Chapter 32. Bola Basket

49 6 0
                                    

Sudah tiga hari ini setiap pulang sekolah Alea tidak langsung pulang ke rumah. Bukan karena ada kelas tambahan untuk lomba sains tetapi karena hal lain. Dan terlihat sekarang ia sedang serius di tengah lapangan basket indoor. Ia sengaja memilih lapangan basket dalam agar tidak ada yang tau jika ia sedang berlatih.

Helaan nafas berat terdengar. Lalu pantulan bola yang keras terdengar nyaring di seluruh penjuru ruangan.

“Nyerah?” tanya seorang gadis yang sedang menyesap susu strawberry.

“Nggak akan.” Jawab Alea yakin. Lalu mengambil bola basket yang tadi menggelinding.

“Ini udah sore. Lebih baik lanjutin besok aja. Besok libur. Lo bisa latihan dari pagi sampe malem.”

“Bentar lagi gue pulang. Lo duluan aja.”

“Le, ayolah. Lo gak capek? Tadi udah dua kali ulangan. Seharusnya lo tenangin otak dulu.”

“Lo duluan aja, Bel. Bentar lagi gue pulang. Lagian nanti malem gue kerja.”

Bella menghela nafas. Susah sekali membujuk orang yang keras kepala. Akhirnya Bella mengambil tasnya yang tergeletak di lantai.

“Yaudah gue pulang dulu. Nanti gue ke café lo sama Meira.” Ucap Bella sebelum pergi meninggalkan Alea sendiri di tempat itu. Sedangkan Alea yang mendengar ucapan Bella hanya mengangguk dan menjawab iya.

Sebenarnya ia juga ingin pulang saat ini. Mengingat otaknya yang sudah mengepul karena ulangan matematika dadakan tadi. Dan ingin segera istirahat sebentar sebelum nanti berangkat ke café. Tapi karena ia kurang puas dengan hasil latihannya, ia jadi bertekad untuk lebih banyak berlatih lagi.

Ia memejamkan mata sejenak, lalu melanjutkan mendribble bola dan berusaha memasukkan ke dalam ring. Namun lagi-lagi usahanya itu gagal. Bola itu sama sekali tidak masuk ke dalam ring.

“Ada masalah apa sih lo sama gue?! Kenapa dari kemarin gamau masuk ring!!” Omelnya pada bola yang sedang ia pegang.

“Yang punya masalah bukan bolanya. Tapi lo.”

Alea menjingkat ketika suara berat dari seseorang tiba-tiba terdengar. Ia langsung menoleh ke sumber suara dengan waspada. Matanya melebar ketika mendapati Zacky yang berdiri menatapnya datar.

“Bikin kaget aja!” katanya kesal. Entahlah moodnya sedang kurang baik.

“Ngapain gak pulang?” tanya lelaki itu kemudian.

“Bukan urusan lo.” Jawab Alea dengan ketus. Kenapa Zacky harus disitu? Alea jadi tidak bisa leluasa latihan. Ia tidak mau Zacky melihatnya bermain dengan buruk. Atau bahkan sangat buruk.

Beberapa detik kemudian, Zacky melangkah kearah Alea yang sedang memegang bola basket. Tanpa berkata lelaki itu mengambil bola basket dari tangan Alea. Zacky memainkan bola itu dengan lincah dan diakhiri dengan lemparan yang membuat bola itu masuk dalam ring.

“Lihat. Itu permainan basket yang benar.” Ucapnya sambil memandang Alea remeh.

Karena merasa di remehkan. Alea semakin kesal. Ia mengambil bola basket dan memainkannya, lalu memasukkan bola itu kedalam ring. Namun usahanya kembali gagal.

“Masih gamau minta bantuan?”

“Nggak.”

“Dengan kemampuan lo yang kayak gitu?”

“Kayak gitu gimana? Gue masih mampu bermain sendiri tanpa bantuan orang lain.”

Zacky tersenyum miring. “Terserah.” Lalu beranjak pergi.

Sebenarnya dalam tiga hari ini, dirinya melihat Alea sedang berlatih di temani Bella dan Meira. Tetapi permainnanya belum juga benar. Zacky menunggu gadis itu datang padanya dan memohon untuk diajari bermain basket, tetapi Zacky salah. Alea memang keras kepala dan sombong.

Virgo VS Scorpio [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang