-Tingkat tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan dia bahagia dengan orang lain-
.
.
.
.
.
🐥🐥🐥Ara berbaring di ruang transfusi darah dengan mata tertutup. Jam di dinding menunjukkan pukul 1 dini hari, tubuh Ara lelah dan butuh istirahat. Sedang di depan ruang transfusi Rasyid duduk bersama mas Anggara, sepupu Aurel.
Setelah mendapat kabar bahwa Aurel mengalami kecelakaan, keluarga Aurel yang berada di Jakarta Pusat langsung berkunjung ke rumah sakit. Aurel adalah anak tunggal, ayah dan ibu nya sudah meninggal setahun lalu karena kecelakaan. Hal itu yang membuat hidup Aurel seolah tanpa kendali, ia hanya tinggal berdua dengan mas Anggara. Kedua orang tua Aurel berasal dari Magelang, maka tak heran jika seluruh keluarga ayah dan ibunya berada Magelang dan sekitarnya.
Aurel mengalami koma dan kehilangan banyak darah, sedang stok darah yang sesuai dengan Aurel sedang kosong di rumah sakit tersebut. Setelah pihak rumah sakit memberi informasi bahwa golongan darah Aurel adalah AB, tanpa berpikir panjang Ara langsung bersedia mendonorkan darahnya karena golongan darah mereka sama.
Selesai menjalani donor darah, Ara keluar dari ruangan tersebut dengan dibantu oleh Radyid.
Dengan telaten Rasyid menuntun Ara berjalan menuju tempat parkir rumah sakit. Wajah Ara tampak pucat dan tubuhnya lemas, Rasyid yang tidak tega akhirnya membopong tubuh Ara menuju mobil. Rasyid tadi sudah menceritakan kejadian yang menimpanya dan Ara kepada tante Yani melalui telepon, sang tante yang iba kemudian Meminta suaminya untuk mengantarkan mobil mereka ke rumah sakit guna transportasi Ara dan Rasyid."Mau langsung pulang ke Jakarta Utara Ra? Tadi tante Yani minta kita istirahat dulu di rumahnya sampai pagi."
"Pingin langsung tidur aku Syid. Capek banget, lemes." Ucap Ara dengan mata tertutup.
"Ya sudah, kita istirahat di rumah tante ya Ra. Aku nggak tega liat kamu dengan kondisi kaya gini. Di kontrakan juga kamu sendirian, mbak Fitri kerja. Aku udah izin ke mbak Fitri kok Ra." Bujuk Rasyid agar mau istirahat di rumah tantenya. Ara hanya menanggapi dengan anggukan.
Sesampainya di depan rumah sang tante, Rasyid mengetuk pintu rumah tersebut sedang Ara dibiarkan tetap tidur di dalam mobil. Om Yoyo membukakan pintu rumahnya.
"Ara mana Syid?"
"Masih tidur di mobil om, aku nggak tega mau bangunin. Ini om tolong bantu Rasyid bawa ayam gorengnya ke dalam." Rasyid menyerahkan sebuket ayam goreng yang dipesan melalui drive thru, ia tau Ara belum makan dan kehilangan banyak tenaga, pria itu tak tega jika harus mengganggu istirahat sang tante hanya untuk dimintai tolong memasak tengah malam.
"Jangan dibangunin Syid, kasihan. Kamu kuat bopong dia sendiri? Biar om yang masukkan mobil ke garasi."
Rasyid lalu membopong Ara ke kamar Lia, kebetulan gadis itu tidur di kamar sang adik. Setelah membaringkan Ara dan memastikan gadis itu nyaman, Rasyid lalu menutup tubuh Ara dengan selimut. Dipandanginya wajah Ara dengan seksama.
"Sehat terus Ra, kamu orang baik. Aku sayang kamu." Bisik Rasyid lirih, lalu dikecupnya kening gadis itu lama sebelum akhirnya Rasyid keluar dari kamar tersebut dan tidur di sofa ruang tamu.
🐥🐥🐥
Empat bulan kemudian...
Ara keluar dari gedung tempat di adakannya wisuda dengan didampingi oleh ayah dan ibunya, hari ini ia resmi menyandang status sarjana pendidikan. Keluarganya yang lain sudah menunggu di lapangan kampus.
Gadis itu menatap sang ibu yang sedari tadi meneteskan air mata haru melihat putri kecilnya berhasil menapaki satu jenjang lagi dalam hidupnya. Ara tersenyum saat pandangannya bertemu dengan tatapan sang ibu, didekati ibunya yang tak lagi muda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahal Kita, Mas!
RomanceKalau sekedar berniat singgah, aku hanya akan memberi mu kopi, bukan hati!