Part 9

246 36 1
                                    

"Jika manusia yang menyakitimu, lalu kenapa Tuhan yang engkau jauhi?"
.
.
.
.
.

🐥🐥

Ara merebahkan tubuhnya di kasur, tubuhnya terasa letih. Setelah mandi dan sholat tadi ia pamit kepada kakaknya untuk memejamkan mata walau sejenak. Suara ribut dari arah ruang tamu mengusik istirahatnya. Ara bangun dari tidurnya, gadis itu mengenakan kerudungnya lalu berjalan gontai ke ruang tamu.

"Bangunin gih adikmu, ayok berangkat nanti kemaleman loh." Ujar mas David, pacar mbak Fitri.

"Oke, tunggu bentar." Tepat disaat itu, Ara muncul.

"Eh ini bocahnya nongol. Sini dek." Mbak Fitri menepuk sofa di sampingnya, Ara menurut.

"Kenalin dek, ini mas David. Pacarnya mbak. Yang di depannya mas Fatur, sampingnya itu istrinya, namanya mbak Anggun." Mbak Fitri memperkenalkan tamunya satu persatu.

"Hai mas, mbak. Aku Ara, adik sepupunya mbak Fitri." Ara memperkenalkan diri dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Dek, kami mau jalan ke Tangerang Selatan. Ikut yuk, dari pada sendirian di rumah." Ajak mas David mencoba akrab pada Ara. Gadis itu tampak berfikir sejenak, tak lama lalu mengangguk mengiyakan ajakan mas David.

"Tunggu sebentar ya mas, mbak. Aku siap-siap dulu." Ara lalu beranjak ke kamar, ia berganti baju dan sedikit memoles wajahnya dengan make-up agar tidak pucat.

🐥🐥🐥

Mobil yang mereka tumpangi tiba di daerah Pasar Lama, Tangerang. David yang mengendarai mobil sibuk mencari tempat parkir karena hampir seluruh area parkir dipenuhi oleh kendaraan pengunjung.

Setelah berhasil mendapat tempat parkir, mereka mulai berjelajah di area Pasar Lama tersebut. Ara yang gelap mata, ingin mencicipi seluruh jajanan yang ada ditempat itu mulai dari sate taichan, sate cumi hingga bandrek.

***

"Mbak, aku jalan sendiri aja deh. Males jadi obat nyamuknya kalian." Ara menatap sebal mbak Fitri yang sedari tadi menggandeng tangan mas David. 'Sopankah begitu di depan jomblo? Eh aku jomblo?' Batin Ara.

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan dek?" tanya mbak Fitri curiga, Ara hanya mengangguk sebagai jawaban. "Ya sudah kalau gitu. Mainnya jangan jauh-jauh ya sayang."

"Emang aku anak kecil mbak?" Ara terkekeh mendengar nasehat kakaknya.

"Nih dek, buat jajan." Mas David menyerahkan dua lembar uang seratus ribu pada Ara.

"Nggak usah mas, Ara ada kok buat jajan. Kemaren dapet hadiah dari gathering."

"Udah terima aja dek." Ucap mbak Fitri yang diangguki mas David. Dengan malu-malu Ara menerima pemberian calon kakak iparnya itu.

"Makasih mas. Ara pamit ya, daaaaaa." Ara melambaikan tangan pada mereka.

***

Semakin malam, tempat yang Ara kunjungi makin ramai. Seperti tidak mempunyai rasa kenyang, Ara terus berjelajah mencicipi kuliner yang menurutnya menggiurkan. Ara sangat menikmati waktu sendirinya. Sampai di depan stand yang menjual beraneka macam jus, Ara memesan satu gelas jus yang menjadi favoritnya.

"Jus alpukat satu bang." Ucap Ara dan seorang pria di sampingnya secara bersama. Ara dan pria itu menoleh karena terkejut. Rasa terkejutnya kian menjadi saat tau siapa pria di sampingnya.

Mahal Kita, Mas! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang