Sinar matahari masuk menerangi kamar yang sebelumnya gelap gulita. Gadis cantik yang terbaring diatas kasur menggerakkan bulu matanya, menandakan sang embu akan bangun dari tidurnya.
"Sudah bangun?"
"Umm."
Gilbert tersenyum kecil, sepertinya gadis ini masih belum sadar sepenuhnya. Jadi dia mengapit hidung hidungnya dengan kedua tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" Grey menggeleng pelan mengusir tangan nakal yang merayapi wajahnya.
Beberapa detik kemudian matanya terbuka sepenuhnya lalau tubuhnya membeku saat melihat wajah tampan itu tepat di depan wajahnya dengan senyum tipis khas miliknya.
"Gilbert?! Apa yang- iissh" Grey mengiris merasakan sakit diujung lidahnya dan bibir bawahnya ketika berbicara.
"Maaf aku impulsif semalam."
Gilbert yang melihatnya merasa bersalah. Bagaimanapun dengan bibir merah itu yang sedikit membengkak dia dapat menyadari jika dirinya bertindak terlalu jauh semalam.
Mengabaikan permintaan maafnya Grey menarik selimut untuk menutupi wajahnya hingga Gilbert hanya bisa melihat rambut hitam yang sedikit keluar.
Semalam pria ini terus menciumnya dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan tak masuk akal itu padanya. Jika dia tak menjawab atau menjawab tidak sesuai keinginannya, dia akan terus mengulanginya sampai dia puas.
Dia tidak tahu bagaimana dia tidur semalam, seingatnya setelah ciuman panjang terakhir kesadarannya sedikit hilang dan perasaan berat menghilang dari atas tubuhnya.
Ughh jika benar dia hilang kesadaran, maka itu akan lebih memalukan. Mungkin hanya dirinya saja yang bisa pingsan hanya karena sebuah ciuman.
"Kau akan sesak nanti,"
Gilbert mencoba menarik selimut yang menutupinya. Tapi gadis itu tetap keras kepala menahannya.
Gilbert tidak memaksa lebih jauh. Dia bangkit dari tidurnya memilih bangun terlebih dahulu. Dia dapat yakin jika gadis ini tidak akan keluar bagaimanapun dia memaksa.
"Aku akan pergi terlebih dahulu. Sarapannya sudah siap. Tidak perlu terburu-buru aku yakin yang lainnya juga tidak akan bangun sepagi ini."
Grey memberikan bergumam sebagai balasan. Gilbert yang mendengarnya terkekeh gemas kemudian berjalan keluar dengan sebelumnya melirik gulungan selimut itu untuk terakhir kalinya.
Sepeninggal pria itu Grey segera bangkit dari tidurnya dan berlari kedalam kamar mandi.
Grey menatap dirinya dengan tidak percaya. Rambutnya kusut seperti sarang burung murai, Bibirnya berwarna merah terang, bengkak, ada luka kecil di sudut bibirnya. Grey menunduk dengan perlahan, kemudian menghela napas lega ketika melihat pakaiannya yang terlihat sangat kusut namun masih terpasang dengan sempurna.
Sepertinya semalam pria itu masih tahu batasannya.
Disisi lain Gilbert yang baru saja keluar dari kamar Grey bertabrakan dengan Teo dan Anna yang akan turun menggunakan tangga.
Ketiganya saling lirik. Gilbert menyapa keduanya dengan anggukannya kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar utama yang berada si lantai tiga.
"Saudara apa yang baru saja kau lakukan? Kenapa kau keluar dari kamar Grey?"
Anna yang sudah sadar buru-buru bertanya. Mengehentikan Gilbert yang akan pergi.
"Bukan urusanmu."
"Kau tidak melakukan sesuatu pada Grey bukan?"
"Hmm." Gilbert berdeham singkat setelah itu melanjutkan langkahnya kembali.
"Apa yang ter-" Anna memelototi Teo yang menutup mulutnya dengan kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Iam Not Thief
LosoweKecelakaan konyol itu membuat ia berada di dunia yang hampir persis sama dengan dunia tempat ia tinggal dulu.