“Makasih yah udah ajak gue jalan,” kata Deva yang sudah turun dari mobil Gara dengan mengendong Alex.
“Gue antar sampai rumah ya.”
“Gak usah, lagian udah dekat kok.”
“Tapi ... ini udah malam, dan lo juga bawa Alex.”
“Gak papa, sekali lagi terima kasih.”
Setelah itu langsung meninggalkan Gara yang masih berdiri di samping mobilnya menatap Deva yang mulai menjauh.“Semoga kita bisa bersatu.”
Setelah itu Gara memasuki kendaraan beroda empatnya.
Di sisi lain Deva keluar dari sembunyinya, ia sengaja mengarah ke arah yang bukan jalan rumahnya agar Gara tak tau dan tak mengikutinya, Deva berjalan menuju Dimana ia turun dan memasuki pertigaan menuju rumahnya.
Deva memasuki rumahnya, dan saat sudah berada di dalam melihat Dafa yang sedang berada di ruang TV. “Bawa anak siapa lo?!
“Aku tadi lihat di pasar malam sendirian, dan ada surat yang meminta untuk merawat anaknya.”
“Maulai sekarang akan tinggal di sini, aku udah anggap anak aku sendiri.”
“Aku gak akan merepotkan kamu kok,” dengan cepat Deva melanjut perkataannya ketika Dafa hendak membuka suara.
“Aku gak tega jika aku gak membawanya.”
“Terserah!” ketus Dafa.
Deva membawa Alex ke kamarnya, ia pun dengan pelan menaruh Alex ke tempat tidur dengan susah payah karena ia membawa boneka juga saat dapat dari pasar malam tadi. Deva menaruh boneka di kasurnya dan memandang Alex yang tertidur. “Aku akan menjaga kamu seperti anak aku sendiri.”
Deva mengelus rambut Alex. “Aku gak akan biarkan kamu kehilangan kasih sayang.”
Setelah itu Deva ikut membaringkan tubuhnya di samping Alex.
**
“Bunda-bunda,” panggil Alex.
Saat ini mereka sedang berada di meja makan, Dafa di buat tercengang atas panggilan Alex pada Deva. “Kenapa Sayang?”“Bunda mau sekolah? Terus Alex sama siapa?”
Deva tersenyum sambil mengelus rambut Alex. “Alex sama bibi ya.”
“Bunda, Alex juga mau sekolah.”
“Alex mau sekolah?” tanyanya yang di angguki Alex. “Besok kita daftar ya,” katanya membuat Alex girang.
Sedari tadi Alex hanya diam dan memakan makanan tampa membuka suara. “Bunda, itu siapa?”
Deva terdiam, ia harus jawab apa? Deva sangat bingung. “Alex mau lagi?” tanya Deva mengalihkan pembicaraan, untung saja Alex mengiyakan dan Alex pun tak menanyakan kembali dan Deva mengambilkan ayam goreng untuk Alex.
Setelah selesai makan Deva bersiap untuk berangkat dengan mengendarai motor barunya.
Sebelum benar-benar pergi menasihati Alex. “Alex, bunda minta Alex jangan bandel ya sama bibi.”
“Siap Bunda!” Deva terkekeh mendengarnya. Ia merasa hidupnya sedikit berwarna dengan kedatangan Alex. “Pintar anak Bunda.”Bahagia memang tidak dapat diukur dengan apa pun, karena setiap orang memiliki ukurannya sendiri dalam urusan kebahagiaan, bahkan hanya dengan hal kecil pun akan membuat kita bahagia
Dengan berbahagia dari apa pun yang kamu miliki saat ini, dapat menandakan kamu telah bersyukur dengan kehidupanmu.Mungkin banyak orang di luar sana yang menganggap bahwa mencari kebahagiaan adalah suatu hal yang sulit, sehingga banyak dari mereka yang mengalami kehidupan yang membuat kita stres bahan depresi
Hal yang perlu selalu kita pahami adalah selalu bersyukur kepada Tuhan dengan apa yang kita miliki. Dengan begitu, kebahagiaan akan mudah didapat.“Bunda berangkat dulu ya, ingat! Kamu jangan bandel nurut sama bibi ya.”
Alex mengangguk. “Iya Bunda, Alex pasti nurut,” jawabnya membuat Deva tersenyum.
Jangan jadi pembaca gelap kasih vote dan comment jika lanjut lagi. Tergantung para pembaca, kadang mood gak ada buat nulis+mikir karena pembaca gak ada
21 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Hurdle(On Going)
Teen FictionMenikah di usia muda itu tidaklah mudah, apa lagi menikah atas kemauan orang tua tak di dasari cinta yang hanya membuat luka di hatinya. Rintangan pernikahan yang akan terus ia terima, masalah-masalah yang terus datang, musuh yang tak terduga. Kese...