Ketika kebahagiaan mengalihkan suatu hal yang menyakitkan.
- Himawari -
.
.Setelah sekolah berakhir sampai dengan saat ini, ketiga gadis dengan masih mengenakan seragam sekolah sedang asik di sebuah café. Mengobrol ria sambil sesekali tertawa hingga langit berganti menjadi gelap. Ketika para gadis sudah bercengkrama dan mengobrol memang akan memakan banyak waktu terbuang untuk mereka.
"Udah udah capek ketawa mulu, sakit perut gue." Ujar salah satu dari mereka yang bernama Bella.
Bella, Alea dan Meira sedang membicarakan salah satu guru mereka yang selalu membuat siswa siswi lainya tertawa dengan tingkah yang diperbuat. Guru itu aneh kalau kata mereka.
"Yaudah pulang yuk udah malem nih, buset gue gak nyadar kalau udah gelap." Kata Meira sambil melihat keadaan luar yang sudah gelap.
Lalu mereka bertiga berlalu pergi meninggalkan café untuk pulang.
"Le, lo gak minta bang Alan jemput lo?" tanya Bella.
Alea menggeleng. "Nggak."
"Masih marahan ya sama abang lo?" Ganti Meira yang bertanya.
Alea diam, tidak menjawab. Sebenarnya Alea sudah tidak marah lagi dengan abangnya dari kemarin. Tetapi karena sikap abangnya itu yang sedikit berubah sekarang membuat Alea jadi malas untuk berdamai lagi. Alan jarang pulang ke rumah, sudah jarang menghubungi Alea walaupun sekedar memberi pesan. Jika kedua orang tua mereka tau kalau Alan tidak menjaga Alea dengan baik, pasti orang tua mereka akan lebih marah lagi.
"Le, mungkin bang Alan memang lagi sibuk dengan kuliahnya. Lo harus lebih mengerti lagi dengan dia." Ucap Bella sambil merangkul lengan Alea. "Atau kita tukeran peran aja, Le. Biar gue yang jadi adeknya bang Alan."
Alea langsung menoleh dengan tampang tidak biasa. "Yee maunya lo."
Sedangkan Bella hanya nyengir lebar.
"Eh guys." Meira yang sedari tadi berjalan dengan focus ke depan, memberhentikan langkah kedua temannya.
"Ada apa tu?" tanya Meira yang masih focus ke depan.
"Apa'an?" tanya Bella dan Alea barengan sambil menoleh.
"Kayaknya lagi ada balapan. Lihat yuk."
Meira menarik kedua temannya untuk mendekati kerumunan di depannya. Banyak orang-orang yang sedang berkumpul di pinggiran jalan. Dari jauh terlihat juga berbagai motor besar sedang berjejer di sana.
Alea menghentikan langkahnya. Matanya tidak berkedip sama sekali. Bahkan kedua temannya tidak ada yang sadar jika Alea tertinggal sendiri dengan tatapan kosong.
Tiba-tiba tubuhnya terasa lemas, bergetar dengan keringat dingin menetes di pelipis. Pandangannya kosong, wajahnya sangat pucat. Ingin sekali dirinya menangis histeris, tapi kenapa? Apa yang salah dengannya?
Bella yang menyadari jika Alea berdiri jauh dari mereka segera mendekat dan menarik lagi temannya itu.
"Ngapain lo masih disini. Ayo mendekat, kayaknya ada Scorpion deh ikut balapan."
Alea hanya bisa menurut saat tangannya ditarik oleh Bella. Padahal sebenarnya tubuhnya enggan untuk ikut, tapi karena otaknya menangkap kata Scorpion yang berarti ada seorang Zacky diantaranya, langsung mengikuti langkah Bella.
Tiba mereka di barisan paling depan untuk bisa melihat lebih jelas balapan tersebut. Sorakan dari penonton membuat suasana menjadi meriah. Apalagi teriakan kaum hawa yang menyanjung setiap jagoan mereka. Dasar fans.
Namun berbeda dengan Alea. Gadis itu makin mematung di tempat. Tiba-tiba sebuah ingatan langsung menguasai pikirannya.
"Le, Zacky yang ikut balapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Virgo VS Scorpio [Hiatus]
Roman pour AdolescentsApa jadinya jika si misterius Scorpio di takdirkan dengan si Perfectionis Virgo. Apa dunia yang mereka bangun bisa bertahan atau malah hancur berantakan? Selamat membaca•••