Beberapa jam berlalu berlalu dengan damai, tidak ada yang terjadi. Namun jelas ini lah yang disebut ketenangan sebelum badai.
Bukan tak berniat untuk kabur tapi saat dia akan keluar apartemen tadi jelas tangga dan lift dijaga dengan ketat, tidak tahu kapan pria itu mengaturnya yang jelas ketika dia sudah tenang dan memutuskan kabur sebelum tertangkap satu-satunya akses untuk dia kabur sudah dijaga dengan ketat.
Grey menatap kebawah balkon kamarnya dengan pusing. Jika punya sayap, maka dia akan cepat melompat ke kebawah sekarang juga.
Grey menutup kembali pintu balkonnya dan merebahkan dirinya di sofa ruang tamu miliknya. Apalagi sekarang, dia kini hanya bisa menunggu dengan patuh seseorang untuk menebas lehernya.
Sungguh sial, hidup damainya sekarang benar-benar akan hilang. Jangan pikirkan jalan-jalan keluar, untuk hidup besok saja dia tak yakin bisa.
Beberapa menit kemudian bunyi bel terdengar di apartemen mewah ini. Dia punya firasat jika yang datang adalah Gilbert.
Grey segera duduk dengan panik namun menolak untuk membuka pintu, akan tetapi jelas orang diseberang sana juga menolak untuk berhenti membunyikan bel rumahnya.
Dengan gemetar Grey melangkahkan kakinya untuk membuka pintu, tidak peduli apa dia yakin jika tak membuka pintu Gilbert akan mencari cara lain untuk membuka pintunya.
Misalnya dengan menghancurkannya, jelas orang yang tidak mengenal hukum itu tidak akan bersikap sopan.
Namun yang membaut dirinya keheranan adalah layar didepan pintu apartemennya tidak menunjukkan wajah tampan yang dikenalnya melainkan seorang wanita yang berpakaian midis dengan berkacak pinggang sambil menunjuk nunjuk kamera di depan pintu.
"Nak buka pintunya, aku tau kau di dalam." Lagi-lagi Wanita diluar kembali melambaikan tangannya kearahnya.
Setelah banyak pertimbangan akhirnya Grey segera keluar dari Apartemennya, "kau mencariku nyonya?"
Wanita itu mematung, beberapa saat kemudian menelisik Grey dari bawah keatas, lalu balik lagi kewajah Grey.
"Kau menantuku?"
Seketika kegelisahan yang sedari tadi dirasakannya menguap ke udara. Grey mengerjab bingung, seseorang tolong jelaskan apa situasinya sekarang.
"Benar kau sangat cocok menjadi menantuku." Setelah menjawab pertanyaan yang diajukannya sendiri, wanita yang tidak dia ketahui datang dari mana ini kini menatap gadis didepannya dengan berbinar. Tak sia-sia dia mengunjungi putranya hari ini.
"Nyonya siapa yang kau bilang menantu?" Grey bertanya dengan ramah, walau tidak nyaman dengan tatapan berbinar tersebut dia cukup sadar kalau wanita didepannya ini tidak berniat jahat sama sekali.
"Tentu saja kau!! Ah ku pikir dia akan lajang seumur hidupnya, ternyata dia menyembunyikanmu selama ini di sini!!"
"Tapi nyon—
"Dan lagi pantas saja ia tak pernah mau pulang! Baiklah aku akan memanggil kakeknya agar dia tahu jika bocah itu menyembunyikan menantu kami disini!"
"Nyonya aku benar-benar bukan menantumu. Dan lagi siapa anakmu? Aku tak mengenal siapapun dari keluargamu."
Wanita itu menghentikan kehebohannya, namun beberapa saat kemudian siapa yang akan menyangka jika dia akan berubah menjadi wanita yang penuh simpatik!!
"Tak apa menantu, jika Keluarga mereka tidak menerimamu maka keluargaku yang akan menerimamu. Jangan marah, aku tau kau kesel karna selama ini kau disembunyikan oleh bocah itu."
Grey menghela napas pasrah, Siapapun tolong katakan apakah sirkuit otak wanita ini bermasalah atau dia yang bermasalah?!
"Maksudku bukan seperti itu. Mungkin kau salah orang nyonya, aku benar-benar tidak tahu siapa anakmu." Grey berucap dengan tidak berdaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Iam Not Thief
AcakKecelakaan konyol itu membuat ia berada di dunia yang hampir persis sama dengan dunia tempat ia tinggal dulu.