16. Penulis

10 6 0
                                    

Tema: bertemu seseorang di bus yang mengubah pandangan tokohmu

*
*
*

Tidak biasanya Kariel bangun di pagi hari. Tidak, lebih tepatnya, aneh kalau kurir Kantor Pos Antardunia bangun dan beraktivitas pada pagi hari.

Kariel dalam pakaian santainya sedang mengantre di halte, rambutnya lebih acak-acakan dari biasanya, kedua matanya tampak mengantuk, dan pundaknya merosot.

Sebetulnya Kariel merasa lelah, tetapi hari ini adalah hari yang tidak boleh dilewatkan olehnya. Pasalnya, penulis yang disukai Kariel akan mengadakan sesi tanda tangan untuk novel terbarunya di toko buku Resino, Kariel harus datang lebih awal supaya dapat jatah lebih cepat.

Setelah menunggu lima belas menit, sebuah bus berwarna merah tua berhenti di depan halte dan pintunya terbuka otomatis. Kariel masuk ke dalam bus bersama dua orang lainnya, ia memilih duduk di sebelah jendela dekat pintu.

Bus melaju menuju halte di Jalan Dulwi, Kariel harus menyebrang untuk sampai di toko buku yang letaknya di seberang halte tersebut.

Sang pria merasa tidak tenang, sudah lima bulan lebih ia menunggu kesempatan langka ini. Berkali-kali matanya melirik jam tangan walaupun bus baru berjalan tiga menit.

"Apa Kakak bekerja di kantor pos terkenal itu?"

Kariel tidak sadar ada orang yang duduk di sebelahnya, orang itu berpakaian hitam tertutup dengan masker wajah yang warnanya sama dan kacamata bulat. Dari suaranya sulit untuk membedakan orang ini perempuan atau laki-laki.

"Iya," jawab Kariel bernada sedikit ragu.

Orang misterius itu menangkupkan tangan, nada bicaranya menjadi lebih ceria. "Oh, aku benar! Jam tangan itu sangat khas karena temanku ada yang bekerja di sana juga."

"Maaf tiba-tiba bertanya, Kakak pasti terkejut," tambahnya.

Kariel menggeleng dan mengeluarkan senyum bisnisnya. "Tidak apa-apa, saya juga sedang butuh distraksi."

Orang itu tertawa kecil lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi bus, ia menengok ke arah Kariel dan berucap, "Sudah lama aku tidak bertemu temanku, dia bekerja sebagai kurir di sana setengah tahun yang lalu. Namanya Vindel, apa Kakak kenal dia?"

"Vindel ...?" Kariel menutup mata, berusaha mengingat ratusan orang yang ditemuinya setiap malam sebelum mengantar paket.

"Vindel ... Vinde-- oh! Saya bertemu dengannya kemarin, dia menjaga loket menggantikan teman saya yang tidak bisa hadir malam itu. Dia pekerja keras," puji Kariel.

Pujian itu melebarkan kedua mata orang misterius di sebelah Kariel. "Benarkah? Syukurlah kalau begitu! Saat itu dia sedang sedih karena gagal tes masuk kepolisian lalu dia mencari pekerjaan lain demi menghidupi adik-adiknya. Aku khawatir dia keberatan di sana karena pekerjaan seperti mengantarkan paket bukan kesenangannya."

"Cerita yang menarik, dahulu saya juga sempat ingin masuk kepolisian, tetapi sihir menyerang saya dibawah standar." Sang pria berusaha menyembunyikan senyum pahitnya.

"Ha-ha, sepertinya kepolisian sangat populer!"

Kedua orang tersebut tertawa.

"Aku menghargai orang yang dapat bangkit walaupun gagal, Kakak dan Vinde sangat hebat," ucap orang itu.

Kariel terdiam mendengar ucapannya, ia bukan orang yang memiliki semangat tinggi atau pun optimis, tetapi ucapan orang tidak dikenal di sebelahnya menusuk hatinya.

"Terima kasih ..., saya senang anda berkata seperti itu .... Dan saya yakin Vinde bangga dengan teman seperti anda."

Layanan Antar MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang