14. IF WE WERE NOVEL CHARACTERS

93 8 0
                                    

Kalau diingat-ingat lagi, suasana yang sekarang kami alami tak jauh berbeda dengan incident di taman bermain. Ruangan yang begitu sunyi menegangkan, P'Jane yang duduk di seberang kami dengan muka menahan amarah dan kami yang tidak mampu menatap balik ke arah mata tajam itu.

Dari adegan yang kulihat dalam mimpi, aku memang sudah tahu foto Tae dan Sawana akan tersebar luas dan menjadi berita panas selama beberapa minggu, aku juga tahu seberapa murkanya P'Jane saat berita itu keluar. Itulah mengapa sebelum hal itu terjadi aku ingin pindah secepatnya dari tempat ini dan melihat dari kejauhan bagaimana Tae dan Sawana menghadapi masalah ini.

Namun kenyataannya aku bukan saja tidak sempat pindah, tapi juga ikut terseret dalam berita dan ikut menanggung kemarahan P'Jane. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan perkembangan alur yang berantakan ini.

"P'Jane . . .", dengan suara yang seperti berbisik aku memanggilnya. Kami sudah duduk terdiam di ruangan ini selama 10 menit, aku sudah lapar dan ingin semua cepat berakhir "Aku tahu aku salah karena tidak hati-hati sampai bisa difoto, tapi pertemuanku dan Val hanya kebetulan belaka. Aku bahkan tidak ingat siapa dirinya" jelasku berusaha memberikan alasan.

Dengan mulut terkatup, tatapan tajam P'Jane beralih ke arah Tae. Sinar matanya seakan menuntut penjelasan yang sama dari pria di sampingku.

"Aku juga minta maaf karena kecerobohanku, aku pastikan hal ini tidak akan terjadi lagi" tegas Tae singkat yang membuatku sedikit bertanya-tanya. Maksud Tae ia masih tetap bersama Sawana tapi akan lebih hati-hati agar tidak ada yang mengambil foto mereka lagi, kan?

Melihat P'Jane yang tidak mengatakan apa-apa, kami berdua kembali terdiam. Namun dari sorot matanya yang melembut, kami tahu paling tidak ia tidak akan memarahi kami lagi dengan kata-kata tajam, "Aku tidak melarang kalian untuk mencintai seseorang, tapi karena siapa yang kalian kencani akan mempengaruhi pekerjaan, aku hanya meminta kalian untuk berhati-hati" Ujar P'Jane, ia menghela nafas panjang sebelum kembali melanjutkan, "Kita akan percepat peluncuran sub-unit TaeTee, kita gunakan kesempatan itu untuk menjawab semua rumor ini. Sampai saat itu, kalian tidak perlu mengeluarkan statement apapun dan jangan membuat masalah lagi".

"Baik Phi, kami mengerti", jawabku dan P'Tae berbarengan. Merasa puas dengan jawaban kami, P'Jane meraih ipad yang sebelumnya tergeletak di atas meja dan bergegas menuju pintu keluar. Dari ponselnya yang terus-menerus berdering, aku tahu pasti ada banyak hal yang harus ia lakukan untuk memajukan jadwal peluncuran sub unit kami.

Tapi . . . tadi P'Jane hanya memperingatkan untuk tidak membuat masalah, jadi seharusnya kepindahanku dari apartemen Tae tidak terhitung sebagai masalah, kan?

"P'Jane..." panggilku lagi sesaat sebelum ia membuka kenop pintu "Aku sudah cukup lama tinggal di apartemen P'Tae, apakah aku bisa kembali ke apartemen- . . ." aku tak berani menyelesaikan kata-kataku setelah melihat sorot mata P'Jane yang kembali tajam, oke itu tandanya dia tidak setuju aku pindah sekarang.

"jangan membuat masalah" desis P'Jane lagi yang langsung kubalas dengan anggukkan cepat.

Setelah mengantarkan P'Jane keluar, aku dan Tae sama-sama menghela nafas panjang. Dengan adanya kejadian ini kami bukan hanya tidak bisa bertemu dengan Sawana, tapi juga tidak bisa pergi dengan bebas sampai konferensi pers digelar.

Ketika aku hendak berbalik dan kembali ke kamar, tangan Tae dengan cepat meraih lenganku. Pegangannya memang tidak kuat, tapi tatapan matanya yang tajam dan menyelidik membuatku menelan ludah, aku seperti familiar dengan sorot mata ini. Kira-kira apa yang ingin Tae katakan? Apa ia masih marah aku pergi tanpa memberi kabar, atau dia mau menyalahkanku karena aku meninggalkannya berduaan dengan Sawana dan memberikan kesempatan pada orang-orang untuk mengambil foto mereka berdua?

Give Me Back My Life As Beam!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang