"Good job, everyone. Hari ini kita sudah menyelesaikan rekamannya" seru Janean mengumumkan. Beam hampir menangis saat mendengarnya, ia bukan hanya merasa senang karena bagian ini telah berakhir tapi juga senang karena bisa bernyanyi dengan baik dan membuat semua orang puas dengan hasil kerja keras yang ia berikan.
Diperlukan waktu dua minggu bagi Tae dan Beam untuk bisa menyelesaikan rekaman lagu terbaru mereka. Setelah melewati latihan keras yang diberikan, berhari-hari menginap di ruang studio rekaman dan beberapa malam tanpa tidur, akhirnya Beam menyadari bahwa suara yang ia miliki sama sekali tidak buruk. Ia akan mengingat hal ini setelah kembali ke dunianya, ia akan membalas ejekan yang selalu Phana dan Kit lontarkan tiap kali mereka karaoke bersama.
Beam menyandarkan tubuhnya di sofa, walau jam masih menunjukkan pukul 19.00 tapi ia merasa sangat lelah dan mengantuk, dengan kesadaran yang menipis samar-samar Beam kembali mendengar suara Janean ". . . lusa besok kita akan pergi ke pulau Fata, jangan lupa untuk sampai di bandara sebelum jam 5. Kita akan berangkat dengan penerbangan paling pagi"
"Ah, benar juga. Ini turning point pertama . . ." bisik Beam sesaat sebelum pandangannya mengabur dan terlelap dalam tidurnya. Mungkin akibat rasa lega yang ia rasakan karena berhasil melewati situasi yang menegangkan, Beam tertidur begitu pulas.
Ketika Beam akhirnya terbangun di kamarnya, matahari sudah meninggi dan suasana apartemen Tae begitu sepi. Ia memang tidak ingat bagaimana ia bisa sampai, tapi ia mengingat dengan jelas bunga tidur yang terputar di kepalanya selama ia tidur. Beam kembali memimpikan peristiwa masa depan yang melibatkan dirinya, Tae, dan Sawana.
Berbeda dengan perasaan kebingungan yang pertama kali ia alami saat memimpikan kejadian di taman bermain, sekarang Beam benar-benar yakin bahwa apa yang ia mimpikan adalah gambaran alur cerita yang seharusnya terjadi apabila sesuai dengan cerita drama, dan kalau mimpi ternyata akan berlangsung setiap kali ia akan mengalami event penting, Beam akan sangat bersyukur. Karena dibandingkan dengan catatannya yang tidak lengkap, menyaksikan adegannya sebelum itu terjadi akan membantu Beam mengetahui apa yang harus ia lakukan dan persiapkan.
Setelah mengumpulkan kesadarannya, hal pertama yang Beam lakukan adalah menyamakan apa yang ia alami dalam mimpi dengan catatannya di ponsel. Secara kebetulan dalam turning point kali ini, Beam mengingat dan bisa mencatat banyak hal karena teman-temannya dulu berbicara dengan penuh semangat, bahkan mengulang beberapa dialog yang menurut mereka sangat manis.
Ketika Beam menemukan banyak persamaan dalam catatan yang sebelumnya ia buat dengan mimpi semalam, Beam merasa tenang. Selama cerita turning point ini berlangsung, Beam tidak perlu melakukan apa-apa dan hanya perlu mengikuti jalan cerita original.
"Hah... andai saja sepanjang cerita bisa berjalan semudah ini" gumam Beam seraya membuka pintu kamar. Saat mengecek catatan di ponselnya, sekilas ia bisa melihat waktu menunjukkan pukul 11.00, pantas perutnya lapar sekali, ia melewatkan sarapan dan sedikit lagi adalah jam makan siang.
Pemandangan yang menyambut Beam saat ia membuka pintu membuatnya mengerutkan dahi, seorang wanita yang mengenakan apron abu-abu tengah berdiri di depan kompor sedangkan sang pria tengah menata piring dan makanan di atas meja makan, mereka tertawa dan bercanda dengan riang sambil melakukan tugas mereka. Ini adalah gambaran sempurna dari pasangan yang berbahagia.
Mengabaikan rasa pahit yang tiba-tiba muncul dalam hati, Beam pun berjalan mendekati mereka, "Apa ini yang namanya suasana newlywed?" Tae dan Sawana sama-sama tersentak kaget saat mendengar suara Beam, mereka berdua sama sekali tidak menyadari kehadiran Beam yang sedari tadi sudah berdiri dan memperhatikan mereka.
"Apa kau sudah lapar, Beam? aku dan P'Tae sedang memasak makanan untuk kita" sahut Sawana dengan muka yang bersemu merah, ia mengabaikan pertanyaan retorik Beam untuk menyembunyi kan rasa malunya atas perkataan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Back My Life As Beam!!!
FanfictionDisclaimer: - This story is work of fiction. The story does not depict how the actors/actress live their lives nor does it reflect their personality in real life; - Any similarities of the story to real persons, places, and events is purely coincide...