Takutnya gak ada notif, sebelumnya aku udah up chapter sebelumnya yang judulnya 'Kejadian di Korea', baca dulu itu ya biar nyambung.
•••
.
.
.
•••Wajah Taenam dan Junee tertekuk dengan kedua tangan menjewer telinga masing-masing juga sebelah kaki terangkat — hukuman yang Sungjin berikan akibat membuat kekacauan dan mengganggu istirahat para orangtua. Firasat Eunsang tentang Sungjin yang akan bangun rupanya benar, dan kedua anak yang membuat keributan dengan pura-pura kerasukan itu tengah di hukum di tengah-tengah keluarga besar yang juga terbangun.
Ya, bagaimana tidak terbangun jika anak-anak yang sudah kepalang takut berlari menghampiri orangtua masing-masing dan heboh mengatakan Junee juga Taenam kerasukan macan. Untung saja keduanya tidak diruqyah Sungjin, jika iya, mungkin keributan lain akan terjadi dan bisa-bisa mereka diusir tuan rumah.
"Kakinya jangan turun." Tegur Sungjin saat melihat kaki Taenam perlahan turun. Ia melotot galak membuat anak-anak yang ada di sana bergidik ngeri.
Bayangan pesantren yang pernah dilalui entah mengapa langsung terlintas.
Taenam segera menaikkan kembali kakinya sembari menggerutu pelan, membuat Junee mendengus kesal dibuatnya karena panas telinga mendengar keluh kesah yang itu itu lagi.
"Bang Eunsang sih.." tuduh Taenam pelan pada Eunsang yang sibuk mengobati kaki Eunwoo. "Gara-gara mecahin gelas gak bilang-bilang."
Kan, Eunsang lagi yang salah. Derita anak sulung memang begitu, tidak salah pun disalahkan. Eunsang yang mendengar itu hanya mendelik sembari diam-diam mengacungkan gunting yang tengah ia pegang.
Mulut Eunsang bergerak tanpa suara dan berkata, "Tae, bosan hidup?"
Taenam semakin cemberut lalu membuang muka. Tapi jauh di lubuk hati yang terdalam, ia senang sekali karena bisa menjahili seluruh saudaranya.
"Ini Jineul dimana sih? Kebiasaan deh, suka lupa umur malah kencan, padahal sebelumnya udah kencan di keliling dunia dengan dalih nemenin Yuko dinas." Ucap Dowoon yang baru saja selesai menelpon sang adik untuk segera menyusul mereka, namun sayangnya tidak diangkat.
"Lagi ngidam, Dad. Maklum yah." Ringis Eunwoo tak enak, keinginan ibunya bertemu dengan pria tampan memang sulit dihentikan. Padahal Jineul mempunyai suami, anak-anak, kakak, dan keponakan yang termasuk spesies pria tampan.
"Isi lagi ibumu?" Tanya Mingyu tak minat, rasa-rasa sudah tak aneh jika mendengar Jineul hamil. Si bungsu kan hobi sekali berkembang biak jika kata Jimin.
"Kami nyebutnya ngidam kalau kaa-san udah kambuh, Kakek." Jawab Eunsang
"Lagipula Jineul udah gak boleh hamil bukan? Usia dia udah memasuki 40, kan? Bakalan rentan." Ucap Jimin yang sedang mengoleskan cat kuku di kuku jarinya. " Yuko kebanyakan gaul sama si Key, jadinya kantong hormon berjalan hadehhhh."
"Ya mumpung anak-anak udah gede, jadinya kan kembali ke masa muda lagi aja. Kayak gak paham aja lo." Jawab Jihyo, merasa tersindir sebab ia dan Wonpil memang sering sekali berkencan untuk menghabiskan waktu. Taeho kan di Turki, sedangkan Taenam seperti tak mempunyai orangtua — sibuk sekali mengurus jurig.
"Iya sih, tapi Jineul sering banget." Sanggah Jimin, namun Jihyo tak mendengarkan karena merasa jika Jimin dan Jineul itu sama. Hobi sekali jalan-jalan ke luar negeri dengan embel-embel menemani suami dinas.
"Si bungsu aja dah masuk 40 ya, gimana Bang Jae." Celetuk Dowoon yang mematik api peperangan pada si sulung yang sedang sibuk mencari uban di rambut dibantu dengan YoungK. "Sudah uzur rupanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/243324690-288-k210771.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Genbrok Vers.2
HumorPart 2 of Genbrok! [Dianjurkan baca Genbrok yang pertama biar ngerti.] Perjalanan dari Kim bersaudara tetap berlanjut walaupun berpisah negara, kebobrokan mereka tetap bersatu dengan kisah masing-masing. "Sesuai dengan visi dan misi kita, sebarkan k...