/18/

360 67 17
                                    

Nendra ngendarain motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, fikirannya gak karuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nendra ngendarain motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, fikirannya gak karuan. Dia gak bisa mikirin apa-apa lagi selain Nara yang sekarang lagi dikurung.

Cerita sedikit waktu pertama kali Nendra ketemu Nara di asrama, Nendra yang pertama kali liat Nara di seret-seret sama orang-orang berbadan besar, Nendra yang pertama kali liat Nara ada di club buat minum-minum, dan Nendra yang pertama kali liat Nara nangis.

Sejak saat itu, dalam hati Nendra dia pengen merubah kehidupan Nara. Biar Nara gak harus keluar malam-malam, biar Nara gak harus nanggung beban dipundak nya sendiri.

Nendra, dia punya rasa simpati yang besar terhadap manusia. Dia punya hati yang lembut dan hangat. Sekalipun itu orang jahat, kalo orang itu butuh bantuan dia, Nendra bakal bantu.

Nendra tau betul gimana perasaan Nara, dan dia akan usahain apapun itu, untuk Nara bahagia.

Buru-buru Nendra langsung turun dari motornya waktu sampai didepan rumah Nara. Rumah besar bertingkat itu kalo diliat dari luar, vibes nya baik, kayak menandakan bahwa isi rumah itu hangat. Padahal sebaliknya.

Dengan hati-hati, ibu Nara keluar dari rumah ngendap-ngendap biar gak ketauan sama suaminya.

Dengan gerakan cepat, Nendra nyamperin ibu Nara dan menyalimi tangannya.

"Bu, Nara dimana?", Tanya Nendra khawatir.

Ibu Nara diem, berusaha buat gak nangis dan nyeritain semuanya ke Nendra.

Nendra mendengarkan cerita ibu Nara dengan seksama, sambil sesekali mikir gimana caranya buat ngeluarin Nara dari gudang itu.

Sedangkan posisi gudang itu ada tepat di atas halaman depan rumah Nara. Yang artinya, kalo Nendra gak hati-hati, dia bakalan ketauan sama orang-orang yang jaga di rumah Nara.

"Nendra, kalau bisa kamu bawa dia jauh dari sini. Bandung bukan tempat yang aman buat Nara", Ucap ibu Nara sambil memegang tangan Nendra memohon.

Nendra tersenyum tipis, "Bu, rumah Nara disini. Disisi ibu. Saya gak akan bawa Nara kemana-mana, saya akan bantu Nara dan ibu biar bisa aman".

"Ibu jangan khawatir, saya bakalan bawa Nara keluar dari gedung itu", Sambung Nendra yakin.

Nendra natap ke atas rumah Nara, ada satu jendela ruangan yang tertutup, dan Nendra yakin Nara ada disana.

Nara meringis pelan, dia baru aja ketiduran sambil nangis tadi. Tangannya perih, sakit karena ditarik-tarik tadi. Tapi gak sebanding sama rasa sakit dihatinya.

"Sialan om-om tua", Misuh-misuh Nara sambil berusaha buat buka jendela.

"Awas ya anjir, gue nanti lulus SMA bakalan pergi dari sini, gue bawa ibu, terus gue tinggalin lo. Dasar tua bangka".

Sayangnya, tangan Nara yang lemas gak bisa bikin jendela itu kebuka. Nara lagi-lagi terduduk lemas. Dia nangis lagi.

"Air mata sialan, gue udah janji gak bakalan nangis", Teriak Nara.

Kita Bersama BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang