[NPC's Daily Writing Challenge 2021]
Kariel adalah kurir Kantor Pos Antardunia yang siap mengantar paket ke tujuan dengan selamat.
Dunia manusia? Dunia sihir? Dunia iblis? Dunia futuristis? Tidak masalah, paket Anda akan sampai di tujuan!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
* * *
Seorang pemuda berumur 23 tahun--yang baru berulang tahun kemarin--masuk ke dalam tim Kariel (Tim 38) hari ini.
Namanya Johann Lavoisier, pemuda berparas tampan dan berkulit hitam manis dari keluarga pemilik tambang di kampung halamannya. Hampir seluruh penduduk di kampung halamannya bekerja kepada keluarga Lavoisier, namanya juga kota tambang, di sana isinya hanya pertambangan.
Namun, karena kakaknya Johann yang menjadi penerus keluarga Lavoisier dan mengambil alih tambang, Johann tidak mau menjadi beban sehingga pergi ke kota lain untuk bekerja.
"Mengapa kau memilih bekerja menjadi kurir?" tanya Kariel seperti sedang menginterogasi Johann. "Padahal kau bisa buka cabang di kota ini atau kerja kantoran."
"Tapi ... bukankan jadi kurir Kantor Pos Antardunia juga termasuk kerja kantoran?" balas sang pemuda sembari menggaruk pipinya.
Kariel terdiam sesaat sebelum memukul meja. "Ugh, lupakan kantoran, kenapa tidak jadi ... polisi! Ya, kenapa tidak jadi polisi saja?"
Johann mengedipkan mata berkali-kali. "Saya tidak tertarik jadi polisi, lagipula sihir menyerang saya di bawah standar," jawabnya.
Kurir veteran di depannya akhirnya manggut-manggut mengerti, terbentuk senyum di bibirnya.
Ia berbicara dengan senang, "Oh, begitu. Sama denganku, dong, ha-ha-ha!"
Johann merasa entah sedang direndahkan atau disemangati jadi ia ikut tertawa kecil saja. Sebenarnya, ia tidak tahu kepribadian Kariel lebih santai daripada saat Kariel jadi panitia pelatihan minggu lalu, ia jadi tidak begitu gugup menghadapi rekan kerja Tim 38 lainnya.
"Kenapa kau tersenyum begitu?" tanya Kariel.
Sang pemuda menggeleng lembut. "Tidak, tidak apa-apa."
"A-anu, saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh, mohon bimbingannya," ujar Johann sambil membungkuk kecil.
Balasan dari seberang terdengar optimis. "Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, Nak."
