/15/

343 63 0
                                    

Sesuai janji, Naray bakalan ketemu sama bundanya hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai janji, Naray bakalan ketemu sama bundanya hari ini.

Selesai kerja, Naray dapet pesan dari bundanya buat ketemu di salah satu caffe di jalan Braga.

Syukur deket, jadi Naray gak perlu jauh-jauh pergi dari tempat kerja nya.

Dari luar caffe, Naray bisa liat bundanya yang sekarang lagi duduk di dalem. Sebelum masuk ke caffe, Naray menghela nafas pelan.

Dalem hati, dia berharap semoga apapun yang dia denger dari bundanya sekarang, gak mempengaruhi apapun buat kehidupannya sekarang.

Ngeyakinin diri, Naray buka pintu caffe dan jalan menuju bundanya yang sekarang lagi natap dia.

"Naray, kamu udah dateng", Sambut bunda Naray sambil senyum hangat.

Naray menyalimi tangan bundanya, terus duduk.

"Bunda mau ngomong apa", Ucap Naray to the point.

Bunda Naray senyum pelan, perlahan dia megang tangan Naray dan mengelusnya pelan.

"Naray, pertama bunda mau cerita sesuatu sama Naray. Tentang bunda, ayah dan kehidupan bunda sama ayah kamu".

"Bunda harap kamu mau dengerin ya sekarang?".

Naray natap bundanya, terus nganggukin kepalanya perlahan.

Bunda Naray senyum.

"Bunda sama ayah kamu itu dijodohin, kamu udah tau kan?", Tanya bunda Naray.

Naray nganggukin kepalanya lagi.

"Bunda sama ayah kamu, udah berusaha sebisa mungkin buat batalin perjodohannya dulu. Ya alasan kita jodohkan itu klise, apalagi kalo bukan soal bisnis".

Bunda Naray narik nafas pelan.

"Pada akhirnya, usaha bunda sama ayah sia-sia. Kita tetep nikah karena perjodohan ini".

"Segala hal yang dipaksakan gak akan benar, itu terjadi dalam rumah tangga bunda dan ayah. Udah mencoba untuk terbiasa, tapi pada dasarnya kita berdua emang sulit untuk menerima semuanya, nak".

"Sampe akhirnya, kamu lahir kedunia. Bunda tentu bahagia, begitupun ayah kamu. Awalnya gak ada yang namanya perselingkuhan, berantem antara bunda dan ayahmu".

Naray dengerin cerita bundanya dengan seksama.

"Oma meninggal, saat itu semuanya berubah. Bunda gak bohong waktu bunda selalu main sama kamu, keluarga kita kaya keluarga bahagia, bunda gak pencitraan doang soal itu Naray. Kamu itu, anak bunda. Dunianya bunda", Ucap bunda Naray sambil tersenyum.

Naray mati-matian nahan air matanya. Gak tau kenapa, perasaannya jadi gak enak.

"Dan waktu Oma meninggal, semuanya hancur perlahan-lahan. Ayah kamu main sama perempuan lain, begitu pun bunda. Dan kita ngelakuin hal itu semata-mata cuma karena rasa egois yang ada didiri bunda sama ayah".

Kita Bersama BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang