Keadaan pun tampak sepi dan tak ada orang sama sekali.
"Argh! tak ada cara lain! aku pasti bisa! Hiaath!" kata Nanda mendobrak pintu itu sekuat tenaga dan pintu itu terbuka.
Dan tampak seseorang bertopeng tengah membawa pisau dan menatap Nanda. Nanda kaget bukan main dan terdiam membatu.
"Mau apa kau..mau apa kau pada orang tua itu?!" Nanda berteriak.
Orang itupun seketika berlari dan Nanda mengejarnya di koridor.
"Kau!! mau lari kemana hah?" Nanda mengejarnya.
Dan orang itu pun berlari dan seketika menghilang dari balik tembok. Nanda terdiam dan mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Dasar..! Maunya apa sih orang itu?" kata Nanda kelelahan.
Lalu Nanda berjalan kembali menuju ruangan 14 dan berusaha melawan rasa takutnya. Tiba-tiba Nanda melihat dalam ruang itu beberapa orang dan seorang Dokter. Mereka tampak berduka dan Nanda menatap orang tua itu tergeletak tak bernyawa di atas tempat tidur rumah sakit. Nanda kaget bukan main dan menarik nafasnya dalam-dalam.
"Kenapa ini bisa..terjadi!? Apa..perkataan Roy benar!" kata Nanda berbisik dan menunduk.
Ia berpikir keras dan berjalan menjauhi ruangan itu.
"Apakah aku terlambat?" Nanda sambil berjalan menuju ruangan perawatan Roy.
Dan tanpa sengaja, Nanda menemukan sebuah anting-anting yang sama dengan anting-anting yang ia temukan sebelumnya.
"Hm..siapa sih yang sebenarnya punya anting-anting ini? Hm..aku harus menyelidikinya..! Awas saja sampai aku temukan pemilik anting-anting yang sama saat aku temukan di ruang perawatan Roy..habis kau!" Nanda mengambil anting-anting itu dan berjalan menuju kamar Roy.
Ditengah perjalanan Nanda menuju ruangan Roy, tiba-tiba Nanda mendengar suara tangisan dari ruangan nomor 10. Nanda terdiam dan membatu mendengar suara itu.
"Aku mohon jangan lagi!" bisik hati kecil Nanda.
Ia berjalan meninggalkan ruangan itu dan Nanda terus mendengar suara tangisan itu berulang kali dan semakin menjadi-jadi. Suara tangisan itu terngiang di telingan Nanda dan Nanda pun menutup telinganya sambil jongkok.
"Aku mohon, siapapun kau..! Pergi! aku tak mau mencari masalah dengan mu!" Nanda ketakutan.
Dan ia melihat di koridor itu tampak sebuah bayangan semu melintas di depan Nanda. Nanda kaget bukan main dan menutup matanya.
"Pergi kau..pergi!!!" kata Nanda ketakutan.
Lalu seseorang menggenggam tangan Nanda dan ia berteriak
."Aaaa!!!..eh..R..Roy..kau..!" Nanda berteriak.
Ia kaget melihat Roy berdiri di hadapannya.
"Nan, ayo..hm..!" kata Roy lemas.
"K..kau kenapa keluar Roy?" Nanda khawatir.
"Hm..aku takkan pernah meninggalkan kamu Nan..! Kalau kondisinya seperti ini.." Roy menggenggam tangan Nanda dan mengajaknya ke ruang perawatan Roy.
Tak lama kemudian, mereka sampai dan Roy merebahkan tubuhnya.
"Roy..apa sebenarnya yang terjadi..mengapa aku melihat orang tua itu sudah meninggal? Padahal aku lihat ketika ada seseorang misterius itu kabur dan aku mengejarnya..! Saat aku kembali lagi ke ruangan 14 itu, aku melihat banyak sekali orang dan orang tua itu..hm..meninggal..!" Nanda bingung dan heran.
Roy terdiam dan menatap Nanda.
"Nan..aku mau bertanya padamu.." kata Roy pelan.
"Ya..ada apa?" tanya Nanda.
"Apakah kau takut dengan semuanya yang pernah kau alami saat bersama ku?" ucap Roy.
"Aa..aku..aku..hanya..hm..aku berusaha berani walau sebenarnya aku takut sekali..ya..aku mengerti..orang-orang yang memiliki kelebihan seperti dirimu..hm..seperti itu lah..!" Nanda menunduk.
Roy pun menggenggam tangan Nanda dan menatapnya.
