Diikuti

446 118 111
                                    

"AISYAHHHHH CEPET DONGG, HOHO PEGEL NIH UDAH BERDIRI TIGA MENIT KAYAK PATUNG." Teriak Taeho di ambang pintu dengan ekspresi kesal. Kedua netra coklat itu menatap tangga menuju lantai dua dengan tatapan tajam, siap kapan saja meledak jikalau disentuh.

"Baru juga tiga menit, ho." Cibir Julee, yang kebetulan berdiri di sebelah Taeho.

"Tiga menit itu waktu, waktu adalah uang. Kalau misalkan setiap detik kita dapat uang 5 lira, kita udah rugi bandar loh!" Bela adik Taenam itu menggebu-gebu membuat Julee memutar mata malas.
*Lira adalah mata uang Turki, yang di mana 1 lira sama dengan 1.983 ribu

Mengapa Taeho itu mirip sekali dengan Junee jikalau tentang uang, sih? Kan Julee menjadi tambah rindu pada kakak bandar tuyul nya itu, sudah hampir satu tahun mereka tidak bertemu dan hanya bertukar kabar melalui sosial media saja. Padahal, biasanya mereka akan bertengkar di meja makan dan mendebatkan hadist sampai Sungjin pusing sendiri, tapi semenjak pindah ke Turki, Julee menjadi kesepian dan banting stir menjadi pengasuh dua adiknya.

"Hoho, berisik."

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Jinny kini sedang menuruni tangga sembari menggerutu sebab Taeho yang terus saja meneriaki namanya untuk segera bergegas.

Sore ini, ketiga remaja yang masih labil itu akan berjalan-jalan sembari menikmati angin sore di Ankara. Taeho bilang, ia bosan berdiam di rumah dan melihat para penghuni yang mondar-mandir tak jelas, ia ingin melihat manusia agar akal sehatnya kembali pulih. Semenjak tahu jikalau ia mempunyai mata batin yang terbuka, Taeho memang berubah menjadi rewel dan sempat berpikir jika ia pindah ke Turki adalah sebuah kesia-siaan. Bahkan, ia pernah menghubungi Zei — meminta bantuan untuk membantunya pindah ke Pluto.

Niat awal mencari beasiswa dan mati-matian belajar untuk menghindari jurig yang merupakan teman kakaknya, eh di Turki pun sama saja — ia tetap melihat jurig dan sering diganggu. Hanya bedanya, jikalau jurig Turki terlihat lebih elegan.

"Hoho bisa naik haji dulu nih, nunggu kamu." Ketus Taeho yang dibalas delikan tajam dari yang bersangkutan.

"Aku kan bilang tunggu sebentar! Gak sampai setengah jam, kok."

"Tapi tetap saja Hoho menunggu!"

"Kamu nya aja gak sabaran!"

Julee yang merasa akan ada pertikaian antara dua anak bungsu itu segera menengahi dan menarik keduanya keluar. Bisa gagal acara jalan-jalan mereka karena Taeho dan Jinny berkelahi lalu menangis.

Jangan salah, walaupun digadang-gadang akan menjadi salah satu spesies normal di Keluarga Kim, Jinny masih memiliki keturunan dari Kim Mingyu. Masih ada darah tak beres yang mengalir dalam tubuhnya.

"KAMI JALAN-JALAN DULU. ASSALAMUALAIKUM." teriak Julee mengucap salam entah pada siapa, sebab rumah kosong — Sungjin dan Jennie sedang mencari bahan makanan untuk makan malam ngomong-ngomong.

Untung saja tidak ada yang menjawab, jika iya, mungkin Julee akan berlari keluar rumah dan meninggalkan kedua adiknya itu.

Dan kini, ketiganya sudah berjalan menelusuri jalanan yang padat dipenuhi oleh orang-orang. Ankara, ibu kota Turki yang diminati oleh para wisatawan itu memang tak seterkenal kota Casablanca, Istanbul atau Marakesh, tapi jangan salah, pesona yang dipunya kota ini tidak kalah. Ankara memang tempat paling kering di Turki, yang membuat orang Bandung seperti Taeho, Jinny dan Julee merasa tak nyaman saat pertama menginjakkan kaki di sana tapi, situs warisan budaya yang ada menambah ilmu pengetahuan, apalagi untuk Julee yang selalu penasaran akan apapun.

"Kita mau kemana?" Tanya Julee, mencoba menyambungkan kembali dua anak yang tengah bersitegang. "Mau ke Hacibaba? Beli baklava? Atau mau kebab?"

Taeho memutar matanya malas, entah mengapa kenyang sendiri setelah mendengar kata kebab. "Kebab lagi kebab lagi, lama-lama Hoho jadi Duta Kebab nih kalau hampir setiap hari makan kebab."

[✓] Genbrok Vers.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang