9 Kantin

234 18 0
                                    

Deva bernapas lega ketika mendengar suara bel berbunyi, pertanda istirahat telah tiba dan hukuman pun selesai. Deva duduk di pinggir lapangan sambil mengelap keringat yang membasahi keningnya. 

Tiba-tiba ada sesuatu yang dingin mengenai pipinya membuat Deva yang memejamkan matanya langsung membuka dan menoleh ke samping.
“Nih minum pasti lo haus.”

Orang itu pun duduk di samping Deva dengan tangan masih mengulurkan aqua. Deva masih enggan menerima, dirinya masih bingung dengan orang yang berada di sampingnya, ia merasa pernah bertemu tapi kapan? Dimana?

“Ambil,” pintanya,  Deva pun menerima “Makasih.”

“Lo murid baru?”

“Iya, kenal in gue Gara El Rangga.”

Deva Menerima uluran tangannya “Deva Dinata Kena.”

“Masih ingat gue?” tanya Gara menatap Deva yang sedang meminum minuman yang ia beri.

“Maksudnya?”  Deva menatap bingung Gara setelah selesai minum.  

Gara tersenyum membuat Deva terkagum melihat senyuman Gara “Orang yang pernah lo tabrak saat jalan.”

Deva mengingat kejadian beberapa hari yang lalu yang tak sengaja menabrak seseorang 

**
Bruk

Seseorang menabrak tubuh seseorang laki-laki yang membuat meringis “Maaf,” cicitnya.

Gara hanya diam memandang seorang cewek yang menunduk takut, yang tak lain adalah Deva.

Deva mencoba menatap ke arah orang yang tak sengaja menabrak nya “Sekali lagi saya minta maaf.”
Setelah itu langsung menaiki angkot yang kebetulan lewat, sedangkan Gara hendak menghalangi untuk menanyakan nama namun ia kalah cepat karena Deva sudah memasuki angkot.

“Untung orang itu gak mengejar,” gumam Deva saat sudah berada di angkot.

** 
“Maaf soal itu,” ujarnya ketika sudah mengingat kejadian itu “Gue gak sengaja,” lanjutnya.

“Gara tersenyum menatap Deva “Gak papa kok, gue senang bisa ketemu sama lo disini.”

“Kenapa lo bisa di hukum?”

Deva menghela napas, menatap sekilas Gara lalu kembali menatap ke depan “Gue gak mengumpulkan tugas, padahal gue udah jelas-jelas tadi pagi udah gue siap in di tas, tapi tadi gue cari gak ada.”

“Mungkin lo lupa kali.”

Deva menggeleng “gak! Gak mungkin gue lupa, udah jelas-jelas gue taruh di tas!”

“Apa mungkin ada yang sengaja umpetin buku tugas lo?”

Deva terdiam memikirkan apa yang di katakan Gara. Apa iya ada orang yang umpetin buku tugasnya, tapi siapa? Apa tujuannya? Apa mungkin ... ah! Deva tidak ingin menuduh tempa bukti.

“Hay! Kok diam?” tegur Gara.

“Eh!” pekik Deva.

“Apa lo ada musuh?” tanya Gara yang dapat galengan Deva.

“Gak usah di pikirin lagi, kita ke kantin yuk gue lapar,” ucap Gara  
Deva mengangguk “Ayok, kebetulan gue juga laper.” Gara terkekeh dan mengacak rambut Deva.

Berjalan dengan beriringan sekali-kali Gara membuat lelucon membuat Deva tertawa lepas, Deva lebih cantik berkali-kali lipat ketika tertawa “Lo cantik kalau ketawa.”

Perkataan Gara membuat Deva menghentikan tawanya.

“Kenapa berhenti?” tanya Gara ketika Deva berhenti tertawa dan menghentikan langkahnya juga.
“Gak papa,” jawabnya sambil kembali berjalan di ikuti Gara.       

Marriage Hurdle(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang