1. PROLOGUE : I MIGHT HAVE MISHEARD IT

342 17 0
                                    

"Dead people receive more flowers than the living ones because regret is stronger than gratitude."

Itulah kata-kata pertama yang kuingat saat pandanganku beradu pada timbunan karangan bunga Matahari, Daisy, Mawar dan banyak jenis lain yang tak kukenal memenuhi kamar. Apa orang-orang mengira aku akan mati, maka mereka mengirimkan semua ini?

"arg..." ringisku menahan sakit dan kembali memejamkan mata.

Kelihatannya aku benar-benar hampir mati. Rasa sakit di bagian belakang kepala yang terasa seperti disayat serta seluruh tubuhku yang tak mampu digerakan menjadi bukti tentang seberapa parah kondisiku. Semua bagian tubuhku terasa remuk, seakan digilas oleh truk tronton.

Ah... Aku bisa mengingatnya sekarang, mobilku memang ditabrak oleh truk besar ketika aku pulang dari rumah sakit. Seingatku dalam perjalanan setelah menyelesaikan shift malam, hujan besar turun saat melewati jalanan yang cukup gelap, tak lama sesudah itu tiba-tiba saja cahaya lampu sorot yang menyilaukan dan suara klakson yang memekakan telinga menerobos ke dalam pandanganku sebelum semuanya menjadi gelap.

Tapi syukurlah aku selamat, kalau tidak Forth pasti akan membenciku karena aku berani-beraninya mati sesaat sebelum hari ulang tahunnya. Oh ngomong-ngomong kemana pria itu? kenapa ruangan ini sepi sekali? apa tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan ini selain dokter dan suster? Tapi melihat tumpukan bunga-bunga, seharusnya aku tidak memerlukan perawatan intensif.

Setelah bersusah payah membuka mata dan membiasakan mataku dengan cahaya sekitar, aku mencoba untuk menggerakan jariku. Seingatku tombol untuk memanggil suster diletakan tidak begitu jauh, tapi setelah berulang kali gagal akhirnya aku menyerah dan kembali memejamkan mata. Satu-satunya yang dapat kulakukan sekarang hanya menunggu dokter atau suster yang datang berkala untuk memonitor keadaanku.

Beruntung tak lama kemudian aku mendengar suara pintu terbuka dan beberapa orang yang bercakap-cakap. Akhirnya!

Dengan gerakan lambat aku membuka kedua mataku dan menatap kedua sosok yang berjalan mendekat. "Tuan anda sudah sadar?" ujar salah satu di antara mereka dengan derap langkah yang mendekati ranjangku.

Tak mampu menjawab pertanyaan mereka, aku kembali memejamkan mata kemudian membuka mataku lebar-lebar, berusaha meyakinkan mereka bahwa samar-samar sudah mendapatkan kesadaranku dan bisa mendengar mereka.

"Bagus sekali Tuan Thanapon, keluarga anda pasti akan senang sekali mengetahui hal ini"

Tunggu... Nama siapa yang tadi ia panggil?

"Tuan Thanapon Jarujitranon, apakah anda masih bisa mendengar suara saya? Anda bisa kedipkan mata anda kalau anda memahami apa yang saya katakan"

Walau tidak sepenuhnya paham dengan apa yang ia katakan aku kembali mengedipkan mata. Aku paham akan perintahnya untuk mengedipkan mata tapi tidak dengan nama yang ia sebutkan. Dua kali ia memanggilku dengan nama yang tidak kukenali. Apa dokter ini masuk ke ruangan yang salah?

Tidak... sepertinya bukan itu.

Atau jangan-jangan kecelakaan ini melukai pendengaranku?

Iya! pasti itu jawabannya. Aku pasti salah dengar.

- To Be Continued-

Give Me Back My Life As Beam!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang