23. Kekasih

12 5 0
                                    

Tema:

Wajib menyelipkan potongan dialog ini:

"Sebenarnya, aku sama sekali tidak punya kesempatan, bukan?"

"Tidak, kau salah. Kau pernah punya, sekali."

*
*
*

Hari ini libur nasional. Kariel dan rekan kerjanya--Sien, Meros, Arkamun, dan David--duduk di bawah pohon sakura yang dibuat oleh Oliver. Namun, pemuda itu tidak ada di sana, ia sibuk menstempel dokumen barang di kamar asrama.

Sakura di hari yang cerah dan sejuk. Kariel menangkap sehelai sakura yang gugur, rasanya seperti bunga asli sebelum lambat laun menjadi transparan lalu menghilang.

Di sisi belakang--pohon--Kariel juga dipenuhi kurir, tetapi pria itu tidak begitu mengenal mereka.

"Ugh, kalau saja waktu itu kau segera melamarnya!" desis Meros kepada David yang berwajah murung.

David seperti orang tidak bertenaga, tubuhnya membungkuk melebihi kakek tua dan bibirnya mengerucut. Kedua mata cokelatnya membentuk kekosongan tak berujung, jika semua dosa di dunia ini dimasukkan ke sana, mereka akan muat.

"Sebenarnya, aku sama sekali tidak punya kesempatan, bukan?" ujarnya hampa.

Akan tetapi, pria keras di sebelahnya berdecak kesal sembari menggeleng-gelengkan kepala.

Orang itu, Arkamun, berkata, "Tidak, kau salah. Kau pernah punya, sekali."

Arkamun meremas pundak David sampai kemeja yang dipakainya kusut. "Waktu wanitamu memilihmu untuk dijadikan pasangan sehidup sematinya, kau malah mundur karena takut tidak direstui."

"Ta-tapi dia mau dijodohkan waktu it--"

Arkamun menonjok kepala David. "Tolol! Laki-laki kok tidak punya pendirian!" serunya.

Kariel menyembunyikan tawa puasnya.

"Wanita itu cinta kau dan kau malah mengecewakan dia! Siapa peduli dia mau dijodohkan bla-bla-bla, serobot saja! Bilang ke orang tua kekasihmu bahwa kau ingin melamar anak mereka!"  Setiap seruan yang dikeluarkan Arkamun diikuti anggukan khidmat Sien dan Meros.

Kariel juga berpikir bahwa David sangat lemah, ia bahkan tidak bisa bertemu supervisor tanpa bergetar seperti berdiri di alat olahraga pembakar lemak. David pantas mendapatkan ceramah Arkamun.

Tiba-tiba Kariel teringat sesuatu. Ia berkata, "Bagaimana dengan kekasihmu? Dia tidak mempertahankan hubungan kalian?"

"Dia ... memilih untuk menikahi orang yang dijodohkan dengannya karena pria itu lebih penakut dariku. Dia senang menjahilinya."

Lantas keempat orang di sana terdiam bahkan Arkamun tidak lagi meremas pundak David.

"Aku turut berduka," ucap Sien.

"Aku juga ...." Meros menunduk.

"Aku minta maaf." Kariel menepuk lembut pundak David berkali-kali.

Yang terakhir adalah Arkamun. "... Maaf, aku tidak tahu."

******

Layanan Antar MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang