9

9.6K 1.4K 15
                                    

"Kami akan pulang. Bocah bau jangan lupa menggurus semuanya."

"Bu, kami masih memiliki urusan. Aku akan menyuruh Mark untuk mengantarmu terlebih dahulu." Gilbert segera menyela ucapan ibunya sambil melayangkan tatapan penuh artinya.

"Tidak! Aku akan ikut per— Baiklah, baiklah! Kau harus menjaga menantuku."

"Aku ti—"

"Menantu, tetaplah disini. Percaya saja, kekasihmu pasti akan menjagamu."

"Tapi bibi—"

"Kalian berdua harus pulang sebelum makan malam. Aku akan memasak."

"Bi—"

"Untuk kalian bertiga jika sampai aku mendengar kalian mengertak menantuku lihat bagaimana aku akan membalas."

"Kami berjanji!!"

"Bagus. Kalau begitu aku pergi."

Grey mengumpati Gilbert dan yang lainnya dihatinya. Yah, kenapa ia seperti tidak memiliki hak untuk berbicara disini?

Dan untuk Michael Grey tak berani, walaupun wanita itu sangat menjengkelkan dan kekanak-kanakan tetap saja dia adalah seorang panutua.

Setelah kepergian Michael ruangan mendadak hening, bahkan Richard yang sedari tadi berbicara sekarang memilih diam.

.

"Kalian sungguh sepasang kekasih?" Teo memecah keheningan sambil melihat Grey dan Gilbert bergantian.

"Hum."

"Tidak. Berfikir saja aku tidak mau.

Deheman Gilbert dan suara  Grey terdengar serempak. Teo dan yang lainnya memgerutkan keningnya ketika melihat jawaban berbeda dari kedua orang tersebut.

"Jadi?" Richard kembali bertanya.

"Kami tidak! sungguh! Apa-apaan dengan mu? Aku tidak pernah mau menjadi kekasihmu. Jangan mengada-ada!!" Grey memolototi Gilbert, "Yaa bukankah kau yang mengatakan jika aku gadis tak tahu malu!! Kau juga mengatakan aku adalah penggemarmu! Lalu apa sekarang?" Tambahnya, ia masih ingat bagaimana tatapan mengina iblis itu yang dilayangkan kepadanya.

"Itu sebelum aku menemukan kau sangat menarik." Gilbert menyahut dengan acuh.

"Menjilat ludahmu sendiri heh?" Sindir Grey.

Lagi-lagi  suhu diruangan ini kembali turun, Gilbert balas menatap Grey tajam, seringaian khas miliknya kembali tercetak apik di wajah tampannya. "Kau sangat pintar berbicara." Ucapnya tajam.

Teo dan Richard menyusutkan dirinya, berusaha mengurangi keberadaan. sedangkan Kevin, seperti tidak ada yang terjadi laki-laki itu menatap perdebatan antara Grey dan Gilbert penuh minat.

Grey membeku, lagi-lagi ia lupa jika yang dihadapinya adalah raja iblis dari dunia bawah.

"Ak-aku tidak bermaksud." Balasnya dengan ikut menyusutkan dirinya.

"Yah lupakan, terserah kalian. Jika kalian sepasang kekasih maka itu baik, jika tidak, kami juga tidak rugi." Teo menyahut diikuti dengan anggukan Richard.

"Lebih baik tidak. Dia terlihat tertekan bersamamu." Tiba-tiba saja Kevin ikut berbicara. Terlihat jelas jika dia belum puas dengan pertengkaran singkat kedua orang tersebut.

"Benar, aku tertekan. Aku ingin pulang..." Ucapan Grey lama-lama semakin kecil dan akhirnya hilang.

"Itu bukan urusanmu." Gilbert mengalihkan atensinya pada Kevin. Sedangkan yang ditatap memilih diam namun sebuah seringaian juga ikut tercetak di bibirnya.

Iam Not ThiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang