22

281 22 1
                                    


Aku terlalu bodo! Atau karena aku terlalu mencintainya?
Hatiku rasanya begitu sakit, entah kapan air mata ini akan habis, bahkan air mata ini terus saja keluar di setiap malammu, namun mengapa air mata ini selalu saja keluar! Terkadang menangisi seseorang yang sama sekali tidak perduli! Apakah aku terlalu bodoh? Apakah mempertahankan sebuah pernikahan ini bodoh! Mencintai namun tak di cintai. Rasanya begitu sakit, sangat sakit.

                                  Deva Dinata Kena.
   
Seperti biasa Deva mengungkapkan isi hatinya di buku hariannya, untuk sedikit menghilangkan rasa yang menganjal. Ingin rasanya berteriak sekencang mungkin, namun itu tidak mungkin ia lakukan di tempat ini.
“Kenapa Gue sama sekali gak bisa membenci lo Daf!”

Kembali seperti awal menjadi ‘Lo Gue’ bukan ‘Aku Kamu’ Deva menatap dirinya di cermin, “Apa gue gak pantas untuk bahagia?”

Deva sungguh sangat terpukul, ia ingin sekali membagi beban ini, walau sekedar menjadi teman curhat, namun kepada siap? Rani? Tidak Rani sudah terlalu baik dan sering membantunya namun kepada siapa? Tuhan ... tolong kirimkan seseorang yang bisa membuat sandaran sungguh ia tak sanggup jika harus menjalankan seorang diri.

Ke tidak ada orang tuanya pun sudah membuat terpukul, seharusnya saat-saat seperti itu Dafa yang menjadi sandaran dan pendengar baik, namun nyatanya tidak! Tidak sama sekali.

**
Dafa sedang asyik dengan game Online nya. Ia sama sekali tidak merasa bersalah, atau sekedar mengucapkan kata ‘Maaf’ namun menurut Dafa kata ‘Maaf’ tak akan terucap walaupun dirinya salah. Ia sekali-kali tertawa tampa tahu perasaan Deva yang sedang menangis.

Mangkinkah Dafa tak punya hati? Mangkinkah hati Dafa terbuat dari batu? Namun sekeras apapun batu lama-lama akan hancur juga jika terus terkena tetasan air.

Apakah hati Dafa juga seperti itu? Namun bukan hancur melainkan akan luluh dengan Deva?
Pernah dengar ‘Jadilah seperti air?’ yang mengalir?      
Hidup seperti air mengalir, dari hulu ke hilir. Kadang yang dilewatinya datar, kadang curam, kadang berbatu agar sampai ke tempat tenang. 

Biarkan kehidupan mengalir secara alami sesuai dengan realitas karena melawan kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginan hanya akan membawa kesedihan, meski banyak hambatan berusaha menahan laju air mengalir, ia akan tetap mengalir meski mencari celah terkecil.

Diibaratkan dengan hidup manusia yang terus berusaha mencari jalan keluar saat menghadapi rintangan. Namun ... kita juga jangan terlalu sepeti Air! Kenapa? Karena  kita harus berusahalah menjadi lebih baik, di sisa waktu yang ada, karena hidup terlalu mahal jika dibiarkan seperti air mengalir Tampa sebuah tujuan.

“Pasti dia sedang menangis gara-gara foto itu gue sobek!”

Dafa menaruh Hp nya di samping dan mengingat saat ia mengambil foto di kamar Deva.
**
Dafa sedang mencari sesuatu di kamar Deva, ia mencari di setiap laci-laci dan lemari, dan saat mencari dia melihat di atas meja bajar ada sesuatu, yang ternyata sebuah foto. Dafa tersenyum miring melihat foto itu, “Foto jelek dan udah gak jelas masih di simpan!”

Dafa pun keluar dari kamar Deva sambil menyobek-nyobek foto milik Dafa yang menggunakan seragam SMP, “Setelah ini pasti akan nangis!”
“Lo akan menderita sama gue Deva!” tekan Dafa sambil menuju ruang Tv tak lupa membawa sobekan fotonya.
**

“Setelah itu apa lagi ya.”

Dafa sedang mencari ide lagi untuk membuat menderita Deva, “Gue harus secepatnya cari ide!”

