Chapter 34. Keputusan

53 5 0
                                    

"Ehem." Zacky berdehem untuk mencairkan suasana.

Tersadar jika masih memeluk lelaki itu, Alea segera melepaskan pelukannya dan salah tingkah sendiri. Ia terlalu excited hingga tidak sadar akan tindakannya.

"Coba lo sendiri." Kata Zacky. Tanpa menjawab Alea langsung berlari mengambil bola.

"Coba sambil dribble lalu shoot ke ring langsung." Sambung lelaki itu.

Alea menuruti ucapannya. Ia dengan serius mendribble bola. Kali ini ia cukup percaya diri karena masih dengan jelas mengingat semua yang diajarkan Zacky padanya.

"Kalau main gak usah tegang. Semakin lo tegang semakin terlihat jelas kalau main lo kaku." Ucap Zacky sambil mengamati dengan serius permainan Alea.

"Santai aja gak usah dibikin serius."

"Kalau gak serius gak akan berhasil." Kata Alea sambil terus mendribble bola.

"Boleh serius tetapi jangan lupa untuk menikmatinya."

Setelah berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Alea berbalik menghadap Zacky dengan senyum bangga.

"See. Finally I can do it." Ucapnya dengan senyum lebar.

"Gak usah sombong." Komentar Zacky.

"You too, Zac. You can do it."

Lelaki itu tidak menanggapinya. Ia memilih untuk duduk di tengah lapangan dan menyambar minuman Alea yang tinggal separuh. Sedangkan Alea hanya memperhatikan tanpa protes. Ia sudah sadar dari tadi jika ada luka di samping mulut Zacky, juga sedikit memar pada pipi sebelah kanan. Namun gadis itu tidak menanyakannya.

"Kenapa natap gue kayak gitu?" tanya Zacky ketika ia merasa Alea terus saja menatapnya.

Alea menggeleng. Ia ikut duduk disamping Zacky. istirahat sejenak sebelum pulang.

Hening. Hanya angin yang berhembus yang menemani diam mereka. Malam semakin larut dan bintang di atas langit semakin terlihat sangat jelas ketika dipandang. Indah. Langit yang gelap ditabur bintang kecil yang gemerlap. Tuhan tidak akan menghadirkan cahaya tanpa adanya gelap. Sekecil apapun cahaya itu, tetap akan terlihat jelas.

"Gue pulang dulu. Lo jangan lupa obati luka sama kompres memarnya." Ucap Alea sambil berdiri.

Alea berjalan menjauh, bahkan ketika Alea pergi tidak sedikitpun suara keluar dari mulut Zacky. Alea tetaplah seorang gadis dengan sejuta khayalannya. Ia sudah berharap jika Zacky akan menghentikannya dan menawarinya pulang dengan so sweet. Namun, Zacky tetaplah Zacky. Pria dingin yang tidak akan bisa mencair.

"Ale." Panggilan itu membuat langkah Alea terhenti.

"Gue akan ikut turnamen." Kata Zacky.

Mendengar itu, Alea langsung membalikkan badan dan merasa heran. Apakah ia salah dengar? Atau memang barusan Zacky yang bicara?

"Zac?"

Lelaki itu kemudian berdiri dan menghampiri Alea yang masih bingung.

"Gue akan menjadi bola basket yang semestinya. Memantul dan melambung ke atas hingga bisa masuk dalam ring dan mendapat point." Ucap Zacky serius.

"Kenapa lo bisa berubah pikiran?"

"Bukan urusan lo."

Alea mendengus. Baru saja ia merasa terharu seorang Zacky bisa ngomong panjang lebar dan melihat keseriusannya. Tapi semua itu hancur hanya karena ucapan dinginnya itu.

"Bagus deh. Gue tunggu aksi lo." Ucap Alea.

"Berani berapa?"

"Hah?!"

Virgo VS Scorpio [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang