Deva menendang bagian sensitif dan menginjak, setelah itu langsung berlari, "Ya'Allah, lindungi hamba," ucapnya sambil berlari.
"BODOH KALIAN! KENAPA GAK DI KEJAR!" Geram kedua orang yang di injak dan di tendang.
"KEJAR BODOH!" bentaknya melihat empat orang itu masih terdiam.
"I-iya," gagapnya dab mengejar Deva. Kedua orang itu masih kesakitan, "Sial! Kenapa burung yang di tendang!"
"Lo mending Cuma di injak kakinya!" lanjutnya sambil menatap temanya.
"Tapi kan tetap sakit!"
"Tapi gue lebih sakit bodoh!"
"Ngapain kita debat! Mending kita kejar, biar kita dapat uang tambahan!"
Deva masih setia berlari menghindar dari empat orang yang mengejarnya, ia terus berlari sekat tenaga sambil berteriak meminta 'Tolong." Namun tempatnya begitu sepi hingga tidak ada yang menolong, "Kenapa tempatnya sepi banget," gumamnya.
"Aku harus kemana?"
"WOY! JANGAN LARI!"
Deva langsung panik dan berbelok, "Aku harus mengumpet!"
Deva berlari dan melihat tempat yang bisa buat bersembunyi.
"Apa aku bersembunyi di situ aja kali ya," gumamnya.
Tampa basa-basi Deva bersembunyi, "Bau kambing, tapi gak papa deh," gumamnya.
Empat suruhan dari Dafa itu terus mencari Deva, "Dimana lagi!" umpat salah satu pereman.
"Kalau kita gak berhasil gawat nih!"
"Gimana sudah ketemu?" tanya kedua orang yang baru saja datang.
"Belum, larinya cepat banget ceweknya!"
"DASAR BODOH!"
Deva yang sedang bersembunyi pun menutup mulutnya serta hidung nya, kambing terus berbunyi membuat Deva panik, Kambing jangan berisik ya," lirihnya.
"Aku Cuma ikut bersembunyi doang kok, gak mau ngapa-ngapain."
Deva mengaruk rambutnya, "Apa si kamu Dev, malah ajak kambing bicara," gerutunya.
"Peremannya masih ada lagi," gumam Deva.
"Gak ada pangeran gitu yang selamatin aku kaya di TV, TV," gumamnya.
Sempat-sempatnya ia berkhayal, tak apa lah yang penting Deva bahagia dalam khayalannya dari pada terus larut dalam kesedihan.
"Mungkin dia sembunyi di sekitar sini!"
Deva membulatkan matanya, "Jangan sampai mereka lihat aku sembunyi di kandang kambing."
Kalian harus tau, dulu Deva perempuan yang ceria, berbanding dengan sekarang hanya sebuah kesedihan, tapi ia mencoba belajar menjadi Deva yang dulu, tapi ini sungguh sulit.
"Apa mungkin sembunyi di kandang kambing?"
"Gak mungkin! Masa sembunyi di kandang kambing! Kayanya gak mungkin!"
Mereka terus debat tentang persembunyian Deva, sedangkan Deva sudah deg-degan takut mereka menghampiri kandang kambing.
"Gimana nih," paniknya.
"MENDING KITA CEK AJA BUAT BUKTIIN!"
"SETUJU!"
Deva makin panik, "Aku harus kabur!"
Deva melangkah mundur saat enam orang itu mendekat tempat persembunyiannya, "Kalau aja Cuma satu atau dua orang pasti aku bisa lawan."
Deva memang bisa sedikit bela diri, ia belajar saat masih duduk di kelas satu SMP sampai kelas dua SMP setelah itu tidak lanjut karena sahabatnya pindah sekolah.
"Lah ini enam orang, udah gitu besar-besar lagi badanya."
"Aku harus lari," gumamnya.
Belum sempat sampai ke kandang kambing ke enam orang itu terlebih dahulu debat, gak mungkin di situlah, pasti sembunyi di tempat lain lah, dan masih banyak lainya, dan di saat itulah Deva mencari kesempatan untuk lari.
"Ini kesempatan untuk kabur," gumamnya.
Deva mulai melangkah mundur dengan perlahan, sekitar tiga langkah Deva langsung berlari kencang, dan saat itu salah satu dari mereka melihatnya. "Itu Dia!"
Lima orang menunjuk ke arah yang di tunjuk.
"KALIAN BANYAK DEBAT JADI GINI KAN!"
"SEKARANG KITA KEJAR!"
Semua langsung berlari mengejar Deva, "Selamatkan hamba ya 'Allah," lirihnya.
"Kenapa gak ada orang satu pun."
Deva masih setia berlari sambil berteriak meminta tolong, berharap ada warga sekitar yang menolongnya .
"JANGAN LARI KAMU!"
Teriak pereman yang mengejarnya Deva begitu geram. namun Deva tetap terus berlari, ia terus berdoa berharap akan ada yang menyelamatinya.
"Daf, apa lo merasakan saat ini aku sedang dalam bahaya," lirihnya.
"Apa lo khawatir, aku belum sampai ke rumah?"
Ia begitu sangat berharap jika Dafa menghawatirkan dirinya. Tapi ... bagaimana jika Deva tau kalau Dafa lah yang merencanakan ini semua! Pasti Deva akan sedih, pasti Deva akan kecewa.
Brakk
Deva tak sengaja menabrak orang dengan seumur dengan dirinya, "Kak, tolong kak. Saya di kejar pereman."
"Tolong Saya Kak," pintanya dengan mata berkaca-kaca.
"Iya, gue bantu. Lo bersembunyi di pohon itu!"
"Makasih kak, Makasih," lirihnya dan berlari menuju pohon untuk sembunyi.
Enam orang itu sudah berdiri di depan pemuda seumuran dengan Deva.
"Minggir! Kita tidak ada urusan dengan Anda!"
"Jangan sok jadi pahlawan!"
"Saya bukan mau jadi pahlawan, saya hanya melindungi orang yang harus saya lindungi!"
"Banyak bacot!"
"Serang!"
Buhg!
Bugh!
Krekk
Pemuda itu berhasil memukul dua dari salah satu dari mereka.
Buhg!
Bugh!
Pemuda itu terpukul sampai tersukar jatuh. Deva yang dari jauh panik "Aku harus bantu!"
Deva mencari sesuatu, dan melihat sebuah kayu dan mengambilnya, Beraninya kroyokan!"
Bug!
Bug
Deva memukul-mukul pereman, dan pemuda itu pun melawan yang lain hingga ke enam penjahat itu lari.
Deva menghampiri pria itu, "Makasih, lo sudah tolongin gue."
Jangan lupa tinggalkan jejak vote and comment
5 April
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Hurdle(On Going)
Ficção AdolescenteMenikah di usia muda itu tidaklah mudah, apa lagi menikah atas kemauan orang tua tak di dasari cinta yang hanya membuat luka di hatinya. Rintangan pernikahan yang akan terus ia terima, masalah-masalah yang terus datang, musuh yang tak terduga. Kese...