Deva sedang sibuk dengan peralatan dapur, ia sedang masak untuk makan siang. Bukan makan siang kali, karena sekarang sudah jam dua lebih, karena pulang sekolah tadi jam satu dan Deva sampai di jam dua kurang dan Deva langsung menyiapkan makanan setelah menaruh tas dan mengganti pakaian.
Deva teringat saat di kantin tadi, saat dirinya berada di kantin bersama Gara
🍁🍁
Gara menatap serius Deva “Nanti malam ada waktu gak?”“Memangnya kenapa?” bukanya menjawab Deva malah balik bertanya.
“Gue ... mau ajak lo makan di rumah gue.”
“Hah!” pekik Deva.
“Kenapa?” tanya Gara tang dapat gelengan Deva.
“Ada acara gak?”
“Em ... maaf ya Gar, kayaknya gak bisa deh,” lirihnya.
Terlihat jelas kekecewaan Gara. “Maaf.”
Hening.
“Gara,” panggil Deva namun tak ada sahutan.
Deva memejamkan matanya sebentar dan. “Mungkin lain kali bisa.”
Senyuman terukir di wajah Gara “Bener?” Deva hanya mengangguk.
🍁🍁
“Kenapa Gue harus bicara gitu ya,” gumamnya.“Lo harus ingat Dev! Lo udah punya suami!”
“Tapi ... melihat kecewa dan sedih Gara gak tega.”
Sungguh, Deva sekarang benar-benar bingung. Apa yang harus di lakukan jika Gara menanyakan soal kapan makan bersama di rumahnya. Deva menggeleng, biar nanti ia pikirkan.
**
“Mau pakai lauk apa,” tanya Deva kepada Dafa karena sekarang mereka sedang berada di meja makan. “Biar aku ambilin ya,” lanjutnya.Dafa hanya diam. Deva pun mengambilkan nasi ke piring Dafa.
“Lauk nya pakai apa?”“Apa aja!” ketus Dafa.
Deva mengambilkan lauk ayam dan telur. Deva tersenyum karena Dafa mau jika dirinya menyiapkan makanan ke piringnya.
“Ada lagi gak?"
“Gak!” singkat Dafa.
Deva mengangguk dan menyiapkan untuk dirinya. Sekali ia melirik Dafa.
Jadikanlah dirimu sebagai pribadi yang teguh dan kuat, dan manfaatkan sebuah peluang yang kecil sebagai jalan untuk kamu menuju sebuah kebahagiaan.Karena jalan menuju kebahagiaan yang sempurna adalah dengan kesabaran dan keikhlasan.
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, apa yang kamu inginkan pasti bisa kamu dapatkan, asal sabar, usaha, dan ikhlas dalam doa.
Menjadi sabar dan ikhlas memang tak mudah, tapi itu harus. Belajarlah untuk menerima arti kehilangan dan penantian, tetaplah tersenyum ketika sedang sedih dan memaafkan ketika dikecewakan, karena Allah menyukai orang mampu bersabar ketika menghadapi cobaan.
“Ya ‘Allah beri aku hati yang kuat untuk bisa bersabar,” batin Deva yang sedari tadi masih melirik Dafa, sedangkan Dafa? Ia hanya fokus dengan makanannya.
“Jangan sampai malam nanti gagal,” batin Dafa sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
Oh, ternyata diamnya Dafa sedang berharap rencana yang dirinya buat berhasil.
**
Deva sedang berada di taman belakang, ia sedang meratapi hidupnya, mengapa ia seperti ini? Apa yang dirinya harapkan tak sesuai yang ia inginkan. Tapi kita harus percaya rencana Allah lebih indah jika kita kau bersabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Hurdle(On Going)
Teen FictionMenikah di usia muda itu tidaklah mudah, apa lagi menikah atas kemauan orang tua tak di dasari cinta yang hanya membuat luka di hatinya. Rintangan pernikahan yang akan terus ia terima, masalah-masalah yang terus datang, musuh yang tak terduga. Kese...