6 Perhatian Kecil

360 19 3
                                    

Tubuh Deva benar-benar lemah. Ia pun sekarang sudah berbaring di kasur, saat habis di meja makan Deva langsung menuju kamar karena badan yang begitu tak bisa melakukan sesuatu.

Selimut yang menyelimuti tubuhnya dengan tubuh yang bergetar “Mah Pah.”

Deva menyebut kedua orang tuanya. Ia sangat merindukan mereka “Biasanya kalau Deva sakit kalian yang rawat.” Deva memejamkan matanya dengan butiran bening yang tekah luruh membasahi pipi nya.

“Sekarang.” Deva menjeda dan mengusap pipi yang basah dengan punggung tangannya “Gak ada lagi.” 

Di lain tempat Dafa berada di kamar memainkan Games Online dengan bersender di kepala ranjang, ia sekali-kali mengumpat jika ia kalah dalam permainan yang sedang ia mainkan.
Ia mengumpat kala ada panggilan telepon yang mengganggu kegiatannya, dengan malas ia mengangkat telepon tertera nama ‘Sasa’

  ‘Halo!’

“Halo Sayang.” Deva mengumpat kala suara di serbang sana memanggil kata ‘Sayang’ rasanya sangat jijik.

‘Apa?’ Dafa tidak mau basa-basi.

‘Sama pacar sendiri jangan jutek dong,’ rajuknya membuat Dafa memutar bola matanya malas.

‘Mau apa cepat gue sibuk!’

‘Iya, iya, besok jemput aku ya,’ pintasnya.

  ‘Malas!’ sambungan dimatikan secara sepihak oleh Dafa, ia malas meladeni Sasa. Rasanya ia ingin sekali melempar jauh-jauh sampai ia tak bisa kembali.

Karena sudah lama di kamar Dafa keluar namun saat sudah berada di luar kamar dan menuruni tangga, biasanya ia akan melihat Deva di ruang tengah namun kali ini ia tidak melihat Deva., tapi Dafa tak mau dan memilih keluar sambil memakai jaket.

Dafa pun mengeluarkan mobil dari bagasi dan langsung mengendarai untuk keluar, namun sebelum itu ia membuka gerbang sendiri karena satpam izin pulang kampung. Deva mengela napas mendengar suara mobil yang menjauh, ia tau pasti Dafa tapi ia tak ambil pusing.

Dafa dalam perjalanan mengendarai mobil untuk ke markas. Tempat di mana ia menghilangkan kebosanan, tak menunggu lama Dafa telah sampai di Markas dan langsung masuk ke dalam.

“Ada apa nih?” tanya Aksa salah satu teman Dafa.

“Gak!” singkat Dafa.

“Oya Daf, kemarin Gue lihat ada cewek  yang masuk rumah lo. Itu siapa?”

Dafa menatap Datar Aksa “Salah liat kali!”

“Enggak! Gue gak salah lihat! Orang seragamnya sama kaya lo!”

“Pembantu!”

Aska hanya mengangguk percaya. Tapi ... sungguh tega, menganggap Deva pembantunya,  padahal Deva adalah istrinya.

  “Namanya siapa?”

“Kepo banget si! Gue kesini mau Tenangin pikiran gue bukan malah bikin mood lebih hancur!” geram Dafa langsung meninggalkan markas, padahal ia baru sampai.

“Gue minta cari cara biar gue putus sama Sasa, gara-gara tantangan kalian gue harus jadian sama Sasa!”

“Gue kasih waktu tiga hari! Kalau gak berhasil lo semua bakal habis di tangan gue!”

Setelah itu Dafa langsung meninggalkan Markas dengan semua orang yang berada di markas mematung dan bingung apa yang harus di lakukan.

Dafa berjalan mendekati mobilnya “Sebenarnya gue bisa turun tangan sendiri dengan cara gue bunuh Sasa! Tapi gue gak mau kotor in tangan gue!”

Marriage Hurdle(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang