Dua anak berumur tanggung yang sedang dimarahi habis-habisan oleh Eunsang itu menunduk, tak berani untuk mendongak menatap si sulung Nakamoto yang kini sedang mengeluarkan siraman rohani tentang efek berkelahi yang bisa saja memupuk dendam.
Setelah menyeret dan mengintrogasi Hyuna perihal apa yang terjadi pada Yuzima — Eunsang dan Ziu langsung mengomel panjang lebar dan ini sudah satu jam berlalu. Sebenarnya hanya Eunsang yang mengomel karena Ziu hanya menimpali dengan kata-kata kompor yang membuat Zei — yang kebetulan sedang menyimak ingin sekali menimpuk sang kembaran.
Karena ucapan yang diucapkan Ziu itu semakin membuat Eunsang gencar mengomel dan entah kapan ia akan berhenti. Telinga Zei saja sudah panas mendengar hal itu dan ingin kabur — tapi sayang ia sedang malas bergerak.
Hyuna dan Yuzima kini duduk di sofa, dengan Eunsang dan Eunwoo di hadapan mereka. Ziu dan Zei berdiri di belakang kembar Eun itu dengan tatapan tajam — bahkan Eunwoo yang biasanya membela si bungsu pun berubah dingin dan atmosfir diantara mereka mendadak berubah menjadi menakutkan.
Hyuna melirik ke arah Yuzima yang sedang menunduk dengan wajah memerah menahan tangis — karena tadi luka yang Yuzima punya ditekan kuat oleh Eunwoo yang terlampau kesal dan marah. Siapa yang tidak marah jikalau adik bungsu yang selalu disayangi segenap hati berubah menjadi barbar dan hobi mencari masalah?
Seumur hidup mengenal para Kakak Nakamoto, baru kali ini Hyuna melihat keempatnya semarah itu. Sebab, yang Hyuna tahu, mereka adalah orang-orang yang humoris dan sedikit tidak waras. Rupanya benar apa yang dikatakan oleh Alex dulu tentang jangan membangkitkan amarah Nakamoto bersaudara, itu sangat menyeramkan.
Eunsang mendengus saat telinganya menangkap isakan lirih dari sang adik yang sedang menunduk. Ia otomatis menghentikan omelannya dan menghela nafas. Semarah dan sekesal apapun ia pada si bungsu, tetap saja kelemahannya adalah tangisan Yuzima.
"Sekarang Yuzima mengerti, kan? Nii-san begini karena khawatir.. Yuzima kan jadi terluka, nii-san tidak mau kamu kenapa-kenapa." suara Eunsang melembut, lalu ia duduk di samping Yuzima dan merangkul bahu sang adik. "Jangan menangis, nii-san batal marah."
Yuzima mengangguk, namun masih tersedu-sedu. Ia tetap menunduk dan sesekali menyeka air mata yang keluar dari kedua matanya. Kali ini ia tidak berpura-pura menangis, tapi memang benar-benar menangis karena takut melihat Eunwoo yang berbeda dari biasanya. Karena — hey, Yuzima sudah kebal dengan omelan Eunsang, cibiran Zei dan tatapan tajam Ziu, namun untuk Eunwoo yang biasanya sangat lembut itu berubah menjadi galak memang sedikit mengguncang mental.
Pandangan Eunsang beralih pada Ziu yang sedang bersidekap dada. "Ziu, ambilkan kotak obat, yah."
Ziu hendak protes karena ia malas beranjak, namun pelototan Eunsang membuatnya terpaksa pergi mengambil kotak obat. Tak lupa dengan gerutuan tak terima juga kaki yang dihentak ke tanah.
"Yuzima, sudah.." Hyuna yang merasa iba pun ikut menenangkan Yuzima dan mengelus punggung yang bergetar karena menangis itu. "Nii-san kan tidak jadi marah."
"Hiks.. Yuzi.. hiks.." perkataan Yuzima tertelan kembali dan ia semakin dalam menunduk.
Tak berselang lama, Ziu datang dengan sebuah panci di tangannya. Padahal Eunsang menyuruhnya untuk membawa kotak obat. "Nih nii-san."
Eunsang mendengus melihat benda yang disodorkan oleh Ziu. Beberapa detik, ia memejamkan mata sejenak untuk menahan emosi yang hampir meledak dalam dirinya. "Kotak obat, Nakamoto Ziu. Bukan panci. KOTAK OBAT!"
"Ya kan siapa tahu nii-san mau pukul Yuzima pake panci dulu sebelum diobati. Biasanya kalau Ziu habis berantem, sebelum diobati selalu dipuk— ADUHHHH NII-SAN KENAPA ZIU YANG DIPUKUL PAKAI PANCI, SIH?!" Seru Ziu tak terima saat tiba-tiba Eunsang memukul kepalanya dengan panci.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Genbrok Vers.2
HumorPart 2 of Genbrok! [Dianjurkan baca Genbrok yang pertama biar ngerti.] Perjalanan dari Kim bersaudara tetap berlanjut walaupun berpisah negara, kebobrokan mereka tetap bersatu dengan kisah masing-masing. "Sesuai dengan visi dan misi kita, sebarkan k...