Tau apa yang paling membuat Bandung itu, istimewa?
Kalau kata Pidi Baiq, Bandung bukan sekedar urusan wilayah belaka, lebih jauh dari itu.
Dan Bandung, bersama kita adalah pembelajaran perasaan, bukan hanya perihal cinta, lebih jauh dari itu,
Bandun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja diem di halte, sambil liatin jalanan, gak tau sih kangen aja diem sendirian kaya gini. Belakangan ini dia nyoba enjoy tapi tetep aja gak bisa. Rasanya masih gak bisa nerima, tapi tetap harus di terima.
Ini udah H-seminggu, waktunya dia bakal tunangan.
Senja menghela nafas pelan, terus bangun dari duduknya dan jalan buat nyari angkot.
"Senja".
Panggilan dari Naray berhasil buat Senja berhenti jalan.
"Apaan, eh kok lo belom balik?", Tanya Senja.
Naray jalan deketin Senja, "mau bareng sama lo".
Senja ketawa, Naray beberapa hari kebelakang ini jadi lebih ekspresif.
Akhirnya Naray dan Senja diem nungguin angkot yang lewat, sampe tiba-tiba seruan dari Naren buat Senja mendadak deg-deg an.
"Bareng gak", Ucap Naren yang gak tau buat siapa.
Dejavu. Batin Senja, ini sama kaya dulu pas Naray sama Senja lagi nunggu angkot waktu mau berangkat sekolah.
"Lo nawarin siapa?", Tanya Naray sinis.
Naren ngelirik Senja, "yang mau aja".
"Yaudah, gak ada yang mau", Jawab Naray.
"Sialan, nja gak mau bareng?", Tanya Naren beralih ke Senja.
Senja menggeleng kuat, dia gak mau. Seminggu lagi waktunya dia udah harus lepas dari bayang-bayang cowo ini.
Naren menghela nafas, gak bilang apa-apa lagi abis itu pergi.
Naray natap Senja yang lagi nunduk, dia gerakin kakinya sambil nendang-nendangin batu kerikil.
Naray ngelus pelan bahu Senja, "lo tau gak, masalah itu harus di selesain. Hidup cuma sekali nja, selesain apa yang harus lo selesain dulu sebelum lo memulai sesuatu yang baru".
Senja diem, dia senyum tipis sambil ngelus pelan tangan Naray yang ada di bahunya.
"Gue usahain".
|||||||| Nendra sekarang lagi ada didepan rumah Nara. Cowo itu udah beberapa hari nengok terus Nara dan ibunya setiap pulang sekolah.
"Sekolah Nara, lo gak tau ya kita harus jadi orang bodoh yang berkualitas", Ucap Nendra sambil lepas sepatunya.
Nara yang lagi nyender di tembok ketawa pelan.
"Gapapa sih, gak kasian apa sama otak dipaksa untuk mencerna pelajaran, padahal kita memang bodoh", Jawab Nara.
Nendra mendengus pelan terus masuk ke dalem rumah bersama Nara.
Di dalem ada ibu Nara yang lagi beresin barang-barang, Nendra menyalami tangan Ibu Nara lalu nengok ke Nara dengan wajah bingung.
"Beresin barang buat apaan?", Tanya Nendra tanpa suara.
