[F] Berbeda

433 111 142
                                    

Warn! Flashback Junee and his crush!! Mungkin kalian sudah tau bagaimana endingnya. Ini juga gatau nge-feel atau nggak. Kalau kalian nangis, komen yah, nanti aku update buat lagi sebagai konten hiburan.

•••
.
.
.
•••

Junee melangkahkan kakinya menuju taman komplek untuk sekedar menikmati semilir angin yang menyejukkan. Rasa-rasanya, sudah lama ia tidak berkeliaran di komplek karena ia kini sedang mengeyam pendidikan di pesantren dan pulang beberapa bulan sekali. Dan sebenarnya Junee ingin bermain bersama Taenam, tapi sepupunya itu sedang ada banyak pekerjaan rumah dan sedang diawasi ketat oleh Jihyo karena nilainya turun — terlalu fokus mengejar jurig dan bermain boneka Voodoo.

"Aduh si ganteng, libur pesantren yah?" Tanya seorang ibu-ibu yang kebetulan sedang berkumpul di sekitaran taman.

"Ah iya, Bu." Jawab Junee ramah dan tersenyum sopan.

"Makin ganteng aja kamu, mau sama anak ibu, gak? Haduh idaman sekali." Balas ibu-ibu lainnya membuat Junee tersipu malu.

"Eh jeng, jangan dong. Sama anak ibu aja yah, Junee. Ditunggu loh habis lulus SMA."

"Hush jeng, Junee masih SMP loh, masih lama."

"Loh, Ustadz Sungjin udah bilang sama saya loh jeng."

"Halu kali, jeng. Mana mungkin anak kamu yang kayak cabe-cabean perempatan cocok sama Junee."

"Heh jeng kalau ngomong yah, anak saya itu pintu taubatnya belum kebuka aja. Jangan disebut cabe-cabean dong, lebih elit kayaknya kalau cabe-cabean."

Junee mengerjap bingung saat para ibu-ibu itu malah berdebat anak siapa yang akan menjadi istri Junee nanti. Padahal Junee masih SMP, masih semangat belajar dan berburu tuyul — belum kepikiran untuk mencari jodoh apalagi mempersunting wanita. Kata Abi, lulus sekolah dulu soalnya Abi sudah menyiapkan seorang wanita yang katanya cocok untuk Junee. Junee sih iya-iya saja, daripada melawan dan jadi durhaka. Kalau ia dikutuk menjadi batu, yang mengurus koleksi botol kaca siapa?

Julee? Yang ada botol kaca itu malah dijual ke rongsokan.

"Eumm, ibu-ibu, Junee duluan yah." Pamit Junee buru-buru daripada ia menjadi bahan rebutan. Tanpa menunggu jawaban, Junee langsung mengambil langkah seribu — biar saja dikata tidak sopan, habisnya ia bingung.

"Ternyata sendiri gak enak, yah." Gumamnya sebal. Ia sudah mengajak Youngna, tapi anak itu malah tidur dan saat dibangunkan malas katanya. Mengajak Alex, anak itu malah sedang latihan senam untuk ujian praktek katanya.

Kini Junee sudah sampai di taman dan tanpa disangka di sana sepi, padahal biasanya banyak anak seusianya yang bermain. Aish, kemana perginya semua teman-teman komplek di saat dibutuhkan seperti ini? Jika tahu begini, Junee lebih baik ikut bermain sepeda dan mengasuh Julee juga Minhyun.

"Meong." Seekor kucing menghampiri Junee dan menggesekkan tubuhnya pada kaki si sulung anak Sungjin itu.

Junee menunduk dan langsung berjongkok. Ia mengelus tubuh kucing itu lembut lalu membawa tubuh binatang berbulu itu untuk ia pangku. "Halo kucing."

"Meonggg~" balas kucing itu seolah paham dan semakin mendusel manja.

"Ih lucu banget." Pekik Junee senang. Selain tuyul, hal yang bisa membuat Junee senang adalah kucing — juga uang.

"EH ILAA."

Sebuah teriakan sontak membuat Junee menoleh dan mendapati saat seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya menghampiri. Perempuan dengan rambut sehitam malam, pipi bulat bak mochi yang bersemu merah saat terkena matahari juga poni yang menghiasi wajahnya. Dalam beberapa saat, Junee terpaku — matanya mengikuti gerakan perempuan itu terpesona dan sampai lupa jika jarak diantara mereka semakin terkikis.

[✓] Genbrok Vers.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang