"Kevin?"
"Ya."
Suara dingin itu semakin mendekat. Grey dengan cepat menarik kembali pikirannya. Kemudian melempar senyum tipisnya pada laki-laki dingin itu.
"Kenapa kau bisa disini?"
Kevin memberi isyarat untuk melihat beberapa orang yang berdiri tidak jauh dari mereka juga menggunakan jas lab berwarna putih.
"Rekan peneliti mu?"
Pria itu mengangguk samar, kemudian menatap satu persatu orang yang berada di sekeliling gadis cantik itu dengan dingin, "siapa mereka?"
"Teman-temanku."
"Teman?"
"Umm."
Kevin memicingkan matanya, jelas tidak menyukai kata teman yang keluar darinya.
"Grey siapa ini?" Melihat teman-temannya yang mendadak diam Keira berinisiatif untuk bertanya, sedari awal kedatangannya dia sudah sedikit familiar dengan wajah pria itu.
"Oh dia Kevin, umm-"
"Kakak iparnya." Kevin memotong dengan cepat.
"Kakak ipar?!"
"Sial!!"
"Tidak mungkin!!"
Tidak hanya Keira dan sahabatnya, Grey sendiri ikut terkejut. Selama ini Kevin sangat jarang berbicara dengannya, bahkan laki-laki dingin itu tidak pernah memanggil dirinya kakak ipar seperti Teo dan juga Richard.
Kevin menatap Liam yang wajahnya berubah menjadi suram. Sekilas saja dia tahu maksud dari tatapan suran itu.
"Aku—"
"Aaah aku tahi siapa! kau profesor Kevin kan? Pantas saja aku merasa familiar denganmu." Keira memotong ucapan Liam dengan cepat. Gadis dengan dandanan urakan itu menatap Kevin kagum.
"Kau mengenalnya?" Liam menolehkan kepalanya pada Keira dengan pandangan bertanya.
"Yap," Keira mengangguk antusias. Dirumahnya, ayah dan ibunya selalu membicarakan ilmuwan muda ini.
Mengabaikan orang-orang disekelilingnya Kevin memberi isyarat kepada Grey untuk mengikutinya.
"Kemana?" Grey bertanya dengan masih diam ditempatnya.
"Anna." Dengan satu kata dari Kevin, Grey sudah tahu kemana laki-laki dingin itu akan membawanya.
Grey tersenyum lebar, ini yang ditunggu-tunggunya selama ini.
Bertemu Anna, dan memastikan kecurigaannya. Sayangnya sebelum dia melangkah sebuah tangan menariknya terlebih dahulu.
"Kita harus makan siang bersama?" Melihat Grey yang akan dibawa pergi Liam tampa sadar menahan Grey agar tepat ditempatnya.
"Aku-"
"Lepaskan!" Kevin menatap Liam tajam. Mendadak, siang yang awalnya terasa hangat mendadak berubah menjadi dingin.
Liam buru-buru melepaskan genggamannya, tapi masih tidak mengizinkan Grey untuk pergi. "Grey kau bilang kita akan makan bersama."
Keira dan sahabatnya yang lain mengangguk membenarkan. Bagaimanapun mereka sudah sejauh ini, tidak mungkin membatalkan begitu saja.
Grey menundukkan kepalanya, merasa tidak enak dengan Liam dan yang lainnya. Jika dia membantalkannya bukankah dia akan terlihat begitu egois.
Tapi dia sungguh ingin bertemu dengan Anna sesegera mungkin.
Dan jika ditanya harus memilih siapa, jelas dia akan dengan tegas menemui Anna terlebih dahulu.
"Itu, aku tidak-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Iam Not Thief
RandomKecelakaan konyol itu membuat ia berada di dunia yang hampir persis sama dengan dunia tempat ia tinggal dulu.