Turun tangan

416 112 136
                                    

"Ayah? Lagi apa?" Tanya Mina pada sang suami yang sedang sibuk dengan laptop miliknya. Nenek Kim itu mendudukkan diri di samping Mingyu sembari meletakkan secangkir teh hangat dan sepiring waffle rendah gula.

Mingyu melirik sejenak Mina lalu menghela nafas. Secara dramatis ia mengusap wajahnya lelah dan seolah tampak frustasi. "Ngurus warisan dan ada beberapa hal yang buat kepikiran."

"Masalah kantor?" Tanya Mina namun dibalas gelengan Kakek Kim itu. Mina mengeryit, lantas apa yang dikerjakan Mingyu sampai merasa terbebani seperti itu? Di usia senja kini, Mingyu memang menyerahkan semua perusahaan yang ia miliki pada Jae dan YoungK dan seharusnya ia susah terbebas dari beban pikiran yang rumit.

"Masalah anak-anak? Mereka udah dewasa Gyu. Malahan Jae tahun ini udah 47 tahun loh, jangan terlalu dipikirkan."

"Jangan bawa-bawa umur yah. Ayah merasa tua banget nih."

"Alah baru juga 68 ini."

"68 itu banyak bunda! Kita tinggal nunggu giliran nih dijemputnya. Jadinya daripada julid mending kita perbanyak amal." Ucap Mingyu sedih. "Alhamdulillah kita diberi umur panjang, bisa lihat anak cucu kita sukses sampai sekarang."

Ah waktu terasa begitu cepat berlalu. Padahal baru saja kemarin ia membesarkan keenam anaknya sendirian karena dulu Mina tak berada di sisinya. Baru saja kemarin ia menikahkan Jineul, menyerahkannya pada Yuko. Baru saja kemarin Jae terlibat skandal akan beristri dua. Banyak kejadian lampau yang terjadi. Kini tak terasa jika Mingyu sudah menua, bukan lagi ayah Kim yang sehat yang menjadi pelopor kerusuhan keluarga. Mingyu kini menjelma menjadi seorang Kakek dengan 18 cucu, dan para cucunya sudah sukses dengan jalan masing-masing.

Terkadang, jikalau rindu pada kehangatan keluarga mereka dulu, Mingyu selalu memutar ulang video anak dan cucunya. Menyadari jika anak-anak yang dulu selalu merengek manja padanya kini juga sudah menua dan semakin dewasa — walaupun ada dari anak-anaknya yang malah masih dalam sikap kekanakan dan suka merengek.

Mingyu bersyukur diberi umur panjang dan anak-anak yang baik. Di umur nya sekarang, ia masih mendapatkan kasih sayang walaupun seperti yang kita tahu 6 saudara Kim sangat gengsi dalam menyatakan rasa sayang mereka.

Omong-omong, bulan depan Mingyu akan pergi dan menetap ke pedesaan di New Zealand, menghabiskan masa tua di sana bersama Mina — sang istri yang selalu sabar dalam menghadapi tingkah lakunya. Ia berencana akan membuat perkebunan dan menikmati senja juga fajar secara tenang. Tak lupa juga ia akan mengajak pasangan besan Yuta dan Sana (orangtua Yuko), Jiyoung dan Chaerin (orangtua Jennie), Seungyeon dan Nayeon (orangtua Tzuyu), Wonwoo (sahabat sekaligus ayah Somi), Chanyeol (ayah Jimin) dan juga Jinyoung (ayah Jihyo). Ah jangan lupakan Dongho.

Bayangan besan yang minum teh bersama dan bernostalgia membuat hati Mingyu menghangat. Semoga anak-anaknya menyetujui jika ia ingin tinggal di pedesaan.

"Ayah? Kok malah melamun?" Tanya Mina membuat Mingyu kembali tertarik pada kenyataan. "Kenapa? Jangan banyak pikiran nanti malah sakit."

"Ah enggak, cuman kepikiran kemarin Taenam ke Turki mendadak kayak orang yang dikejar setan." Ucap Mingyu yang sontak membuat Mina mengangkat alis bingung.

Maaf-maaf nih, Taenam dikejar setan? Selama ini kan setan teman baik anak itu, malah jika ada setan mengejar malah dikejar balik — mana sambil tertawa seram lagi. Ada kejadian apa sampai pawang setan diumpamakan dengan kalimat dikejar setan?

"Katanya Aisyah dalam bahaya gitu. Terus juga anaknya tadi rusuh maksa Minhyun buat turun tangan sampe Minhyun nangis tuh gara-gara gak mau soalnya dia lagi main game eh dikagetin terus komputer gaming nya jatuh."

Mina menggeleng pasrah. Mendengar tingkah laku para cucunya memang tak akan ada habisnya. Belum selesai satu masalah, muncul masalah baru. Untung saja keluarga yang di Jepang adem ayem, jika tidak, mungkin Mingyu sudah mengasingkan diri ke pedesaan sejak dulu agar hidup tenang dan damai.

[✓] Genbrok Vers.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang