak Haris sambil memicingkan mata menatap Nay.
"Enggak pak. Abah saya dulu nikah nya di KUA, saya pamit pulang duluan pak!" Nay berujar santai setengah berlari menjauh dari dosen senior itu sambil melambaikan tangan. Pak Haris yang melihatnya hanya menggelengkan kepala.
🐥🐥🐥
Parkiran motor Fakultas Tarbiyah dan Keguruan...
Ara, Tasya, Novana dan Luthfi berdiri di dekat motor Novana dan Luthfi di parkirkan. Diantara merek berempat, Novana dan Luthfi lah yang membawa kendaraan. Mereka memang terbiasa berboncengan hingga depan gerbang, tempat Ara dan Tasya menunggu angkot.
Luthfi yang sedari tadi terlihat lesu tiba-tiba berujar, "Jenuh nih di kosan, nongkrong kuy!" Ajak Luthfi menggebu.
"Gas lah, mau ngapain juga di kosan, gabut." Jawab Novana.
"Emmmm.." Ara tampak memikirkan alasan apa lagi yang akan ia buat untuk menolak ajakan para sahabatnya ini.
"No, maaf nona Ainun Mustika Az-zahra, kali ini anda tidak bisa menolak lagi. Susah amat sih diajak nongkrong doang." Novana menyahut dengan cepat, ia memasang tampang kesal karna sahabatnya satu ini paling susah diajak bersenang-senang.
"Tau nih bibi, kenapa lagi bi? Nggak punya duit? Apa takut diomelin kangmas nya?" Tasya yang paling pendiam diantara mereka kali ini ikut bertindak.
"Udahlah bi, kalau soal izin ke kangmas nanti biar Enok yang ngomong. Kalau soal duit, nanti biar Tajul yang traktir kita. Iya kan Nok, Jul?" Luthfi yang dengan santainya meminta persetujuan dari Tasya dan Novana.
"Lah kok jadi kita pi?" Novana tak terima. Melihat Luthfi yang melotot pada mereka, terpaksa Novana dan Tasya mengangguk setuju.
"Yaudah, hayuk. Capcus cin, keburu sore." Ucap Luthfi yang langsung dituruti yang lainnya. Ara berboncengan dengan Novana sedangkan Tasya dengan Luthfi.
Motor yang mereka kendarai melaju membelah padatnya jalanan Bandar Lampung sore hari. Tujuan mereka adalah sebuah mall, mereka akan berkaraoke ria di tempat karaoke milik salah satu ratu dangdut Indonesia.
🐥🐥🐥
Sebelum bercerita lebih lanjut, izinkan autor memperkenalkan secara singkat masing-masing dari mereka.
Novana Melati
Anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya adalah lulusan terbaik disalah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, saat ini kakaknya sedang melanjutkan pendidikan S2 di China. Inilah yang menyebabkan Novana selalu dibanding-bandingkan dengan sang kakak.
Novana lahir dan tinggal di Pringsewu. Ayahnya adalah seorang juragan pisang yang biasa dikirim ke Jakarta sementara ibunya seorang ibu rumah tangga.Tasya Zulyana
Teman-teman dekat biasa memanggilnya dengan sebutan Tajul, yang merupakan singkatan dari nama lengkapnya. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara, ketiga adiknya adalah anak laki-laki, inilah yang menyebabkan kedua orangtua Tasya menjaganya dengan sangat ketat. Ayahnya adalah seorang juragan kemplang, Tasya dan keluarga nya tinggal di Bandar Lampung. Tasya adalah personil termuda digengnya.Luthfi Hanifa
Biasa dipanggil Upi, dia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Upi berasal dari Lampung Utara, ayahnya adalah seorang pekerja di tambang emas yang ada di Papua, sedang ibunya adalah pemilik toko grosir sembako di daerahnya.Ainun Mustika Az-zahra
Panggil saja Ara, seorang gadis biasa dari keluarga yang biasa juga. Anak pertama dari dua bersaudari. Ayah nya dulu merupakan seorang karyawan disalah satu perusahaan raksasa yang memproduksi makanan kaleng, sementara ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Ara lahir di Lampung Utara, 20 tahun yang lalu. Ia tumbuh dan besar di Lampung Tengah. Hidup dengan nyaman dan damainya hingga akhirnya, saat Ara masuk ke jenjang perkuliahan tepatnya saat semester 2, ayahnya memutuskan untuk pensiun dini dari perusahaan tempat mereka selama ini menggantungkan hidup.
Kemudian mereka pindah ke Lampung Utara, alasannya agar lebih dekat dengan sang nenek (orang tua ibu Ara) yang hidup sendirian. Dari sinilah semua permasalahan hidup Ara dimulai. Sejak keluar dari perusahaan, ayah nya membeli sebuah truk untuk modal mereka menyambung hidup. Namun naas, ayah Ara ditipu oleh adik ipar istrinya. Truk tersebut terpaksa dijual, dan lagi-lagi dewi fortuna belum berpihak pada mereka. Ayah Ara kembali ditipu, kali ini oleh keponakan istrinya. Sejak itu Ara membenci keluarga ibunya. Harapan mereka satu-satunya hanyalah rumah yang dahulu mereka tempati di Lampug Tengah agar segera laku, agar uang hasil penjualan nya bisa dijadikan modal usaha. Bagaimana nasib kuliah Ara? Semua biaya hidup dan kuliah Ara ditanggung oleh Ahmad Faiz, sang kekasih. Inilah yang menyebabkan Ara banyak berhutang budi pada Faiz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahal Kita, Mas!
RomanceKalau sekedar berniat singgah, aku hanya akan memberi mu kopi, bukan hati!