8

10.2K 1.5K 37
                                    

Grey turun dari apartemennya. Sedikit banyaknya gadis itu merasakan tatapan aneh yang dilayangkan para penghuni apartemen lain ketika bertemu atau sekedar hanya melihat dirinya.

"Walaupun ibuku meninggal aku tidak akan pernah menjual tubuhku."

"Aku setuju. Akan lebih baik jika aku mencuci piring."

"Mungkin dia terlalu lelah menjadi orang miskin, makanya melakukan hal menjijikan seperti itu."

"Yah bagaimana menurutmu? Aku akan bertanya, dia terlihat sangat cantik mungkin teman kita yang lain juga bisa menyewanya untuk satu kali malam."

"Kau gila?! Dia dibesarkan Tuan Gilbert mana mau dia berbagi denganmu."

"Benar, jika kau mau menawar tunggu saja Tuan Gilbert membuang dirinya."

Semakin lama wajah cantik itu semakin gelap. Grey mengepalkan tangannya lalu menghadap kearah dua orang perempuan dan satu orang laki-laki yang sedang membicarakan dirinya.

"Katakan padaku siapa dia yang kau maksud?" Grey bertanya dengan dingin. Segerombolan remaja itu saling lirik. Kemudian Lea, salah satu dari gadis tersebut membuka suaranya dengan sinis.

"Siapa lagi jika bukan dirimu."

"Katakan lagi!" Grey semakin dingin.

"Waw kau tidak perlu emosi karna itu memang faktanya." Gadis lain ikut menimpali lalu terkekeh dengan sinis, "hanya gadis miskin yang menjual dirinya kau berani berbicara dengan nada seperti itu kepada kami."

Plak

"Lia!!" Lea meneriaki saudarinya karna terkejut. Sedangkan laki-laki satu-satunya diantara mereka reflek mendorong Grey kebelakang.

"Jalang!" Laki-laki itu menatap Grey jijik, bahkan ia menepuk-nepuk kedua tangannya yang baru saja mendorong Grey.

Dia tidak terjatuh, hanya mundur beberapa langkah. Setelah stabil kembali dia menatap ketiga remaja itu dengan tajam, "Aku memiliki temperamen yang buruk. Selagi itu mengganggu aku tidak segan-segan menghabiskan energiku hanya untuk berurusan dengan orang tampa otak seperti kalian."

"Kau!!" Lia berteriak tak percaya. "Seperti yang diucapkan wanita itu. Kau tak tahu malu, hanya jalang yang tak tahu diri. Sepupumu bahkan benar, kau memang memiliki temperamen yang buruk, bahkan tidak menghargai kebaikan yang diberikan bibimu."

Mendengar kalimat yang baru saja dikeluarkan gadis itu Grey tidak bisa untuk tidak mengembangkan senyumnya, sepertinya dia tahu dari mana desas-desus dirinya berasal. Ternyata keluarga pemilik asli lebih buruk dari yang dibayangkannya.

"Jadi ini semua yang mereka katakan?" Celetuk Grey santai.

Rian, laki-laki itu menatap Gilbert dengam jijik, "bahkan jika wanita itu tidak mengatakannya kami semua juga sudah sadar jika kau adalah wanita yang dibesarkan Tuan Gilbert."

"Benar, hanya tidak ada fakta sebelumnya makanya semua penghuni apartemen disini memilih diam." Lea ikut berbicara.

Lia mengertakan giginya geram, sebuah cetakan lima jari tercetak apik dipipinya. "lihat bagaiman aku membalas tamparan ini." Cetusnya marah.

Sayangnya sebelum Lea mengangkat tangannya sebuah suara tajam membuat Grey dan ketiga remaja itu menoleh.

"Siapa yang berani mengertak menantuku?!"

Mereka semua serempak menoleh asal suara, Grey menghela napas tampa sadar. Entah iya harus menganggap kedatangan wanita ini sebagai bantuan atau sebuah bencana.

Mereka memang sudah bisa dibilang akrab. Beberapa hari ini wanita itu tinggal bersama anaknya. Entah apa yang diucapkan Gilbert pada ibunya, wanita itu selalu mengajak dirinya mengobrol seharian, membicarakan ini itu bahkan membicarakan sesuatu yang terjadi antara keluarga Charles dengan dirinya.

Iam Not ThiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang