4. Petualang

53 12 0
                                    

Tema: buat karya dengan membayangkan tokoh/diri Anda menjadi NPC (non playable character) di dunia baru.

*
*
*

"Berapa harga barang ini?"

Seorang pemuda berambut hitam dengan empat gadis--satu gadis kucing--di sebelah kanan dan kirinya bertanya selagi menyentuh mata pedang pendek hitam yang menarik perhatiannya.

Sang penjual, seorang anak berumur sekitar sembilan tahun dan berwajah manis, menjawab, "450 Bun, Petualang."

Petualang itu manggut-manggut, tetapi gadis kucing yang bergelayut pada lengan kirinya mengerucutkan bibir lalu berkata dengan nada manja. "Reeeennn-chan, tidak mungkin pisau mainan itu seharga pedang ajaib, ini pemerasan!"

"Eh?"

Gadis kucing tadi melepaskan diri dari lengan sang petualang, telunjuk tangan berambutnya menunjuk Ren. "Pisau seperti itu seharusnya sekitar 50--60 Bun, dari penampilannya saja sudah murahan."

Salah satu gadis lainnya dengan pakaian terbuka mengangguk lalu menimpali, "Benar, Ren-kun kan baru main game ini, jangan sampai tertipu!"

"Lagipula ini juga map baru, jadi kami belum tahu toko senjata yang bagus," ucap gadis berambut merah sebahu sambil melirik sang penjual.

Penjual itu diam saja dengan senyum manisnya, ia tidak menunjukkan ekspresi kesal, gerutu marah, atau mengusir mereka keluar, malah napasnya sangat teratur.

Ren menatap penjual kecil tersebut dengan curiga, ia bertanya, "Apa harganya memang segitu?"

"Benar, Petualang," jawabnya segera. "Pedang pendek itu dibuat oleh pandai besi ternama dari Kerajaan Endersia, beliau menempa pedang pendek itu selama tiga malam dari bahan berkualitas tinggi dari Gunung Endanel."

"Seperti yang para petualang tahu, Gunung Endanel--"

"Kerajaan Endersia bukannya kerajaan miskin? Semua pandai besi di sana menjual senjata dan baju pelindung untuk pemain pemula," ucap gadis kucing sembari meletakkan telunjuknya di dagu. "Barang-barang mereka murahan, dan bahan berkualitas tinggi dari Gunung Endanel? Yang aku ingat hanya batu-batu hitam biasa."

Sang penjual tersenyum dan membalas, "Itu tidak benar, Petualang. Kerajaan Endersia--"

"Aaah, sudahlah, lebih baik cari toko senjata lain saja! Lagian bocah ini tahu apa? Dia cuma robot bodoh tidak tahu harga," ujar gadis kucing merendahkan.

Ren meletakkan kembali pedang pendek yang menarik perhatiannya tadi lalu berbalik ke arah pintu mereka masuk. "Kalau begitu mari kita cari toko lain."

Seluruh gadis di sana ikut keluar toko bersama Ren. Anak-anak penjual tadi membungkukkan tubuh, berkata, "Sampai nanti, Para Petualang. Semoga Dewi Laruentia melindungi kalian!"

Sesudah para petualang itu pergi, terdengar sebuah suara dari belakang sang penjual.

" ... er."

" ... ver!"

Sang penjual memiringkan kepala dengan imut kemudian mengecek ruangan gelap di belakangnya tadi.

Saat ia melangkah masuk, hanya gelap yang dapat dilihatnya, tetapi suara itu semakin keras. Lantas dua tangan besar dari kegelapan menangkup kedua pundaknya.

"OLIVER!"

"AAAAAA!"

"Bangun juga kau."

Oliver berkedip beberapa kali setelah diteriaki pria yang sedang memegang pundaknya dengan lembut.

"Ayo bangun, ini sudah pagi, waktunya kau kerja!"

Layanan Antar MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang