Dua jam telah berlalu sejak ia berbicara dengan Achara, namun masih segar dalam ingatan Beam tiap detik dan menit yang ia lalui bersama gadis itu. Mata yang berbinar bahagia saat membicarakan Tae, suara penuh kekaguman yang melantunkan pujian setinggi langit, serta raut wajah yang menyiratkan kegugupan dan rasa malu saat mengumumkan cintanya. Beam mengingat semua itu.
Semua ekspresi yang Achara tunjukkan malam ini, menorehkan kesan yang dalam di hati Beam. Bahkan hanya dari tatapan mata dan suara Achara saja, Beam bisa tahu kalau gadis itu sangat mencintai Tae.
"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Beam frustrasi. Ia sudah memakai piama, berbaring di ranjang sambil memandang langit-langit kamar, namun sedari tadi ia masih memikirkan permohonan yang gadis itu minta.
Beberapa jam sebelumnya, karena tak yakin harus menjawab apa, Beam hanya tersenyum saat mendengarkan permohonan Achara dan mengalihkan pembicaraan mereka dengan mengajak gadis itu kembali ke dalam restoran, sekarang setelah ia pikirkan lagi rasanya Beam menyesal karena tidak memberikan jawaban yang tegas.
"Arg! Seharusnya aku langsung tolak saja ya", Beam mengambil bantal yang ada di sebelahnya dan meremas bantal itu dengan gemas, berusaha menyalurkan rasa kesal dan frustrasi yang ia alami.
Walau awalnya Beam mengira ia tidak akan bisa tidur karena frustrasi, namun setelah menumpahkan kekesalannya pada bantal yang tidak bersalah, akhirnya Beam jatuh tertidur. Tidur yang membawanya ke alam mimpi yang terasa sangat aneh. Dibandingkan mimpi-mimpi sebelumnya dimana Beam hanya dapat melihat cuplikan dari satu peristiwa, mimpi kali ini bagaikan suatu film utuh yang bercerita dari awal sampai akhir.
Adegan pada mimpi kali ini mulai di suatu taman bunga yang terletak tak jauh dari bangunan putih bernuansa klasik setinggi tiga lantai yang cocok disebut sebagai istana. Melihat gazebo di tengah taman serta betapa sepinya tempat ini, Beam tahu bangunan besar itu, serta taman seluas ini adalah properti milik pribadi.
Di antara pilar-pilar putih gazebo, berbagai macam bunga, dan pohon rindang yang mengelilingi bangunan itu, samar-samar Beam dapat melihat penghuni tempat ini. Seorang gadis kecil, yang berusia sekitar 5 tahun, tengah duduk di kelilingi oleh beberapa wanita muda berseragam.
"Menurut Cherreen, kalau aku menjadi aktris terkenal, apa mama dan papa akan menyayangiku?" Tanya anak kecil itu pada seorang wanita muda yang tengah menuangkan teh ke dalam cangkirnya.
Sejujurnya pemandangan ini membuat Beam sangat bingung. Kalau benar mimpi ini adalah salah satu mimpi ajaib yang ia dapatkan, kenapa dari tadi Beam belum mengenali siapa pun? Siapa orang-orang yang ada di hadapannya sekarang?
"Miss Achara, anda tak perlu menjadi artis pun kedua orang tua anda sudah menyayangi anda".
Beam tersentak mendengar jawaban wanita yang dipanggil Cherren, jadi gadis kecil yang tengah duduk ini adalah Achara?
Kalau Beam perhatikan memang wajah itu sangat mirip dengan Achara, walau pipi chubby-nya membuat wajah itu kekanak-kanakan, tapi mata dan bibirnya adalah replika Achara. Apakah mimpi ini memperlihatkan masa lalu? Kenapa Beam harus melihat masa lalu Achara sampai sejauh ini?
"Kalau mereka menyayangiku, papa dan mama akan memilih untuk datang ke resital pianoku dibanding ke acara penghargaan aktris-aktris itu" sahut gadis kecil itu sambil mencebikkan bibirnya. Melihat gadis kecil itu meminum tehnya dengan hati-hati agar tidak mengotori gaun pinknya sedikit membuat Beam geli, Achara kecil terlihat sangat menggemaskan.
Tapi semakin lama Beam melihatnya, ia semakin tertegun akan ketenangan yang Achara kecil miliki. Bukankah untuk gadis seumurnya, gadis-gadis cilik ini akan lincah dan sangat aktif, kenapa Achara kelihatan dewasa sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Back My Life As Beam!!!
FanfictionDisclaimer: - This story is work of fiction. The story does not depict how the actors/actress live their lives nor does it reflect their personality in real life; - Any similarities of the story to real persons, places, and events is purely coincide...