Dafa melihat jam yang menunjukkan pukul sepuluh malam, tak terasa dan Dafa pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur, untuk membuat Deva tersiksa biar besok ia pikirkan.
Disisi lain Deva pun sudah tertidur dan ada air mata di pipinya, mungkin Deva menangis sampai ia tertidur, kalian pasti merasakan menangis satu-satunya cara yang mudah mengutarakan isi hati.

Hati seorang wanita itu lembut, lemah. Kadang sedikit di bentak saja langsung menangis, lalu bagaimana dengan Deva? Yang mungkin merasakan semuanya. Hatinya rapuh, hatinya terpuruk, namun Deva hanya diam! Tidak bisa apa-apa, mengingat kebaikan orang tua Dafa dan mimpi dari orang tuanya untuk mempertahankan dan sabar untuk menaklukkan hati Dafa.

Deva bukan perempuan yang tidak mempunyai hati! Deva orang yang mungkin bisa di bilang tidak enakkan, walau kebaikan sedikit saja ia akan selalu ingat dan suatu hari nanti akan membalas kebaikannya jika ia bisa dan memang memerlukan bantuan. Bukan hanya kepada orang tang sudah menolong Deva, melainkan semua orang yang membutuhkan bantuan, jika Deva bisa membatu pasti akan membantu, mengingat dirinya jika tidak ada bantuan dan tak ada yang membantu itu sangat sulit dan menyakitkan.
**

“Dev, gue rasa Gara itu berduli banget ya sama lo!”

Sekarang mereka sedang berada di kelas, ia sedang menunggu guru yang mengajar, sedari tadi Rani sahabat Deva menanyakan soal Gara. Rani mengingat saat kejadian di kantin, itu membuktikan bahwa Gara perduli dengan Deva sahabatnya, “Apa mungkin Gara suka sama lo?” tebak Rani yang membuat Deva terkekeh, “Jangan mengada-ngada Ran!”

Rani mendengkus, “Kan siapa tau aja! Kalau ia nih, lo tinggalin Dafa dan lo sama Gara aja,” usul Rani yang membuat Deva menggeleng dan menatap Rani. “Ran, hubungan gue sama Dafa bukan main-main! Kita itu terikat dengan sebuah janji suci!” Dafa sedikit menghela napas lalu melanjutkan kembali, “Gue dan Dafa bukan sepasang pada umumnya yang sekedar pacaran! Kita sudah sah di mata Allah! Tak sepantasnya gue langsung pergi dari kehidupan Dafa, apa lagi lo bilang Gara suka sama Gue!”

Rani hanya mendengarkan sahabatnya! Ia tahu, namun siap Dafa yang jahat pada Deva yang membuat dirinya ingin memisahkan Dafa dan Deva dengan cara apa pun, “Lo akan merasakan jika lo mengalaminya!” Rani menatap Deva yang tersenyum, namun itu membuat sakit hatinya.
“Jika nanti lo memiliki pasangan yang sudah mengikat dengan janji suci, ada cowok mana pun yang menurut orang baik tapi menurut lo tetap suami lo yang lebih baik.”      

“Gimana lo bisa berpikir seperti itu?” 

“Gue hanya berpikir positif aja, gue dan Dafa di satukan dengan sebuah ikatan suci, Dimana salah satu dari mereka terlebih dahulu mengalah untuk bisa mempertahankan, jika pasangan kita menjadi api kita jangan ikut menjadi api, kita harus menjadi air yang memadamkan api.”

“Kita harus yakin, apa yang kita lakukan akan menjadi sesuatu yang baik.”

“Jika nanti lo merasakan gue pastiin, lo gak akan menjelekkan suami lo di depan orang, lo pasti menutupi keburukan itu, walau suami lo berlaku tak baik sama lo!” 

“Ketika berbicara tentang pernikahan, Allah mengatakan bahwa pasanganmu ibarat pakaian untukmu. Sebuah pakaian bisa jadi pas atau kurang pas. Tapi bagaimanapun juga, pakaian akan menutupi, melindungi dan mempercantik ke tidak sempurnaan,” jelas Deva. “Seandainya kita yang di jelek-jelekin?”  tanya Rani, Deva tersenyum, “Kita ingat Allah tak pernah tidur.

Jangan lupa vote and comment yaaaa

21 mei 2021

Marriage Hurdle(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang