18

8K 1K 39
                                    

Setelah tengah malam berlalu Teo kembali dengan gadis yang tertidur pulas didalam gendongannya.

Entah itu karna kelelahan atau karna kekerasan verbal yang diberikan lelaki bajingan itu terlalu berlebihan padanya, beberapa menit setelah dilemparkan kembali Anna mendadak hilang kesadaran dan tak terbangun walaupun Teo telah menampar pipinya berulang kali.

"Kapten!!"

Melihat Teo yang kembali, semua anggota militer memanggil dengan serempak.

Teo mengangguk singkat lalu menyerahkan Anna kepada tim medis yang sudah dipersiapkan untuk berjaga-jaga sebelumnya, "berikan pertolongan pertama terlebih dahulu sebelum membawanya ke kamp militer."

"Baik, Kapten!"

"William jangan biarkan dirimu dan timmu lengah nantinya. Ingat, walaupun dia terlihat seperti itu ketika dia sadar kemungkinan besar sebagian dari kalian akan bisa kalah melawannya."

William dan timnya mengangguk dengan tegas, mereka tahu jika gadis itu berbahaya.  "Baik, Kapten!"

"Kemudian, Segera bersiap untuk pergi, tugas kalian untuk hari ini selesai. Untuk selanjutnya biarkan aku dan tim lainnya yang bekerja."

"Baik, Kapten!"

"Bagus."

Teo tersenyum tipis kemudian dengan tenang berbalik untuk bertemu dengan kedua sahabatnya.

"Sepertinya hal-hal di keluargamu harus segera dibersihkan."

"Aku tahu." Gilbert membalas dengan dingin.

Ketika melihat gadis yang berada didalam gendongan Teo tadi dengan sekilas ia sudah tahu siapa gadis tersebut.

Adiknya, satu-satunya anak perempuan dari keluarga Charles.

Namun, ketika mengingat apa yang terjadi ia sungguh tidak bisa mengabaikan apa yang telah dilakukan adiknya. Membunuh, merampok, bahkan berurusan dengan beberapa orang-orang dari dunia gelap.

Ia pikir ingatannya masih cukup baik, dalam ingatannya adiknya tidak pernah memegang senjata apapun bahkan pisau dapur sekalipun, ia dibesarkan pak putri kerajaan. Dan sekarang mendapati jika adiknya adalah buronan yang diincar selama ini ia merasa jika memori tentang adiknya benar-benar rusak.

Teo duduk diantara Kevin dan Gilbert matanya melirik Grey yang tertidur pulas dengan bahu Gilbert sebagai sandaran lalu terkekeh pelan setelahnya, "sepertinya taruhan ini dimenangkan olehku."

"Berfikir seolah-olah aku bodoh." Kevin menjawab dengan singkat.

"Lewat tengah malam, taruhan kita adalah jika Anna bertemu dalam waktu tiga hari maka kau pemenangnya. Tapi lihat sekarang, tiga hari telah berlalu dan dia bara saja ketemu."

Kevin menatap Teo sinis, berbicara dengan orang bodoh merupakan hal yang membuang-buang waktu.

"Dia sungguh adikku?" Gilbert segera menyela, ekspresi dingin dicampur rumit dan tak percaya itu terpancar jelas di wajah tampan itu. Teo mengehela nafas, sedikit kasihan dengan keadaan sahabatnya. Lagi pula jangankan Gilbert ia saja juga sedikit bingung dengan gadis yang tadi dibawanya.

Paparan tentang Anna yang diketahuinya dari Richard sangat jauh berbeda dari Anna yang sekarang. Seolah-olah mereka memang orang yang berbeda.

"Gen keluargamu memang luar biasa."

Gilbert tidak menjawab, ia bangkit dari duduknya secara perlahan, satu tangannya diletakkan di bawah lutut Grey sedangkan tangan yang kain dibawah lutut gadis cantik tersebut. "Aku akan pergi. Hal-hal lainnya mari kita bicarakan nanti." Lanjutnya sambil membawa Grey perlahan kedalam gendongannya.

Iam Not ThiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang