12 Sandaran?

231 23 0
                                    

Seorang istri harus bisa bersabar dalam melakukan suatu hal, seorang istri harus patuh kepada suaminya, namun ... apa yang harus di lakukan Deva?

Tangisan yang selalu menemani di setiap harinya, senyuman palsu yang terus di umbar untuk menutup sebuah luka di hatinya.

“Daf, sebanyak luka yang kau berikan takan membuat aku menyerah!”
Bodoh! Mungkin yang ada dalam pikiran semua orang.

Mempertahankan, memperjuangkan orang yang tak sepantasnya untuk di perjuangkan. Namun ... tekad Deva besar ingin memperjuangkan Dafa yang sekarang adalah suaminya yang harus di perjungkan. 

Mungkin ini yang dinamakan cinta! Bukankah pernah ada yang bilang cinta itu buta! Cinta itu bisa membuat orang bodoh! Seperti Deva yang masih mau memperjuangkan.

Tapi memang seharusnya seperti itu memperjuangkan orang yang sestatusnya sebagai suaminya.

“Karena aku sebagai istri akan memperjuangkan pernikahan ini!”
Namun bukan hanya istri, suami pun harus memperjuangkan rumah tangganya agar menjadi rumah tangga yang harmonis.

Namun pertanyaannya adalah sampai mana Deva bertahan, seberapa jauh akan berjuang? Seberapa kuat untuk bertahan?

Melihat sikap Dafa, melihat perlakuan Dafa? Apakah Deva sanggup?

“Ya ‘Allah bantu hamba yang lemah ini.”

Deva mengusap air matanya yang sudah basah “Hamba hanya orang yang tak bisa apa-apa.”
Betapa kejamnya Dafa selalu memikirkan cara membuat Deva menderita! Ia sama sekali tidak menginginkan Deva bahagia.
Sekarang! Dafa sedang menyusun rencana untuk membuat Deva menderita! Kalian pasti merasakan betapa sakit yang di rasakan Deva! Semenjak kepergian orang tuanya ia menjadi lemah di tambah dengan keadaan yang berstatus suami!     

**
“Kamu Dimana Ken, aku rindu.”
Aska dia adalah Aksa setiap hari selalu mencari tau namun ia belum juga menemukannya. ‘Apa kamu masih kenal aku.” 

“Aku Cuma punya satu foto ini, Dimana kita mengikuti Olimpiade Matematika dulu.”

Ya, foto itu adalah foto saat mereka berhasil memperoleh nomor saat mengikuti Olimpiade.

“Semoga kita di pertemukan lagi.”

“Tau gak Ken, Bunda Sama Ayah juga kangen loh sama kamu, mereka kangen kemanjaan kamu.”

Aksa mengusap fotonya yang tak terlihat wahahnya.

“Selamat malam Ken,” gumamnya.
Aksa menaruh fotonya di dadanya sambil memejamkan matanya. Ia terus berharap bisa bertemu kembali.

**
Kenapa di jaman sekarang kebanyakan memandang status? Memandang derajat? Memandang kaya dan miskin? Kenapa? Bukankah kita sama di mata Allah tidak tapi kenapa di jaman sekarang selalu memandang derajat? Dia anak siapa? Dia keturunan dari siapa? Dan masih banyak yang lain.

Gimana rasanya di bedakan?   Apa harus kaya dulu biar di hargai? Apakah harus menjadi anak penjabat? Apa harus seperti itu agar di hargai?

Miris sekali rasanya. Rasanya ingin menghilang dari dunia ini! Menghilang dari orang-orang munafik! Munafik baik di depan busuk di belakang!

Betapa malangnya hidup ini  “Aku ingin menghilang dari dunia ini!”
“Aku ingin pergi jauh dan tak ingin kembali!”

Deva sungguh tak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa menyendiri. Ia ingin melupakan semua tapi kepada siapa? Semua orang tidak menyukainya semua orang menjauhi semua orang menganggap sampah! Benalu menyusahkan! Sungguh rasanya ingin berteriak sekencang mungkin untuk menghilangkan rasa yang ada di hatinya.

“Tuhan ... kenapa kau lahirkan aku di dunia ini jika hidupku tak tau arah!”

“Tuhan kenapa kau hadirkan aku di dunia ini jika hanya menjadi beban?!

“Tuhan ... aku lelah, aku capek aku tak sanggup menjalani semua ini!”
Sungguh rasanya saat ini sedang berada di titik paling bawah, namun selalu mencoba bersabar untuk menerima semua; namun ... sampai kapan?

“Jika aku boleh meninta permintaan. Jauhkan aku dari orang yang hanya menganggapku sebelah mata!”

“Jauhkan aku dari orang yang sungguh membuatku berada di titik paling bawah!”

Tangisan Deva benar-benar tak bisa di tahan terus mengalir. Apakah air mata ini tak akan habis?

Ingin mengadu? Tapi ... kepada siapa? Orang tua? Oh! Tidak mungkin sangat-sangat tidak mungkin!

“Mungkin orang yang tak suka dengakku sedang tertawa!”

**
Tak habis sebuah kebahagiaan Dafa melihat penderitaan Deva. Miris sekali rasanya jika ada diposisinya akan seperti apa?

“Deva siap-siap besok!”

“Karena besok gue masih bebas sebelum orang tua gue pulang!”
Apa yang akan di lakukan Dafa? Apa Deva akan sanggup? Menerima penderitaan dari Dafa?

Otaknya selalu memikirkan cara membuat Deva menderita dan menderita!    

Apakah tidak mempunyai hati? Apakah hatinya itu terbuat dari batu? Atau terbuat dari apa?
Rasanya jika semua orang seperti itu akan jadi apa? Dunia ini?
Andaikan saja semua orang tak memandang jabatan! Andaikan semua orang melakukan sesuatu dengan sama tak membeda-bedakan mungkin dunia ini akan tenteram. Namun mustahil jika semua orang seperti itu tidak membedakan Tampa memandang derajat!  

Benar kata orang! Uang itu segalanya. Ada uang ada teman. Namun hahaha rasanya ingin tertawa.

“Uang gue cukup buat bayar orang,” gumamnya.

Kalian tau! Kita seakan menjadi budak. Kita menjadi budak karena uang! Karena uang kita mau melakukan apa saja dari yang biasa dan melakukan di luar dugaan.
“Siap-siap Deva!”

Dafa tersenyum miring, jika kita bisa melihat mungkin akan takut “penderitaan lo akan terus berlanjut!”

Suaranya begitu menakutkan, jika kita bisa mendengarkan.
**
“Deva, gue tau lo itu pasti sangat membutuhkan orang buat sandaran.”

“Dan bahu aku akan menjadi sandaran buat lo, hanya buat lo!”
Gara! Dia adalah Gara, Gara ingin menjadi sandaran buat Deva, dia ingin menjadi pendengar terbaik untuk Deva. Tapi ... apakah Deva mempercayainya?   Apakah Deva akan mau jika dirinya menjadi sandaran?

Gara sepeti bisa merasakan apa yang Deva rasakan!
Jika Deva tidak percaya dia akan berusaha membuat Deva percaya walau mungkin sulut, tapi Gara sedikit bahagia karena sudah mengetahui sedikit hidup Deva yang tak mempunyai orang tua.

Tapi ... bagaimana jika tau Deva sudah menikah? Mungkin Gara akan menjadi orang pertama yang terpukul.

Kebahagiaan adalah melihat orang yang kita sayang melihat orang yang berarti buat kita bahagia itu sudah cukup walau kita terbilang tidak sedang baik-baik saja tapi akan mencoba tetap baik-baik saja.

Jangan lupa tinggalkan jejak untuk vote and comment ya

Marriage Hurdle(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang