Kalau mau berpatokan dengan cerita dalam drama ataupun mimpi yang aku terima, seharusnya kejadian dari turning point pertama berlangsung seperti ini;
Sawana yang datang ke Pulau Fata karena memenangi sayembara, bertemu dengan Tae dan Tee yang juga sedang melakukan pemotretan di sana.
Namun, berbeda dengan Sawana yang akan menginap selama empat hari tiga malam, pekerjaan Tae hanya akan berlangsung selama dua hari semalam. Mengetahui Sawana akan menghabiskan sisa dua malam lagi sendirian, Tae memutuskan untuk memperpanjang masa menginapnya dengan mengajak asistennya agar tidak menimbulkan kecurigaan. Walau seperti biasa Tee berusaha mengganggu dan ingin ikut menginap, tapi Tae berhasil memaksa pria itu untuk pulang bersama para kru.
Sisa tiga hari berikutnya, Sawana dan Tae menghabiskan waktu berduaan karena asisten Tae tahu tujuan pria itu adalah menikmati liburan dengan Sawana dalam suasana yang romantis. Mereka bermain di pinggir pantai, mengitari area pertokoan yang ada di tengah-tengah pulau, dan bahkan menyewa yacht untuk menikmati matahari tenggelam.
Nantinya, karena terbawa oleh suasana romantis yang ada, kedua orang itu akan berciuman mesra di atas yacht dengan pemandangan matahari terbenam sebagai latarnya.
Ciuman itu akan mengarahkan Tae dan Sawana dalam pengakuan cinta yang manis dan mengubah keadaan di sekeliling Sawana dan Tae. Mereka menaikkan level hubungan persahabatan mereka menjadi sepasang kekasih, Itulah turning point pertama cerita Love From Heaven.
Lihat, kan?
kalau berdasarkan hal itu, harusnya Sawana dan Tae sedang merencanakan kegiatan romantis apa saja yang akan mereka lakukan di pulau ini, bukan memikirkan kemungkinan adanya hubungan romantis antara aku dan Tae.
Tapi kalau aku pikirkan baik-baik, kejadian dengan para HighFive di taman bermain maupun adegan pura-pura ciuman kami saat sunset tadi juga seharusnya tidak ada dalam drama Love From Heaven. Namun lagi-lagi, karena Tee dan Tae di dunia ini pernah berperan sebagai Forth dan Beam, skenario Love From Heaven yang ku ketahui tiba-tiba berubah.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, hal yang bisa kulakukan sekarang, yaitu saat perubahan cerita terjadi, adalah berimprovisasi dan berusaha mengembalikan alur cerita yang melenceng ke jalur yang benar, "Tidak Sawa, itu semua hanya latihan saja. Khun Thar, sutradara kami ingin menampilkan adegan romantis. Untuk membuatku merasa tidak tegang, aku dan P'Tae latihan dulu sebelum adegan yang sebenarnya" jelasku panjang lebar.
"Benar, dan kami tidak benar-benar berciuman. Aku hanya mencium pipi Tee saja" tambah Tae menimpali.
Dengan semburat pink yang menyebar di pipinya, Sawana tertawa dengan canggung "Hoo ternyata begitu maaf aku salah sangka" ujarnya malu-malu.
Bagus! kesalahpahaman terselesaikan, sekarang aku akan membuat cerita ini mengalir seperti alur cerita awal, "Ngomong-ngomong sampai kapan kau menginap di sini?" tanyaku basa-basi, walau aku sudah tahu jawabannya tapi pertanyaan ini bisa memancing Tae mengambil keputusan untuk memperpanjang masa tinggalnya di pulau ini.
"Aku baru akan pulang tiga hari lagi, kalian pulang besok, kan?"
Aku mengangguk, "Iya kami di sini sampai besok sore" sahutku kemudian buru-buru menambahkan "tapi kalau tidak salah setelah ini jadwal pekerjaan kami akan kosong sampai akhir minggu, ya kan P'Tae?", aku menatap Tae sambil mengedip mata dengan cepat, berusaha menanamkan suatu ide agar ia menemani Sawana di tempat ini.
"Iya begitulah"
Jawaban singkat Tae membuatku gemas, kenapa ia tidak bereaksi apa-apa? Kemana Tae yang akan langsung menawarkan diri untuk menemani Sawana menghabiskan liburannya di pulau Fata?
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Back My Life As Beam!!!
FanficDisclaimer: - This story is work of fiction. The story does not depict how the actors/actress live their lives nor does it reflect their personality in real life; - Any similarities of the story to real persons, places, and events is purely coincide...