"Nan..jangan takut dan aku minta maaf atas apa yang aku lakukan tadi..! Aku sungguh-sungguh minta maaf..kau sudah berhasil mengusir makhluk aneh itu dari orang tua itu dan ya..memang..! Kita tak tau sampai kapan umur kita bertahan..! Terimakasih..kau telah menyelamatkan orang tua itu dan walau ia sudah tiada hari ini karena bukan diriku yang mengatur hidupnya..! Aku hanya merasakan dan mengetahui sesuatu..hm..terimakasih Nan..! Aku akui kau cukup berani.." jelas Roy.
Nanda terdiam dan menatap Roy. Roy pun tersenyum dan menutup matanya. Dan akhirnya merekapun tidur. Keesokan harinya, mereka bisa pulang dari rumah sakit dan Nanda bersiap-siap untuk bekerja.
"Nan..kau tak apa terlambat?" kata Roy terbaring lemas di tempat tidur kamarnya.
"Tak masalah..!" kata Nanda sibuk. Roy tersenyum dan menutup matanya.
Nanda menghampiri Roy dan berpamitan pada Roy.
"Hati-hati..semangat Nan..!" kata Roy lemas.
"Ya..terimakasih..! Kau jangan kemana-mana sampai aku pulang ya.." ucap Nanda.
"Ya.." Roy menutup matanya lemas dan tersenyum.
Akhirnya ia pergi meninggalkan Roy dan menuju tempat kerja. Lalu Nanda sampai dan langsung berjalan ke koridor. Lalu Nanda mengerjakan pekerjaannya dan sesekali Yuki dan Loly mengganggu ketenangan Nanda. Nanda berusaha menahan emosi dan terus melanjutkan pekerjaannya. Hingga sore hari, semua karyawan akhirnya pulang. Nanda mengemas barang-barang nya dan berjalan meninggalkan ruangan. Ia berjalan di koridor sendiri dan menuju gerbang.
"Nan..tunggu!" Kuzuma berlari menuju Nanda.
Nanda menoleh dan seketika wajahnya tampak kesal.
"Nan..kau..hm..apakah kau mau aku antar pulang?" kata Kuzuma.
"Tak perlu..! Aku bisa pulang sendiri..!" Nanda nampak cuek dan pergi meninggalkan Kuzuma.
Kuzuma pun tak tinggal diam dan langsung menggenggam tangan Nanda. Nanda berontak dan berusaha melepaskan genggaman tangan Kuzuma.
"Lepaskan..!" Nanda berontak dan pergi meninggalkan Kuzuma.
Kuzuma terdiam dan menatap Nanda dengan kesal. Ia berjalan seorang diri dan menuju rumah Roy. Dan Nanda melihat beberapa anak yang ada di rumah Roy.
"Ada apa ini?" Nanda melihat anak-anak itu.
"Kak Nanda..! Kami ingin melihat kak Roy.." anak-anak itu nampak senang.
"Wah, ayo..masuk-masuk..!" Nanda menyambut mereka semua dengan senyuman.
"Kak Roy!!!" anak-anak itu tampak menyambut Roy.
Roy pun tampak terbaring. Nanda membantu Roy untuk duduk dan mereka semuanya menyambut Roy.
"Kak Roy, kakak kenapa?" kata anak-anak itu cemas.
"Kakak tak apa kok..! Tenang saja, kalian tumben ke sini..! Hahaha..bagaimana dengan sekolah kalian hayo!!" Roy tampak senang dan bersenda gurau.
Merekapun berbincang-bincang dan Nanda terpukau menatap Roy yang tampak kuat di hadapan mereka. Tak lama kemudian, anak-anak itu pamit dan Roy pun beristirahat.
"Nan..kau lelah atau tidak?" Roy berjalan menghampirinya.
"Roy..kenapa bangun? Ayo istirahat..! Ada apa Roy?" Nanda memegang tubuh Roy dan mengajaknya duduk di sofa.
"Aku tak apa Nan..! Aku hanya kasihan padamu dan berterima kasih banyak padamu karena-" Roy belum selesai bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH CINTA BERBEDA DUNIA 🌀THE END🌀
Fiksi Penggemar"Eh..tak usah repot-repot..aku..!" kata Nanda belum selesai bicara. "Makan saja..aku tau kau belum makan..kau sibuk memikirkan perkataan Ibu tirimu..!" kata pria itu duduk di sebelah Nanda dengan tatapannya yang sedikit misterius.