3. Pesta Teh Dalam Kepala

64 11 0
                                    

Tema: buat karya yang wajib memiliki kata-kata ini di dalamnya:

Dunia bawah tanah
Pesta Teh
Perhiasan yang hilang

*
*
*

Seorang pemuda berparas tampan melangkah di antara meja-meja bundar dan kursi-kursi yang terisi penuh oleh gadis-gadis bergaun mewah dengan rok mengembang seperti balon helium, mereka mengelilingi sebuah meja panjang yang diisi tujuh orang.

Sang pemuda membungkuk hormat ke arah seorang gadis yang tampak sangat cantik di ujung meja panjang tersebut, tiara yang bertengger di kepala keemasannya memantulkan sinar mentari. Sang gadis tersenyum melihat kedatangan sang pemuda.

"Pelayan," ucap gadis tersebut lalu menyodorkan cangkir teh miliknya kepada sang pemuda, "minum ini."

Senyum tadi sedikit bergeser menjadi seringai tipis.

Tanpa ragu pemuda itu menerima cangkir dengan dua tangan, ia membaui air tehnya terlebih dahulu sebelum meneguknya. Raut wajah para gadis di meja panjang berubah tegang, bahkan beberapa menutupi wajah mereka dengan kipas. Namun, ia tidak melihat itu semua.

Rasa hangat mengalir dari dalam mulut menuju kerongkongan lalu ke perut, rasa manisnya tidak begitu manis, kadar airnya pas, dan penyaringannya bagus, tetapi ada satu hal yang salah.

"Yang Mulia, ada racun di teh ini." Sang pemuda mengelap pinggir bibirnya dengan ibu jari.

Seluruh gadis di meja panjang--kecuali gadis bertiara--panik tidak bersuara, tetapi mata mereka tertuju pada gadis bergaun hijau daun yang duduk dekat Yang Mulia.

"Nona Silford, bukankah ini pesta teh milikmu?" tanya salah satu gadis meja panjang.

Silford bergaun hijau daun di sana memucat, bibirnya bergetar, ia melirik pelayan tampan di sebelahnya yang sedang memandanginya dari atas dengan mata dingin.

"Apa maksudnya ini, Nona Silford?" tanya Yang Mulia dengan santai, "Saya menerima undanganmu dan datang ke sini sebagai putri. Apakah ini percobaan pembunuhan kepada seorang putri kerajaan?"

"Saya meminta penjelasanmu."

Silford menelan ludah. "Sa-saya, saya tidak tahu apa-apa tentang ini!" serunya.

Sekarang seluruh gadis di sana memerhatikan Silford gemetar, suasana menjadi dingin dan sepi. Silford menatap tajam pelayan tadi dan berkata, "Orang ini berbohong, Yang Mulia! Tidak mungkin kami menyajikan racun kepada anda!"

Gadis keemasan itu sekarang menatap pemuda yang disebut. "Apa itu benar?"

Sang pemuda membalas, "Tidak, Yang Mulia. Saya merasakan racun yang lumayan mematikan di teh ini, setara dengan racun dari dunia bawah tanah."

Kemudian kedua mata pemuda itu menyipit ke arah Silford. "Atau mungkin memang dari dunia bawah tanah?"

"Be-beraninya pelayan rendahan--"

"Kamu berani memanggil pelayan kerajaan sebagai pelayan rendahan, Nona Silford?" potong sang putri tajam.

"Bukan! Bu-bukan itu, saya ...."

Silford tidak bisa berkata apa-apa lagi, pikirannya kacau, jantungnya berdebar, keringat dingin membasahi kedua tangannya.

Akan tetapi, sebuah suara mengalihkan perhatian semua orang. Datang dari salah satu meja bundar di sisi belakang Silford.

"Kalungku hilang!"

"Astaga, bagaimana ini bisa terjadi, Nona Holler?"

"Saya tidak sadar kapan hilangnya, tetapi sebelum saya pergi dari sini untuk melihat bunga di taman, kalung saya masih ada!"

Suasana yang awalnya sepi menjadi riuh akan tanda tanya, yang awalnya hanya racun sekarang ditambah pencurian. Para gadis merasa tidak nyaman dan mulai mengecek perhiasan mereka.

Sang pemuda bingung dengan apa yang terjadi, ia menjaga ekspresi wajahnya supaya tidak berubah, tetapi ia tidak bisa menahan kerutan di dahinya ketika melihat sesuatu berkilau dari saku jasnya. Cangkir di tangannya diletakkan kembali di meja lalu ia merogoh saku tersebut.

Sebuah kalung dengan liontin biru gelap berada di tangannya, liontin itu menangkap cahaya dan menjadikannya lebih berkilau di bawah cahaya mentari.

Akan tetapi, tiba-tiba Holler menunjuk pelayan laki-laki yang berdiri membelakanginya, lebih tepatnya adalah pelayan kerajaan yang sempat dihina Silford.

Telunjuk Holler bergetar. "Itu, itu kalungku!"

"Kalungmu ada pelayan itu?"

Silford memukul meja dengan kepalan tangannya sebelum berkata, "Saya melihatnya mengeluarkan kalung itu dari sakunya!"

Perhiasan yang hilang sekarang ada di tangan sang pelayan kerajaan.

Suara terkesiap datang dari segala arah, ini membuat sang pelayan semakin bingung dan menerima tatapan tajam dari gadis bertiara di sana.

"Apa maksudnya ini--"

"KARIEL!"

Kariel membuka matanya lebar-lebar, terkejut karena suara keras yang menarik paksa nyawanya dari atas sana kembali ke raga.

"Ada apa Oliver?" gerutu pria dengan kantong mata gelap tersebut.

"Malam Rabu, malam Rabu, waktunya kerja!"

******

Ini random banget rasanya uuuuhhhhhhhhh?

A bit spoilery for Kariel's main story but okaaayyyy .... uwu owo

Tetap tim pukul sembilan mepet-mepet.

See ya next theme!

Layanan Antar MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang