"Naray nya masih belum mau keluar?", Tanya Nara yang lagi benerin seragamnya.
Nendra yang sekarang masih diem didepan kamar Naray ngangguk pelan.
"Gue, gue cuma mau nenangin dia doang ra", Lirih Nendra pelan.
Nara yang baru aja selesai benerin seragam mendadak jadi tegang, Nendra kaya yang mau nangis gitu masalahnya.
Pelan-pelan, Nara deketin Nendra, nyamperin Nendra terus ngelus bahu Nendra pelan.
"Nanti dicoba lagi ya, sekarang lo harus sekolah", Ucap Nara tenang.
Gak sadar, satu air mata lolos dari mata Nendra, dia sedih, ini udah dua kali dia gak tau Naray kenapa.
Pelan-pelan, Nara angkat wajah Nendra terus niup mata Nendra yang sekarang banjir air mata.
"Hey, gak perlu nyalahin diri lo sendiri. Lagian, Naray butuh waktu sendiri mungkin ndra, dia udah dewasa".
Nendra hapus sisa air matanya, terus tarik nafas pelan.
Ngeyakinin dirinya kalo Naray baik-baik aja dan percaya sama omongan Nara kalo Naray butuh waktu sendiri.
Nara natap Nendra yang sekarang lagi liatin pintu kamar Naray.
Bagi Nara, Nendra mungkin penyembuhnya. Tapi prioritas Nendra masih Naray. Dia cukup tau, dan sadar diri.
"Berangkat bareng gue ya ra?", Ajak Nendra.
Nara yang masih melamun langsung kaget waktu Nendra narik tangannya.
"Bentar", Tahan Nara.
Nendra ngangkat satu alisnya.
"Senyum dulu, baru berangkat", Ucap Nara sambil narik kedua ujung bibir Nendra.
Nendra reflek ketawa terus acak-acak pelan rambut Nara.
Nara ketawa, gak apa-apa.
Nendra, Nara dan Naren. Triple N yang sama-sama gak sadar siapa yang mereka butuhkan satu sama lain.
||||||
Kali ini giliran Bumi yang beraniin diri buat nyamperin Naray.
Dengan mental yang udah dia siapin daritadi, Bumi ngetuk pintu kamar Naray.
Satu kali, dua kali, tiga kali. Gak ada jawaban.
Bumi narik nafas, "ray, ini gue Bumi".
"Gue, gue gak tau lo kenapa dan gue mungkin punya salah atau enggak ke lo, tapi kalo iya gue minta maaf ya".
"Inget dulu lo bilang sama gue buat jangan nangis, mening lampiasin ke temen atau orang terdekat. Gue ada disini kalo lo butuh", Bumi sekarang udah nyenderin badannya di pintu kamar Naray.
"Ray, jangan nangis ya".
Naray yang sekarang lagi duduk di atas kasur cuma bisa diem. Daritadi dia denger kalimat penenang dari Nendra dan sekarang Bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Bersama Bandung
Teen FictionTau apa yang paling membuat Bandung itu, istimewa? Kalau kata Pidi Baiq, Bandung bukan sekedar urusan wilayah belaka, lebih jauh dari itu. Dan Bandung, bersama kita adalah pembelajaran perasaan, bukan hanya perihal cinta, lebih jauh dari itu, Bandun...