10 Lo gak perlu terima kasih

254 24 0
                                    

“Gue antar lo pulang ya. Gue gak mau lo sakit.”

Gara terus membujuk Deva agar mau pulang, ia tak mau jika Deva nanti sakit. Namun, Deva  Kekuh tidak mau pulang, mengingat kemarin tidak masuk, ia tidak mau tertinggal pelajaran.

“Lo gak usah khawatir, gue gak akan kenapa-kenapa kok.

Gara menghela napas “Ya udah! Gue antar lo kelas, bentar lagi masuk.”

Deva menatap Gara “Gak usah! Gue bisa sendiri kok, lagian lo sama gue kan gak satu kelas.”

“Ya udah, tapi nanti istirahat gue jemput lo.”

“Gak us---.”

“Gue gak suka di bantah!” 

Setelah itu langsung meninggalkan Deva yang mematung. “Kok maksa ya,” gumamnya.

**
Gara tersenyum dalam kelasnya, ia tak menyangka bisa satu sekolah dengan Deva. Yang ia awal ingin bikin rusuh ia urungkan, ia tak mau nanti di keluarkan, saat ini akan menjadi murid rajin, karena seseorang yang membuatnya semangat.

“Gue gak akan bikin rusuh!”
Deva yang sudah berada di kelas seperti biasanya membuka buku diary  sambil menunggu guru masuk

   Bila memang takdirku seperti ini            
     aku hanya bisa diam dan ikhlas.
     Aku hanya menunggu sebuah   
     keajaiban yang akan datang.

     Dari lubuk hatiku aku sudah 
     mencintaimu Dafandra Arga  
      Wijaya.
    Di saat Dimana kata sah telah   
       terdengar di situ aku telah  
         mencintaimu.

   Tetesan air mata kebahagiaan dan  
    kesedihan.
   Entah aku tak bisa menggambarkan  
    itu semua, aku hanya ingin kamu  
    bisa membuka hati dengan 
     perlahan. Dan menerima semua 
       yang telah dijalani.
Deva Dinata Kena.

Deva menyimpan buku diary ke dalam tas nya, hingga tak lama kemudian guru telah memasuki kelas.  
**
“Sepupu lo ko dari senyum-senyum gak jelas si,” bisik Ali pada Dafa.
Dafa hanya acuh dan memperhatikan gerak-gerik Gara ‘Aneh’ satu kata dalam pikiran Dafa.

Semenjak Gara bertemu dengan Deva iya jadi senyum-senyum, seperti bukan Gara yang ia kenal. 

Jangan di tanya, para kaum hawa terpana akan senyuman Gara, mereka juga ingin melihat senyaman Dafa, tapi bukan senyuman misteri bukan senyuman yang membuat orang takut.

Dua kali melihat Dafa tertawa, namun sayangnya tawa itu sebuah tawa yang mereka takutkan dengan  melihat orang yang tak di suka tersiksa.

Mereka ingin melihat senyuman Dafa yang tulus, tawa yang tulus bukan tawa dan senyum mengerikan yang mereka rasakan. Namun saat ini senyuman Gara adalah sebuah senyaman kebahagiaan, membuat berapa siswi memotret diam-diam.

“Pasti ada sesuatu yang membuat Gara seperti itu,” gumam Dafa terus memperhatikan Gara.

Kadang memang melihat orang yang kita ingin temui dan ingin kita kenal lebih sekat dan semua itu sudah terwujud itu akan membuat bahagia, apa lagi jika kita bisa memilikinya dan menjadi alasan kebahagiaan itu akan membuat kita lebih bahagia. Tapi pertanyaannya, apakah bisa memilikinya?

Jika bisa bagaimana caranya? Apa yang harus dilakukan?
Pertanyaan itu akan teriang di dalam pikirannya.

Sesuai janji Gara ia sekarang sudah menunggu di depan pintu kelas Deva, Deva yang masih sibuk dengan bukunya sedang mencatat sesuatu sama sekali tidak tahu tentang kehadiran Gara. Gara yang melihat Deva masih sibuk mencatat langsung menghampiri Deva yang kebetulan duduk sendiri, karena Rani sahabat semenjak masuk SMA masih belum masuk.

Marriage Hurdle(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang