24

281 25 2
                                    

“Lo kenapa?” tanya Aksa.
Sekarang  Dafa sedang berada di Markas, ia hanya diam membuat yang berada di ruangan hanya diam karena tidak seperti biasanya yang marah-marah tidak jelas yang membuat orang bergidik ngeri jika melihat kemarahan Dafa.

“Gak!” singkat Dafa yang membuat Aksa memutar bola matanya malas, selalu saja menjawab singkat dan padat, “Malam kemarin gue nolongin seorang cewek yang di kejar-kejar preman, dan dia bernama Deva, lo kenal?”

Hening tak ada jawaban dari Deva, “Gue nolingin dia, dan dia bilang dia pembantu, apa iya?” masih tidak ada jawaban, ‘Sabar Aksa,’ batinya.

“Dan dia juga bilang dia pembantu lo? Dan apa dia ada masalah sama lo, sampai lo nyuruh preman itu buat celakain!” Aksa melirik Dafa yang berubah ekspresinya, “Lo tenang, Defa gak tau soal kalau dia suruhan lo!”

Lima orang yang berada di markas hanya diam, sedang orang-orang lain sedang ada di luar markas, “Lo ada dendam sendiri?”

“Lo bilang apa sih, gak jelas!” sentak Dafa yang membuat Aksa menghela napas dengan sikap Dafa.

“Gue pulang!” ketus Dafa bangkit dari duduknya, Aksa hanya acuh, “Kenapa cepat banget bos?” tanya salah satu dari mereka yang berambut pirang.
“Biasanya juga disini lama,” sahut yang lain.

“Kadang sampai menginap juga.”
Dafa hanya acuh tak menjawab dan langsung menuju pintu keluar. Tiga orang yang sedang memegang gitar dan HP nya pun menoleh, “Ko pulang bos?” tanyanya. “Gak nginap,” lanjutnya.

“Gak!” ketusnya langsung menuju mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia tak menghiraukan pengendara lain yang marah-marah, “Sial,” umpatnya.

Ting

Satu pesan masuk, nanun nomor tak di kenal.

081***(“Gue bakal bikin lo sama Deva berpisah!) Dafa tersenyum miring, “Ini pasti Adit,” tebak Dafa.

**
Deva sedang berada di meja makan menunggu Dafa pulang, ia sudah menyiapkan kesukaan makanan Dafa yaitu kentang balado. Ia tau itu dari mertuanya, tadi saat sebelum ia masak ia menelepon untuk menanyakan kesukaan Dafa yang ternyata kentang balado.

Bicara tenang balado iya jadi mengingat seseorang yang suka dengan Bau-Bau balado, setiap makanan pasti harus di balado, seperti telur balado ikan balado, entahlah jika orang tuanya memasak pasti ada bagian yang di balado.

“Aslan, apa lo ingat sama sahabatmu ini?” tanyanya pada diri sendiri.

“Kenapa lo sering pergi-pergian terus sih, dulu saat gue masih kelas tiga SD, dan bertemu waktu kita SMP kelas satu, tapi lo pergi lagi waktu kelas dua.”

“Apa lo itu sebenarnya gak mau bersahabat dan dekat sama gue! Sehingga lo pergi-pergi untuk hindarin gue!”

Deva menghela napas membuang pikiran negatif tentang  sahabatnya, sahabatnya tidak mungkin seperti itu, ia tahu betul jika sahabatnya itu menyagangi dirinya.

“Dafa mana ya? Kok belum pulang!”
“Terus ... Bunda sama Ayah kok belum sampai, katanya kemungkinan setelah Magrib sampai, tap ... ini udah isya belum sampai,” gumamnya

Ceklek!

Suara pintu terbuka, dan tak lama terlihat Dafa yang datang membuat Deva tersenyum, “Daf, kamu sudah pulang? Aku masakin kentang balado kesukaan kamu loh,” ucapannya. Dafa hanya diam terus melangkah, “Daf, makan dulu ya. Aku tau pasti kamu belum makan,” ucap Deva mencekal tangan Dafa.

Dafa memandang tangan yang dicekal oleh Deva, “Lepas!” gertaknya.

“Tap--,” perkataannya terpotong kala Dafa kembali membentak, “Lo tuli! Gue bilang lepas!” Deva menangguk dan melepaskannya, “Makan dulu ya, nanti kamu sakit,” pintanya.

“Aku gak mau kamu sakit,” lanjutnya dengan lirih, Dafa hanya memutar bola matanya malas dan berjalan menuju meja makan membuat Deva tersenyum. Deva pun mengikuti Dafa dari belakang.

“Biar aku yang ambil,” ucap Deva mengambilkan nasi pada Dafa, “Lauknya mau apa?” tanya Deva

“Kentang balado sama Ayam goreng,” jawabnya membuat Deva mengangguk dan mengambilkan lauk untuk Dafa dengan senyum kecil.

Setelah selesai menyiapkan untuk Dafa ia pun mengambil makanan untuk sendiri.

“Makanannya enak juga,” batin Dafa
“Daf, boleh nanya?” Deva

menghilangkan keheningan di meja makan, “Apa?” tanya Dafa membuat Deva tersenyum kecil, “Em ... Bunda sama Ayah ko belum sampai?”

“Lagi cari rumah,” singkatnya membuat Deva bingung. Cari rumah? Membuat tak paham, “Maksudnya?”

“Cari rumah buat tinggal gue sama lo! Lo mau tergantung terus sama orang tua gue! Dan tinggal sama mereka terus!”

“Kenapa harus cari? Kenapa kita gak tinggal di rumah peninggalan orang tua gue?”

“Em ... kan rumahnya gak ada yang tinggalin,  paling bibi sama pak mamat penjaga rumah.”

“Jadi ... kita tinggal dirumah aku dulu aja,” usulnya.

“Nanti gue bilang,” ketus Dafa dan memakan kembali makanannya.

Ting

Satu pesan nomor yang bertulisan ‘Tak kenal’

TAK KENAL (Jika kau merasa lelah jangan anggap kamu sendiri, karena aku akan ada buat kamu)

Deva membaca dengan wajah bingung membuat Dafa penasaran, namun Deva sama sekali tidak membalas dan menaruh kembali di meja dan melanjutkan Makan.

“Chat dari siapa,” batinya.

Lagi-lagi pesan masuk kedalah Hanpone Deva

Tak Kenal (Aku akan selalu menjagamu dari jauh)

“Berisik tau!” bentak Dafa yang membuat Deva terlonjak kaget, “Maaf.”

Terdengar suara bel dari luar membuat Deva berdiri untuk melihat siapa yang datang malam-malam, sedangkan Dafa masih sibuk dengan makanannya, melihat Deva sudah tak terlihat Dafa mengambil Hanpone Deva melihat siapa yang mengirim pesan.

Entah tiba-tiba tangannya mengepal, rahangnya mengeras melihat isi pesan itu, “Sial!” umpat Dafa.

Janan lupa beri vote and commentnya yaaa

11 juni 2021

Marriage Hurdle(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang