7

10K 1.3K 16
                                    

"La-lalu apa mau mu?" Grey mengepalkan tangannya dengan erat. Dia tidak pasrah, hanya saja ia mencoba bernegosiasi. Walaupun sedikit tidak menyukai dunia ini, ia tetap saja tidak mau mati.

Apalagi ia mengetahui seberapa baik iblis itu menyiksa manusia.

Gilbert menelisik wajah cantik didepannya. Puas melihat wajah penuh kecemasan itu ia kembali menarik tatapannya sambil berbicara dengan tenang. "Menurutmu apa yang akan aku inginkan?"

Nyawaku? Grey menggelengkan kepalanya tampa sadar. Ia masih waras untuk tidak menyampaikan isi pikirannya.

"Umm itu, kau mau aku. A-aku bisa um-" Grey gugup, lagi-lagi pikiran bagaimana Kevin melakukan eksperimen terhadap manusia yang masih hidup melintas dipikirannya. Bahkan teman-teman iblis yang lain juga ikut berkeliaran dipikirkannya.

Mereka benar-benar keturunan iblis!! Tidak ada yang baik diantara mereka semua. Jika itu ada, ia yakin itu hanya sebuah topeng!!

"Bekerja untukku." Tiba-tiba saja suara Gilbert membawa Grey kembali ke dunianya.

"A-apa?"

"Jika kau ingin selamat kau harus bekerja untukku!" Gilbert kembali mengulangi ucapannya.

Grey tertegun, sungguh diluar dugaan. Dia tidak salah dengarkan? Dia pikir iblis itu akan memperlakukan dirinya dengan buruk.

"Kau yakin?"

"Hm."

Grey mendongak, gadis itu menatap Gilbert lalu berkata dengan pelan, "pekerjaan yang bagaimana?"

"Sesuai dengan kemampuanmu."

Grey mengangguk lalu ingat jika salah satu pelanggannya baru saja memintanya membuat sebuah software sebelumnya, "Tapi aku sudah memiliki pekerjaan." Ucapannya dengan suara kecil.

"Aku tak peduli." Gilbert membalas, laki-laki itu kembali bersedekap dada sambil membalas tatapan Grey, "aku tak mau menjaga seseorang yang tidak berguna di sisiku. Apalagi jika seseorang yang berpotensi merugikan sepertimu." Lanjutnya dingin.

Grey menelan ludahnya gugup, sikap santai laki-laki itu sebelumnya sukses membuat ia lupa jika dia bukanlah manusia. "Um ta-tapi aku memiliki syarat."

"Katakan."

"Pertama, Aku tak mau datang ketempat kau berkerja cukup panggil jika kau membutuhkanku. Ma-maksudku, aku berkerja untukmu dari apartemenku saja" Ucap gadis cantik itu pelan, setelah memastikan tidak ada penolakan dari Gilbert Grey kembali melanjutkan.

"Kedua, perlakuan aku dengan baik."

"Hm." Gilbert mengangguk sedikit.

"Kau Setuju?"

"Tak masalah."

Grey tersenyum sedikit, demi apapun ia hanya ingin diperlakukan dengan baik, Tak peduli seberapa kejam laki-laki itu pada yang lainnya.

"Lalu apakah ada hal lain?"

Gilbert diam tak menjawab, grey yang melihat sikap diam Iblis itu menganggap jika ia sudah diperbolehkan pergi.

"Maka aku akan kembali."

"Tunggu!" Gilbert kembali menghentikan Grey yang akan masuk kedalam kamarnya.

Grey mengumpat didalam hatinya, tapi dipermukaan ia masih mengeluarkan senyum manisnya, "Aada apa?"

"Bagaimana aku menghubungimu jika—"

"Tidak perlu! Aku tahu nomormu, emailmu bahkan akun media sosialmu." Grey memotong ucapan Gilbert cepat, ia tahu kemana arah pembicaraan Gilbert.

Gilbert terkekeh pelan. "Baikalah."

"Um terimakasih, aku harap kita akan kau menepati semua janjimu."

Blaam.

Pintu apartemennya terkunci. Gilbert yang melihat gadis itu pergi dengan terburu-buru kembali mengangkat seringaiannya.

Ah kelinci ini terlihat lebih menarik dari perkiraanya.

.

Disisi lain Setelah memasuki apartemennya Grey segera pergi menuju ruang kerjanya, lebih tepatnya salah satu kamar apartemennya yang dijadikannya sebagai ruang kerjanya.

Jika ia ingat dengan benar, seharusnya kebersamaannya diketahui setelah saudara dari iblis itu menghubunginya sebelumnya.

Untuk seorang yang berhasil menemukan dirinya, bukankah ia harus memberikan hadiah yang sangat menyenangkan.

Tak tak tak tak

Bunyi ketikan keyboard menggema dengan bersahutan-sahutan. Beberapa menit kemudian Grey menghentikan tarian jari-jarinya. Mata indahnya membaca setiap detail hal yang tertera dilayar komputer.

Richard Charles!!!

Bajingan ini!! Ia tak menyangka pertukaran pesan yang mereka lakukan sebelumnya ternyata menjadi kesempatan bagi bajingan itu untuk melacak dirinya.

Grey mengumpati Richard sejadi-jadinya sambil membaca semua biografi tentang Richard yang berhasil ditemukannya.

Master IT.

Apa-apaan!! Bocah tengil itu tidak pantas menyandang gelar itu!

Beberapa saat kemudian Grey berhasil mengganggu semua jaringan Richard. Tanpa ampun gadis cantik itu juga mengirim virus untuk menyerang seluruh komputernys yang beroperasi. Tak sampai disana bahkan leptop dan handphonenya tidak luput dari kemarahannya

"Ku pikir perbuatanku masih sangat baik. Gara-gara bajingan ini aku menjadi terperangkap dengan iblis besar itu."  Grey mematikan kembali komputernya, lalu menyandarkan dirinya ke sandaran kursi dengan pasrah.

"Apakah aku akan balik mengancam iblis itu?" Memang tidak mudah untuk mengancam balik Gilbert, dengan semua bukti perbuatan iblis itu dengan teman-temannya Grey yakin jika ancamannya akan berhasil.

Masalahnya adalah bagaimana caranya Grey mengancam balik iblis itu, mengancam melapor ke pihak berwajib? Grey yakin usahanya akan sia-sia karna salah satu teman Iblis adalah keluarga kapten dikemiliteran.

Jika membagikannya ke seluruh masyarakat, Grey bahkan lebih yakin yang akan diserang pada akhirnya adalah dirinya. Di dunia luar keluarga Charles adalah dewa. Bahkan salah satu penggerak perekonomian negara juga berhubungan dengan Keluarga Charles.

Ditambah dengan wajah tampan iblis itu dan teman-temannya, ia takin dirinya akan kalah telah!

"Terserah apapun itu, asalkan kau masih hidup maka jalani saja semuanya seperti air mengalir."

Setelah menghela nafas panjang Grey kembali menghidupkan komputernya. Ia masih ingat jika ia masih memiliki pekerjaan.

.

.

.

.

Dan Disebrang sana, Richard yang masih bergelut dengan mimpi indahnya tidak menyadari sebuah kesialan akan menimpanya.

Iam Not ThiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang